Aku melangkah dengan pasti menuju bangunan yang hampir tiga hari ku tinggalkan. Aku tersenyum, membayangkan wajah Ibu menyambutku saat makan malam nanti. Saat ini Ibu pasti masih sibuk bekerja.
Tiba-tiba saja, sebuah lolipop muncul di hadapanku. Harris sudah berdiri di sampingku, kami melangkah bersandingan menuju rumah.
"Hai, El" ucapnya.
Aku mengedarkan pandanganku, mencari teman-temannya yang lain, terutama Allen. Hendak memperoleh kesepakatan dan jawaban pasti, enggan menundanya lebih lama.
"Siapa? Luna? Luke? atau Allen?" tanyanya seakan mengerti gerak gerikku.
"Dimana Allen?" tanyaku tanpa menoleh ke arahnya.
"Dia sedang sibuk, tidak bisa diganggu" jawabnya sambil membuka bungkus lolipop dan kembali mengarahkannya padaku.
"Tidak suka rasa melon ya?" tanyanya sambil mengeluarkan berbagai macam lolipop dari sakunya. "Kalau cokelat bagaimana? Atau leci?" lanjutnya sambil menunjukkan lolipop itu bergantian.
Aku enggan menjawab. Aku sedang menguatkan diri dan menyusun kata, berharap setidaknya kata yang akan kuucapkan tidak menyakiti.
Harris mendahului, berhenti di hadapanku, hingga Aku terpaksa menghentikan langkah.
Ia membuka telapak tangan berisi lima buah lolipop dengan berbagai rasa dan mengarahkannya padaku. "Hey, Aku merindukanmu. Ayo kita main bersama" ucapnya sambil membenarkan letak kacamatanya.
Aku menghela napas panjang, "Harris, hentikan" ucapku.
Harris menurunkan telapak tangannya dan memasukkan lolipop itu ke dalam kantung. "Ah, tidak suka lolipop ya" ucapnya sambil menggaruk tengkuknya.
"Apa maumu?" ucapku menangkap netranya, berusaha mengatakannya dengan tegas.
Ia mengerutkan keningnya, "Bukannya tadi sudah ku katakan? Ber-ma-in" ucapnya menekankan disetiap suku kata 'bermain'.
"Sudah tiga kali, Ris. Tiga kali kamu menjebakku" ucapku.
Harris tersenyum kecil, kemudian mengatakan "Kita main permainan lain. Aku sudah bosan dengan permainan itu".
Aku mengerutkan kening, mengepalkan tangan seiring dengan emosi yang mulai muncul. "Aku tidak tertarik dengan permainanmu" ucapku kemudian melangkah meninggalkannya.
"Oke, sekarang Aku yang akan mengikuti permainan mu" ucap Harris setelah berhasil mendahului dan menghadang langkahku
"Aku tidak tertarik" ucapku berusaha melanjutkan langkah. Namun, Harris berhasil menahan lenganku.
"Kenapa, El? Kenapa tiba-tiba kamu seperti ini?" ucapnya dengan nada yang tinggi.
"Aku lelah, Ris. Aku tidak suka menjadi temanmu. Aku lelah menerka-nerka sikapmu, tidak tahu itu hanya pura-pura atau tulus" jawabku dengan nada yang sama.
Harris melepas genggamannya dariku, "Kalau kamu mau Aku versi tulus, Aku bisa melakukannya" ucapnya.
"Tidak perlu" ucapku kembali melangkah meninggalkan Harris.
"Kali ini biar Aku yang bertanya, Apa mau mu?" Harris lagi-lagi berhasil menghentikan langkahku. Harusnya Aku tahu, langkah kecilku tidak sebanding dengan langkahnya yang besar berkat tubuhnya yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Grey in Me
RomanceEllyna harus melalui usia delapan belas tahunnya dengan hati-hati. Menghindar dari seseorang tanpa tahu siapa yang harus dihindari, tanpa tahu apa penyebab dan alasannya. Hanya bermodal ucapan Ayahnya sebelum pergi 'Berhati-hatilah, dia berbahaya'. ...