Sulit

18.5K 2.2K 956
                                    


Caca masuk ke dalam rumah dengan ngos-ngosan. Gadis itu baru pulang dari pasar. Dengan membawa dua kresek belanjaan, ia langsung ke dapur, "Hey, anak Mama udah pada mandi ya," ucapnya saat melihat kedua bayinya bermain di teras belakang bersama Regan.

"Mammmaah."

"Mammmamma!"

"Di situ aja sama Papa. Mama masih bau acem ini."

Regan sejak tadi hanya memandang Caca aneh, "Kenapa muka kamu merah? Kringetan sampai kaya gitu. Kamu jalan kaki?"

Caca hanya mengangguk santai. Gadis itu sedang duduk selonjoran di pintu, ia sedang menikmati minuman dingin yang diambil dari kulkas tadi.

Regan mendekat, mengelap keringat Caca yang ada di dahi dengan tangannya, "Kenapa jalan kaki? Naik ojol atau angkot 'kan bisa. Dari sini ke pasar itu jauh! Aku jadi ngerasa gak guna jadi suami kamu!"

"Jangan marah dong, Sayang. Aku jalan kaki karena mau olahraga sekalian kok. Bukan karena mau lebih hemat. Lagian aku mau diet juga gak boleh," kilah Caca menenangkan suaminya yang terlihat marah, "Gak guna apanya coba. Apa-apa juga kamu kok!" tambah gadis itu menggerutu.

"Alesan."

Caca mendelik, "Dih, gak percayaan amat sama istri!"

Regan berdecak, "Lain kali gak boleh jalan kaki. Kalau sampe jalan kaki lagi, gak usah belanja!"

Caca mengerucutkan bibirnya sebal. Gadis itu memang sengaja jalan kaki, bukan untuk olahraga sebenarnya, tetapi memang untuk hemat. Pulang pergi dari rumah ke pasar bisa menghabiskan uang sepuluh ribu. Dan sepuluh ribu itu sangat berharga buat Caca dikeadaan seperti ini.

Satu minggu sudah dari Regan memberikan uang tambahan seratus ribu. Dan masalah di kantornya belum juga terselesaikan. Gajinya belum diberikan.

"Mandi aja sana. Belanjaannya biar aku beresin nanti." Caca mengangguk senang, "Yaudah aku mandi dulu. Makasih Sayangku!"

"Maammaaahhh!"

"Iya, mandi dulu Mama." Caca langsung masuk ke dalam kamar. Sedangkan Regan menggendong kedua bayinya di bawa masuk ke dapur. Membiarkan bayi-bayinya itu merangkak bebas.

Selesai menata semua belanjaan, Regan ikut masuk ke dalam kamar. Kebetulan sekali Caca juga baru keluar kamar mandi. Elysian dan Averly langsung merangkak cepat mendekati Caca.

"Kangen banget nih sama Mama? Baru juga ditinggal sebentar," cibir Caca.

"Nenn!"

"Mamaaaaah!"

"Urusan nen aja paling cepet, Dek."

"Aaaaaaaayayaa." Averly sudah berdiri sembari memeluk kaki Caca. Bayi itu minta di gendong.

"Abang, sama Papa aja sini. Mamanya gak kuat kalau gendong kalian berdua," ucap Regan ketika melihat Caca juga akan menggendong Elysian sekalian.

Menurut, Elysian tidak lagi bergelayut di kaki Caca. Bayi itu menengadahkan dua tangannya ke arah Regan, "Pinter banget sih anak Mama. Makasih ya, Bang," ucap Caca bangga. Ia lalu mencium seluruh wajah Elysian yang sudah berada di gendongan Regan.

Caca mulai menyusui kedua bayinya di ranjang dengan Regan yang mengeringkan rambut basah Caca. Seperti biasa, lelaki itu mengeringkan rambut istrinya itu sembari memperhatikan kedua bayinya yang asik menyusu.

"Pelan-pelan aja kenapa sih, Dek. Semangat banget," ucap Caca terkekeh.

Regan sudah selesai mengeringkan rambut Caca. Lelaki itu menaruh handuk ke tempatnya sebelum bergabung duduk di ranjang.

CARAMELLA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang