"No, Abang! Jangan ditarik-tarik baju Mama," peringat Caca.Elysian sedang marah karena ditinggal Regan kerja. Bayi itu terus saja merecoki mamanya yang sedang mengerjakan pekerjaan rumah, "Aaackkk Mammma!"
"Mama masukin baju kotor dulu ke sini, Bang. Mana bisa sambil gendong Abang kalau begini?" ucap Caca. Ia memang sedang membawa keranjang pakaian kotor untuk dicuci.
"Sabar, Abang," ucap Caca lagi, Elysian benar-benar terus merengek. Regan memang baru pergi beberapa menit yang lalu, ada pekerjaan mendadak dari Alan. Jadi Elysian masih pada posisi yang sangat kesal.
Tidak bisa, Elysian benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Averly sedang tidur, makanya Elysian merasa tidak ada teman untuk bermain. Elysian jadi terus-terusan memikirkan papanya yang yang pergi kerja.
"Uwww Papppamaaaaa."
Elysian terus saja merengek di gendongan Caca, masih terus mengutarakan bahwa iya mau ikut dengan papanya. Caca hanya bisa menghela napas pasrah, "Papanya 'kan lagi kerja, Abang. Nanti kalau udah selesai kerjanya, Papa juga pulang, main lagi sama Abang. Sabar ya," ucapnya.
Bukannya makin tenang, Elysian malah menangis, menunjuk ke arah depan. Elysian mau menyusul papa. "Kerjanya jauh. Tuh motornya aja dibawa."
Caca sampai berjalan ke gerbang rumahnya, "Kalau nyusulin Papa, terus Adeknya gimana, Bang? Masa ditinggal. Adek 'kan lagi bobok."
"Eeeek?"
"Iya, Adek di kamar lagi bobok. Ikut Adek aja yuk, bobok," ucap Caca coba mengalihkan.
Tapi, Elysian tetap tidak mau. Bayi itu masih tetap ingin di luar, menunggu papanya mungkin maksudnya.
"Loh, Caramel? Ponakan lo?" tanya Sastra yang tiba-tiba datang dari rumahnya.
Elysian menatap lelaki itu memicing lalu mengajak mamanya masuk ke rumah, "Euuuhhayuuuuhhh!"
Mulut Caca sudah ditutup oleh tangan mungil Elysian. Sama sekali tidak memperbolehkan Caca untuk menjawab pertanyaan Sastra.
Satu hal yang perlu diingat, bahwa Elysian itu benar-benar fotocopyan Regan. Bayi itu akan sangat posesif dengan orang baru, apalagi itu lelaki, pasti Elysian akan super protektif.
"Aba—"
"Nyooo ammanyooo!"
Sastra sampai bingung sendiri dengan respon Elysian yang seperti itu. Lelaki itu bahkan mencoba menyapa Elysian dengan lembut, tapi Elysian malah menatap Sastra sengit. Bahkan Elysian mengayun-ayunkan kakinya seolah ingin menendang Sastra.
"Sorry, Sas, gue masuk dulu ya." Caca buru-buru masuk ke dalam rumah meninggalkan Sastra.
Antara berterima kasih dan tidak enak, Elysian jadi mau masuk ke dalam rumah dan tidak lagi ingin menyusul papanya. Tapi juga tidak enak dengan respon Elysian yang tidak sopan.
"Abang, masa kaya gitu sama orang? Gak sopan tau," ucap Caca menasihati. Elysian yang masih memeluk mamanya seolah tak peduli dengan nasihat mamanya itu.
"Ashwiwieino." Elysian bergumam pelan, bayi itu sedang mencibir mamanya.
"Abang," tegur Caca. Elysian menunduk, tapi matanya melirik ke arah Caca. Bibir bawahnya juga maju kedepan. Bukan takut, lebih tepatnya Elysian sebal.
Coba saja Regan yang menegur, pasti Elysian langsung kicep. Ini Caca sudah menirukan nada bicara Regan kalau sedang menegur Elysian atau Averly, tetap saja tidak mempan.
"Mammaaaa," panggil Elysian pelan. Caca memang diam sebentar, pura-pura ngambek karena Elysian seperti itu.
Elysian berusaha berdiri, untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah mamanya. Bayi itu mencium pipi mamanya berkali-kali, "Mammayaaang."

KAMU SEDANG MEMBACA
CARAMELLA [Sudah Terbit]
RomanceSequel Regantara. After they have Elysian and Averly. Baca dulu cerita Regantara biar paham tokohnya! Menjadi orang tua ternyata tidak semudah bayangan, banyak hal yang dilalui Caca sebagai seorang ibu muda. Tangis, bahagia, sedih, dan senang. Begit...