10

893 90 8
                                    

Jeongwoo lapar, ia belum makan malam sama sekali. Ia ingin pergi kedapur untuk membuat makanan untuk nya. Dan tidak memperdulikan satu orang lagi yang entah dimana dia berada saat ini.

Sekarang pukul sepuluh malam. Jeongwoo tidak bisa tidur karena lapar.

" Anjirr kaga ada makanan apa pun di kulkas, masa gue makan aer doang sih". Jeongwoo melihat isi kulkas yang benar benar kosong. Bahkan mie dan telur pun tidak ada di lemari penyimpanan.

" Masih buka ga yah supermarket jam segini ". Pikirnya.

" Yaudah lah, cari makan di luar aja ". Jeongwoo segera masuk kedalam kamar nya untuk mengambil dompet dan jaket.

Jeongwoo menunggu di depan lift yang masih berjalan. Tak lama lift itu pun terbuka, menampakan seorang lelaki bertubuh tinggi yang jeongwoo kenal dengan wanita di sampingnya.

Jeongwoo tidak ingin melihat pemandangan itu, jeongwoo memilih segera masuk kedalam lift dan menekan tombol untuk turun kelantai bawah. Lelaki itu hanya tersenyum remeh pada jeongwoo.

" Kek begitu di bilang keren, yang ada merusak pemandangan hidup ". Ucap jeongwoo.

Rencananya ia ingin makan mie di depan supermarket saja. Tapi, berhubung harinya semakin gelap dan sepertinya akan turun hujan. Ia mengurungkan niat nya. Alhasil ia membawa beberapa bungkus mie dan beberapa kotak susu pisang. Entahlah, kenapa dia malah memilih susu pisang daripada susu vanilla.

" Boleh gue ambil satu susu pisang nya, di dalam udah habis. Gue bayar ". Ucap seseorang dengan perawakan tinggi yang tak jauh berbeda dari nya.

" Eh, eumm boleh boleh ". Di balik masker itu jeongwoo seperti nya mengenali orang itu. Si jaket, ya si jaket. Jeongwoo mengenali dari suaranya.

" Lo si jaket itu kan ".

" Hah ". Ucapnya bingung.

" Salah orang kali yah, tapi bener kok. Gue kenal suara lo ".

" Kenapa "

" Apanya kenapa ".

" Susu pisang nya ga lo kasih ke gue ".

" Oh iya lupa, gausah bayar. Gue kasih aja. Nih ". Jeongwoo memberikan satu kotak susu pisang pada orang itu.

" Jaket lo lupa gue bawa, lah kan gue kaga tau kalo bakal ketemu lo ".

" Gapapa, makasih yah ".

" Eh iya, sama sama ".

" Gue pergi dulu ". Ucap nya. Tapi terhenti saat jeongwoo memanggilnya.

" Woyy ".

" Apa ".

" Kalo gue mo ngembaliin jaket lo kek mana, gue kan kaga tau tempat tinggal lo ".

" Rumah gue ada di sebelah toko ".

" Ya toko apa namanya ".

" Toko organ tubuh ". Lelaki itu langsung pergi gitu aja meninggalkan jeongwoo dengan kebingungan nya.

" Psiko kali tu anak ". Jeongwoo segera pulang ke apartemen sebelum hari turun hujan.

.
.
.
.
.
.
.

Jeongwoo tau orang brengsek yang ada di dalam apartemen ini pasti berbuat hal yang tidak senonoh lagi. Jeongwoo harus membiasakan diri, karena orang itu sudah memberitahukan padanya kalau ia akan melihat hal yang tidak pantas ia lihat.

Jeongwoo menghela nafas nya kasar. Pintu kamar di atas sengaja tidak di tutup agar suara suara laknat itu tedengar oleh indra pendengaran jeongwoo. Tapi jeongwoo bodo amat. Ia tetap melanjutkan acara awalnya. Yaitu makan.

Rasa # HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang