Regan keluar dari kelasnya setelah semua temannya sudah keluar. Lelaki itu malas berdesakan. Jadilah ia menunggu kelas sepi.
Ternyata di depan pintu sudah ada yang menunggu. Regan yang tak merasa janjian dengan siapapun langsung melewati orang tersebut.
"Regan."
Merasa terpanggil, Regan menghentikan langkahnya. Menoleh tanpa membalikkan badannya. Ia hanya menaikkan satu alisnya sebagai pertanyaan.
"Gue boleh minta tolong?" tanya gadis di depannya ragu.
Regan menatap orang yang ada di depannya datar. Ia tak kenal dengan gadis di depannya. Kenapa orang itu langsung meminta tolong kepadanya? Ia tau ini bukan perkara urgent, jadi aneh bukan.
"Apa?" tanya Regan datar. Bukannya Regan mau menanggapi tapi ia harus tau gadis itu punya keperluan apa sehingga meminta tolong padanya.
Ini sebenarnya Caca yang mengajari Rgan untuk menanggapi seseorang yang ingin meminta tolong. Takutnya nanti Regan kena karma. Waktu Caca kesulitan malah gak ada yang mau nolongin.
Gadis itu sedikit bingung saat ditanya. Memang sejak awal Regan menginjakkan kaki di kampus ini. Lelaki itu sudah dikenal sebagai seorang yang dingin dan irit bicara.
Mulai mengerti, gadis itu sedikit berbinar karena Regan mau menanggapinya, "Mobil gue mogok. Gue boleh nebeng?"
"Lo siapa?"
"Gue Kavira," balas gadis itu dengan tersenyum.
"Lo siapa berani nebeng sama gue!" balas Regan lalu melenggang pergi.
Gadis itu menganga di tempat. Lalu dengan menghentakkan kakinya, ia bergegas mengejar Regan, "Regan, lo gak kenal gue? Kita sekelas tau," pekik gadis itu.
Memang benar, Kavira itu teman sekelas Regan. Tapi karena bapak dua anak itu tidak terlalu memperhatikan sekitar, jadilah ia tak banyak mengenal teman sekelasnya. Kecuali teman-temannya yang sering bersamanya. Itupun laki-laki. Kalau teman cewek, Regan hanya tau kalau pernah satu kelompok saja.
Regan sudah siap di atas motornya. Ia menyentak tangan Kavira yang bertengger di lengannya, "Jangan pegang-pegang gue!"
Kavira tersentak kaget, "Sorry," cicit gadis itu merasa bersalah. "Gue beneran gak boleh nebeng ya? Mobil gue mogok, udah mau malem juga."
"Gak!"
"Gue mohon," lirih Kavira.
"Ck. Lo tinggal ke depan, cari taksi. Jangan nyusahin orang!" ketus Regan lalu memakai helmnya dan menancap gasnya. Regan tau, Kavira hanya caper kepadanya. Bahkan lelaki itu masih melihat beberapa teman kelasnya di sekitar parkiran.
Regan sudah memarkirkan motornya di depan supermarket. Tadi Caca menyuruhnya sekalian berbelanja untuk keperluan anak-anaknya.
Seperti biasa, orang-orang akan memperhatikan Regan ketika berbelanja. Selain karena ketampanan lelaki itu, belanjaan yang ia beli juga menjadi sorotan. Regan berbelanja perlengkapan bayi bahkan perlengkapan pribadi milik Caca. Pembalut contohnya.
Sebenarnya kalau urusan belanja mereka bergantian. Tapi memang paling sering Regan yang berbelanja. Biasanya untuk keperluan selain bahan makanan, mereka memilih belanja di supermarket. Sedangkan untuk bahan makanan, Caca yang akan belanja di pasar setiap hari libur.
"Loh Regan, lo belanja di sini juga?"
Regan hanya memandang datar gadis di sampingnya yang tiba-tiba saja muncul. Tanpa menjawab, ia kembali berjalan mendorong trollynya.
"Eh lo punya adik ya?" Gadis itu kembali bersuara dengan mengikuti langkah Regan, "Pasti adik lo lucu banget deh."
Masih tetap tak menggubris gadis itu. Regan lebih memilih untuk mengamati snack untuk anaknya. Lelaki itu membaca label pada makanan itu dengan teliti.
KAMU SEDANG MEMBACA
CARAMELLA [Sudah Terbit]
RomanceSequel Regantara. After they have Elysian and Averly. Baca dulu cerita Regantara biar paham tokohnya! Menjadi orang tua ternyata tidak semudah bayangan, banyak hal yang dilalui Caca sebagai seorang ibu muda. Tangis, bahagia, sedih, dan senang. Begit...