38: Pertarungan Hati

8 2 0
                                    

Sekarang Aku mengerti, alasan kenapa Allen sulit mengatakannya padaku bahkan pada Ibu. Alasan selama ini Ia simpan peristiwa itu sendiri.

Sama sepertiku, itu salah satu caranya untuk bertahan hidup. Sepertiku yang menyimpan sakit, sampai Allen mengatakan padaku untuk tidak bersembunyi lagi. Allen menyimpan sakit dan gagalnya, lalu menjadikan itu sebagai aib.

Tidak ingin daftar kelemahannya diketahui banyak orang karena takut sewaktu-waktu akan digunakan untuk menghabisi dirinya sendiri. Kelemahan itu bagai pedang yang akan menusuk pemiliknya, mempersulit bahkan membuatnya kalah dalam pertarungan.

"Allen" ucapku lembut, berusaha menarik perhatiannya. Ia menoleh dan menangkap netraku, "Gagal atau jatuh, itu sudah menjadi bagian dari perjalananmu".

"Aku ingin mendengarnya" tambahku. Sampaikanlah supaya kamu bisa menerima, lalu belajar darinya.

Allen memejamkan mata selama beberapa detik sebelum memulai kisah. Kisah dimulai dengan sebuah pertanyaan singkat, Ia bertanya padaku tentang pertemuan pertama kami. Tentu saja, Aku menjawabnya dengan percaya diri "Di festival ulang tahunmu yang ke delapan belas tahun" ucapku.

Ia menggeleng, "Salah" katanya. Sebelum itu, kami sudah pernah bertemu. Di festival, dihari ulang tahunnya yang ke tujuh tahun.

Awalnya, Allen juga tidak tahu. Ia baru diberitahu oleh sahabatnya saat Allen mengetahui fakta kalau Harris lah yang ternyata melaporkan Aku pada dewan tata tertib.

Setelah penyesalannya dihari penghukuman, Ia memutuskan untuk mencari pelakunya. Tidak mudah, butuh hampir dua tahun untuk menemukannya. Begitu mendengarnya dari salah satu orang kepercayaan Allen, Allen tidak percaya. Pantas saja sulit, ternyata yang dicari sudah tahu pergerakan Allen dan timnya. Ternyata yang dicari bisa mencuri langkah berkat informasi darinya sendiri.

Ia tidak percaya. Merasa dikhianati dan dibohongi, Allen menyimpan fakta itu sampai melihat kondisiku di sungai malam itu. Saat itu, Ia sesak, marah sekaligus kecewa. Lalu, memutuskan untuk melaporkan sahabatnya sendiri atas penipuan dan penyalahgunaan identitas.

Suara Allen bergetar, Ia menunduk, mengusap wajahnya kasar dengan tangan yang sesekali dikepalkan. Pasti berat, dikhianati oleh orang terdekatnya, oleh orang yang satu-satunya dipercaya. Aku.. bisa memahami itu.

Di malam yang sama dengan hari Allen melaporkan sahabatnya, Ia menemui Harris. Lalu, sedikit berbincang dengannya. Saat itulah, Allen tahu kalau Aku sudah pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Seorang anak perempuan yang mencegah dia bertemu Skylar. Anak perempuan yang ditemui saat Allen hendak mencari keberadaan Harris. Begitulah Aku dalam ingatan Allen.

Pernyataan Harris tidak bisa diragukan karena itulah kemampuannya. Ia punya ingatan yang luar biasa. Dengan ingatan itu Ia bisa melakukan apapun, misalnya mempelajari teknik dan keahlian orang lain untuk digunakan oleh dirinya sendiri.

Harris tidak menyesal dengan apa yang telah dilakukan, begitupun Allen. Ia yakin dengan keputusannya begitu mendengar penjelasan Harris, "Tugasku sudah selesai, setelah ini ku serahkan padamu" ucap Harris. Ucapan singkat yang bisa dimengerti dan dipahami oleh Allen malam itu.

Berkat hubungan puluhan tahun keduanya, mereka saling mengerti. Pengertian itu membuat hubungan keduanya baik-baik saja, Allen bahkan sesekali pergi mengunjungi sahabatnya diam-diam.

Ia mengangkat wajah dan menangkap netraku. "Maaf sudah membuatmu terlibat sejauh ini. Maaf karena takdir memilihku untukmu" ucapnya.

The Grey in MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang