Dihukum

23.4K 2K 220
                                    


Ibarat kata, sudah jatuh tertimpa tangga. Begitulah Caca di pagi hari ini. Sudah hari senin, dia bangun kesiangan karena semalam Elysian rewel. Berakhir dirinya di jemur di depan anak-anak yang sedang berbaris untuk upacara.

Belum sampai di situ, hari ini buku tugas fisikanya ketinggalan. Pas juga guru fisika kelasnya adalah guru dengan predikat tergalak seantero SMA Karisma.

"Siapa ini yang belum mengumpulkan tugas?!" sentak bu Asih.

Caca memejamkan matanya dan mengangkat tangan, "Saya, Bu."

Pandangan menusuk sampai kepada Caca membuat ia menunduk merutuki kebodohannya. Teman-temannya hanya menatap iba kepada Caca.

"Kamu menyepelekan saya?!"

"Enggak, Bu."

Bu Asih memukul mejanya dengan penghapus papan tulis, "Kalau kamu tidak menyepelekan saya, seharusnya tugas sudah kamu kerjakan!"

"Saya sudah mengerjakan tapi ketinggalan di rumah, Bu."

"Alasan! Keluar kelas, hormat bendera sampai istirahat kedua!"

Caca cengo di tempatnya, memang bu Asih ini kalau memberi hukuman tidak main-main. Dengan keadaan sinar matahari yang sangat menyengat, Caca harus berdiri di lapangan upacara selama 3 jam lebih.

"Cepat! Atau hukuman kamu, saya tambah?!"

Caca hanya menghela napas pasrah, "Iya, Bu." Setelahnya, iaberdiri dengan malas keluar dari dalam kelas.

Di depan tiang bendera, Caca mendongak dengan mata menyipit, "Anjir! Guru ngeselin banget elah! Mana belum sarapan, udah dihukum 2 kali," gerutunya.

"Hormat yang bener!" teriak bu Asih dari pinggir lapangan.

"Iya, Bu!" balas Caca dengan sama berteriaknya.

Caca kembali berdiri malas-malasan setelah bu Asih pergi. Terlihat beberapa anak yang sedang jam olahraga berbisik-bisik melihat ke arahnya. Sedangkan Caca hanya masa bodoh dilihatin orang-orang.

Tiba-tiba ada seseorang datang menyodorkan satu minuman kaleng dingin dan memakaikannya topi. Caca hanya menaikkan satu alisnya tanpa ekspresi.

"Ambil," ucap lelaki dengan nametag Reyhan.

"Gue gak haus," balas Caca datar. Ia ingin melepaskan topi di kepalanya tapi di tahan oleh Reyhan.

"Pakek." Reyhan masih dengan muka datar seperti pertama kali ia datang langsung menyerahkan minuman itu ke tangan Caca dan langsung pergi.

"Aneh." Caca mengedikkan bahu acuh, membuka minuman kaleng itu lalu meminumnya. Lumayan 'kan panas-panas gini dapat minuman gratis.

"Segerrrr. Gak jadi pingsan gue kalau kaya gini mah," ucapnya setelah menghabiskan satu kaleng minuman isotonik itu.

Terdengar suara bel istirahat kedua berbunyi. Caca bernapas lega, keringat sudah bercucuran seperti habis tersiram air, "Huhh. Akhirnya, selesai juga hukuman gue."

"Anjir! Lo pakek topi si Reyhan?! Kok bisa?!" pekik Syeina dari belakang.

Caca memegang dadanya karena kaget. Ia berdecak kesal, "Berisik, Syei."

"Lo kenal Reyhan?" tanya Varena menyelidik.

Bukannya menjawab, Caca malah mengambil tas kecil yang di pegang Varena. Itu memang bekal miliknya, "Thanks," ucapnya lalu meminum air mineral yang ada di botolnya.

"Babi! Gue nanya ya!" kesal Varena. Caca hanya melirik sekilas, "Gue gak kenal," balasnya lalu menarik kedua temannya untuk pergi ke kantin.

Sembari menunggu makanannya, Caca bermain ponselnya. Ia lalu melihat ke arah dua temannya yang sudah menatapnya horor, "Kenapa lo berdua?"

CARAMELLA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang