Ngambek

23.1K 2.1K 168
                                    


Regan masuk kelasnya terburu-buru, ia telat hampir 10 menit. Sampai di depan pintu, Regan mengetuk pelan lalu membuka pintu setelah diperailahkan.

"Maaf, Pak, saya terlambat," ucap Regan datar.

Kebetulan ini jam kelasnya Juna. Dosen muda dan tampan, tapi terkenal galak dan disiplin kalau di kelas, "Kalau tidak niat kuliah tidak usah daftar sekalian! Diluar sana masih banyak orang yang lebih layak buat menempati posisi anda!" sinis Juna membuat seisi kelas ikut tegang.

"Maaf, Pak," balasan Regan sebenarnya membuat Juna ingin mengumpat detik itu juga. Biasanya ketika ada yang kena omel dirinya, orang akan berbicara dan memohon agar Juna luluh. Tapi, kalau Regan dia akan diam tanpa ekspresi dan mengucapkan maaf.

"Cepat masuk! Duduk di kursi depan dan silahkan ponsel di letakkan di meja!" Ciri khas Juna adalah, selalu menyuruh mahasiswanya meletakkan ponsel ke atas meja selama pelajaran berlangsung, dengan mode senyap dan posisi layar di bawah.

Juna melanjutkan menyampaikan materi di kelas. Setalah selesai satu jam pelajaran, Juna langsung membentuk kelompok yang ia tentukan sendiri anggotanya. Dan sekarang, giliran Regan yang ingin mengumpat karena Juna memasangkannya dengan seorang perempuan. Satu kelompok memang hanya 2 orang.

"Tugas ini untuk satu semester, jadi saya hanya memberikan satu tugas dan dikumpulkan diakhir semester. Untuk mata kuliah saya masih sama seperti biasanya, tidak ada ujian akhir," ucap Juna.

Apakah para mahasiswa di kelas yang Juna ampu sekarang akan senang hanya diberi satu tugas dan tidak ada ujian akhir? Jawabannya adalah tidak.

"Kalian buat struktur konstruksi bangunan rumah lengkap sampai dengan pagar. Tipe rumah dan design rumah bebas. Tidak perlu yang mewah, asal semua konstruksinya benar nilai kalian A."

Helaan napas terdengar dari seluruh mahasiswa. Mau protes takut malah ditambah tugasnya, kalau tidak protes jadi beban sendiri. Berhadapan dengan dosen seperti Juna ini memang cukup pasrah saja biar semua aman.

"Ya, ada yang ingin anda tanyakan?" tanya Juna setelah melihat salah satu mahasiswi yang mengangkat tangan.

"Saya, Reina ingin bertanya. Boleh tuker anggota kelompok tidak, Pak?"

"Apa alasan kamu ingin menukar kelompok?"

Reina meenggaruk pelipisnya yang tak gatal, "Takut diserang fansnya Regan, Pak. Serem soalnya," balasnya cengengesan.

"Lebih serem mana, sama dapat nilai E di mata kuliah saya?" sarkas Juna membuat Reina menciut. "Ada lagi yang mau bertanya?" Semua diam membuat Juna kembali duduk di kursinya, "Sisa waktu di jam saya, silahkan pergunakan untuk berdiskusi dengan partner masing-masih. Saat jam berakhir, silahkan kumpulkan ide kasar kalian."

"Baik, Pak."

Regan hanya duduk tak berniat berpindah tempat seperti teman-temannya yang lain. "Ah elah, harusnya kelompoknya milih sendiri. Gue bisa sama lo aja," gerutu Zeo— satu-satunya teman yang cukup dekat dengan Regan di kampus.

Zeo menepuk bahu Regan cukup keras membuat Regan memutar bola mata malas. Itu memang kebiasaan Zeo kalau Regan tak menanggapi ucapannya.

"Ze, minggir lo, gue mau bahas sama Regan," ucap Reina ketus.

"Ck. Elah!" Zeo melenggang pindah ke dekat kelompoknya.

CARAMELLA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang