Kurasa sekarang sedang bermimpi. Bagaimana tidak, rumah yang biasanya sepi, tiba-tiba menjadi ramai. Kak Rindi yang berada di luar kota pun datang berdua dengan si kecil Fawwaz. Siang ini kami akan menggelar acara tunangan, aku lebih suka menyebut nya acara kumpul keluarga jilid kedua.
kami masih keluarga bukan?
Setelah malam mengenaskan itu, selang dua hari Emir datang ditemani Nek Mirai karena akan menagih jawaban. Padahal bisa dipastikan, Bang Rifki sudah memberitahunya pas di malam mengenaskan itu. Mengenai malam itu, Bunda menangis senang, aku menangis juga tapi perasaanku malam itu masih abu-abu, tidak senang maupun sedih. Bang Rifki cuma berterima kasih dan memeluk kami berdua setelah itu dia ketawa sambil mengetik sesuatu di ponsel.
Emir mengatakan kalau dia tidak mau bertunangan atau hal-hal semacam itu, mau langsung menikah saja. Hal tersebut tentu aku bantah. Bukan apa, setidaknya aku perlu mempersiapkan diri. Bunda pun mengiyakan permintaanku dengan mengusulkan acara pertunangan. Jadilah sabtu siang ini kami melakukan acara pertunangan. Kami tidak banyak mengundang tamu, hanya tetangga dan keluarga besar dari kedua belah pihak.
Acara dimulai setelah sholat Dzuhur, tetangga sudah mulai berdatangan dan sebagian keluarga juga sudah dari pagi di sini, sekedar melepas rindu. Kan sudah kubilang, acara ini lebih mirip arisan keluarga dimana Bunda yang menjadi tuan rumah.
Aku tidak memakai baju yang begitu mencolok, hanya kebaya biasa bewarna hijau dengan kain batik warna senada. Tadinya Bunda sudah mau memanggil MUA, tapi kutolak, karena buang-buang uang saja. Lagipula aku bisa dandan sendiri walaupun tidak sejago beauty influencer .
Emir memang tidak datang ke acara pertunangan kami, karena memang begitu seharusnya. Di dalam agama maupun adat melayu, tidak ada sejarahnya calon laki-laki datang ke acara pertunangan. Aku sempat berfikir kalau Emir akan datang seperti acara pertunangan zaman sekarang, tapi nyatanya dia paham juga akan hal ini.Kami juga belum pernah berduaan, baik itu mengobrol, jalan berdua atau chattingan sekalipun. Bahkan kontaknya saja aku tidak punya. Kalau ada sesuatu hal, dia akan menghubungi Abang dan Abang akan menyampaikan kepadaku.
Aku tidak pernah meminta dan Abang pun tidak pernah memberi. Sesimpel itu memang.
Aku sedang di kamar dengan menggendong Fawwaz, anak Kak Rindi. Tiba-tiba Rumaisya menarik rok batikku sambil merengek.
“Ncu ... dendong ugaa. Nca mau dendong!”
“Sebentar ya, Ucu letak Dik Fawwaz di kasur dulu,” ucapku kemudian meletakkan Fawwaz di kasur. Semenjak peristiwa tidur di kamar tempo hari, Rumaisya memang terlihat lebih dekat denganku.
Kalau kata Abang, “dia tahu kalau Mak Ucu nya sebentar lagi mau nikah, makanya sayang-sayangan sekarang.” Aku tidak ambil pusing, malah aku senang, jarang-jarang di rebutin sama Rumaisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suri Hati Mas Emir
Roman d'amourReana pikir menikah karena di jodohkan itu hanya ada di cerita Wattpad yang sering dia baca, nyatanya di usia 27 tahun Reana harus menerima kenyataan bahwa apa yang biasa dia baca terjadi di kehidupan nyata. Menikah karena di jodohkan dengan laki-la...