Harus Kuat

19K 2.2K 1.2K
                                    


Sudah lebih dari delapan jam Elysian dirawat. Artinya, infus yang terpasang sudah habis dan harus diganti. Masalahnya, Elysian malah menangis tidak mau di dekati suster, bayi itu juga mencari papanya.

Regan sedang keluar sebentar membeli makan. Sejak sampai di rumah sakit, Caca maupun Regan belum makan sama sekali hingga malam.

"Papa lagi beli mamam, Bang. Diganti dulu ya infusnya, udah habis tuh. Kasihan susternya berdiri terus di situ," bujuk Caca tapi Elysian tetap tidak mau.

Suster sedikit mendekat, "Suster cuma mau ganti yang di atas itu kok," timpal suster dengan ramah menunjuk tiang infus.

"Huwwaaa Papppaaaa! Papppaaanaaaa!" Elysian malah menangis histeris. Benar-benar tidak mau di dekati oleh suster.

Caca sudah menggendong Elysian. Menimang bayi itu, tetapi tak kunjung reda. Elysian tetap memanggil-manggil papanya.

"Uuu sayang, sayang, 'kan sama Mama ini. Bentar lagi Papa balik kok, Bang." Caca menatap suster yang masih berdiri agak jauh, "Udah gakpapa sus, ganti aja. Biar ini saya pegang."

"Nooo! Ayashayaa papppa!"

"Gakpapa, Bang. Suster cuma mau ganti itu." Elysian malah semakin histeris. Bayi itu kira, ia akan kembali disuntik seperti tadi saat dipasangkan infus.

Tiba-tiba tirai dari pasien sebelah, "Bisa ngurus anak gak lo?! Ganggu banget! Anak gue jadi kebangun tolol!"

Caca terperanjat dengan bentakan seorang laki-laki yang mungkin usianya kisaran dua puluh lima tahun. Suster yang bertugas juga langsung mendekat kepada Caca, "Maaf, Mas. Jangan membuat keributan," peringatnya.

"Yang buat ribut anak bocah tolol ini!" Lelaki itu menatap Caca sinis, "Bocah kalau belum becus ngurus anak jangan bikin anak!"

Caca memeluk tubuh Elysian yang makin ketakutan dan menangis histeris. Melihat Caca tak menggubrisnya, lelaki itu langsung berdiri di depan Caca sedikit mendorong, "Heh! Gue ngomong sama lo! Dasar bocah gak tau sopan santun!"

Untung suster menahan Caca kalau tidak, Caca pasti akan jatuh karena tidak seimbang, "Maaf, bisa gak jangan teriak-teriak. Anak saya takut," balas Caca masih berusaha sopan.

Mungkin lelaki itu memang tempramental, sehingga ia malah makin tersulut emosi dan menunjuk tepat di depan wajah Caca, "Lo jangan ngatur-ngatur gue! Sampai gue denger anak lo bikin anak gue gak bisa tidur, awas aja lo!"

"Kalau, Masnya masih membuat ketibutan, saya akan panggil satpam!" peringat suster itu.

"Kelakuan bocah jaman sekarang, mau enak enaknya doang. Giliran jadi bayi, ngurusnya gak becus! Ngotak lo!"

Caca sedikit lega karena orang itu langsung kembali ke tempatnya setelah mendengar ancaman dari suster, "Sayang, udah ya, 'kan ada Mama. Abang jangan takut," lirih Caca jadi ikut meneteskan air mata, "Maaf ya, Bang."

Elysian benar-benar histeris, bayi itu tidak mau di dalam. Caca membawanya keluar, barulah Elysian sedikit tenang walau masih menangis.

"Mau pindah kamar aja, Mbak?" tanya suster yang masih ada di situ. Suster itu kasihan melihat Caca dan Elysian.

"Nanti dulu ya, sus. Nunggu suami saya. Suster lanjut aja kerjanya, saya gakpapa kok." Caca berusaha setenang mungkin, agar bayinya juga semakin tenang.

"Saya tunggu di sini sampai suaminya balik Mbak. Tugas saya memang di bangsal ini, jadi jangan sungkan."

Tidak lama, Regan akhirnya datang, "Kok di luar? Abang kenapa nangis?"

Elysian yang awalnya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Caca langsung mendongak, "Papaaa," rengeknya.

Suster membantu menggendong Averly dulu. Bayi itu memang sedang tidur di gendongan Regan, "Makasih ya, sus. Suster bisa lanjut kerjanya, suami saya udah dateng juga," ucap Caca setelah mengambil Averly untuk di gendong.

CARAMELLA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang