Hari ini adalah hari terakhirku di rumah sakit tahanan. Aku tidak lagi minum obat penahan sakit, sudah leluasa bergerak, tidak harus tidur miring, dan nafsu makan perlahan kembali.
Pagi ini, infus dilepas dan Aku diperkenankan untuk jalan-jalan di dalam rumah sakit. Menurut informasi yang diperoleh dari suster, rumah sakit ini memiliki tempat makan dan cafe kecil di lantai satu. Tepatnya di bagian belakang, samping panggung kecil.
"Apa makanan kesukaanmu?" tanyanya selagi mengganti perban di punggungku.
Aku terdiam sejenak, "Kue cokelat".
Suster menghentikan aktivitasnya, memberikanku satu lembar uang sepuluh dollar. "Cafe itu punya banyak makanan cokelat" Ia melanjutkan aktivitasnya memasang perban.
"Kue sponge, ice cream, puding, cookie, brownie, dan yang paling ku rekomendasikan adalah donat cokelat. Cobalah sebelum pergi" ucapnya.
Aku mengembalikan uang itu padanya, "Lain kali Aku akan kembali untuk mencobanya".
Suster merapihkan peralatan, "Tidak, waktu bisa saja mengubah rasanya. Saat ini adalah rasa terbaiknya, jadi cobalah sekarang".
Aku terdiam memikirkan bagaimana cara menolak.
"Seandainya Aku tidak sibuk, Aku yang akan membelinya untukmu" Suster duduk di atas kasur tersenyum ramah ke arahku.
"Tapi, Aku merasa tidak berhak menerimanya" ucapku.
"Tidak baik menolak pemberian. Lagipula selama empat hari ini kamu sudah ku anggap Adik. Caramu memberontak mirip dengan Adikku" ucapnya terkekeh.
Aku ikut terkekeh mengingat peristiwa penolakan kunjungan itu. Saat diingat Aku menyesali diriku yang bertingkah seperti anak kecil yang sedang merengek.
Ia bangkit, mengusap puncak kepalaku lembut. "Karena besok pagi Aku tidak bisa mengantarmu, akan kukatakan sekarang".
"Sampai jumpa, ku harap kita bisa bertemu lagi dengan kondisi yang lebih baik" lanjutnya. Ia bangkit membawa rak dorong berisi peralatan medis dan berkata "Belikan juga untuk Ibumu" sebelum menutup pintu.
Aku melangkah menuju daerah yang dimaksud. Selama tiga hari, Aku terhindar dari tiga nama yang ku sebut sebelumnya. Ku harap setelah ini akan terus begitu.
Bagian belakang rumah sakit bagai perpaduan antara kantin dengan cafe. Ruang yang cukup luas dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama kursi dan meja makan tertata rapih, bagian dua dibatasi oleh dinding kaca yang menghadap ke arah lapangan hijau. Di sana terletak karpet dengan beanbag, sofa lantai, juga rak berisi permainan papan, komik, dan televisi. Berbagai macam stan makanan berjajar dengan rapih di belakangnya, menghadap panggung kecil, termasuk cafe kecil yang dimaksud oleh Suster.
Suasana di sini tidak cukup ramai, hanya beberapa orang yang singgah membeli makan, kemudian pergi. Kebanyakan menggunakan pakaian seperti Suster, hanya sebagian kecil yang mengenakan pakaian pasien sepertiku. Seperti prajurit dan penjaga kerajaan, kami tidak mengenakan jubah karena dianggap dapat mempersulit dalam mengerjakan pekerjaan dan menganggu proses penyembuhan. Hal itu berlaku untuk prajurit, penjaga keamanan, anak usia dibawah tujuh tahun, dokter, suster, pasien, kuli bangunan, dan sebagainya.
Aku menatap display berisi makanan manis yang dihias sedemikian rupa. Sesuai dengan ucapan Suster, mereka memiliki banyak makanan cokelat tetapi mataku segera tertuju pada donat yang bentuknya bulat sempurna, terlihat lembut dengan sentuhan cokelat dan kacang almond di atasnya.
Usai mendapatkan dua donat rasa cokelat, satu matcha, dan satu tiramissu, Aku duduk di salah satu kursi, menghadap panggung kecil. Panggung itu lengkap dengan pengeras suara, tiang microfon dan microfonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Grey in Me
RomanceEllyna harus melalui usia delapan belas tahunnya dengan hati-hati. Menghindar dari seseorang tanpa tahu siapa yang harus dihindari, tanpa tahu apa penyebab dan alasannya. Hanya bermodal ucapan Ayahnya sebelum pergi 'Berhati-hatilah, dia berbahaya'. ...