Setelah bicara pada wonyoung tadi, haruto langsung kembali ke kamar hotel. Namun, setelah ia masuk kedalam kamar ia tidak melihat keberadaan jeongwoo.
" Jeongwoo mana ". Ucap nya pelan, kemudian ia mendengar suara berisik air di dalam kamar mandi. Apa jeongwoo nya sedang mandi, ia tidak jadi khawatir karena jeongwoo tidak kemana mana.
Sudah setengah jam jeongwoo tidak keluar dari kamar mandi, haruto berusaha berfikir positif.
" Ah tai, kenapa gue jadi khawatir gini sih ". Haruto pun bergegas mengetuk pintu kamar mandi.
" Woo, lo lama bet mandi nya ".
" Woo ".
" Jeongwoo ". Haruto terus mengetuk dan memanggil nama jeongwoo berulang kali tapi tidak ada jawaban yang ia dapat dari dalam kamar mandi itu. Haruto semakin khawatir.
" Woo lo gapapa kan di dalam, lo denger gue kan ".
" Woo, gue hitung sampe tiga kalo ga jawab gue bakal dobrak ".
" Satu ".
" Dua ".
" Tiga ". Dengan cepat ia mendobrak pintu kamar mandi hotel dan segera masuk kedalam untuk memastikan jeongwoo ada di dalam atau tidak.
BOOMMM
Jeongwoo ada di dalam kamar mandi dengan mata tertutup dan wajah pucat pasi.
" Jeongwoo ". Haruto menghampiri jeongwoo untuk memastikan anak itu tidak apa apa. Namun ternyata salah, ia mengecek tubuh jeongwoo yang ternyata sangat panas dan wajah nya benar benar pucat. Haruto khawatir dan segera menggendong jeongwoo dan membaringkan jeongwoo di atas kasur milik mereka tak perduli baju jeongwoo yang masih basah atau tidak. Ya jeongwoo seperti nya sudah pingsan, anak itu terlalu banyak berfikir keras tentang kehidupan dan cinta nya.
" Ya ampun, kenapa bisa jadi gini sih ". Haruto dengan cekatan mengganti pakaian jeongwoo yang basah dengan baju yang kering.
" Woo bangun, woo lo denger gue kan ". Haruto menepuk nepuk pipi jeongwoo pelan agar anak itu bangun. Namun jeongwoo masih belum sadarkan diri.
Haruto pun mengambil minyak kayu putih di dalam tas jeongwoo dan mengosokan pelan di hidung jeongwoo.
" Ayy, plissss bangun. Lo kenapa bisa gini sih. Jan buat gue khawatir ". Haruto terus mencoba untuk membangunkan jeongwoo. Mulai dari menggosok gosok kan telapak tangan jeongwoo hingga lain sebagainya.
Haruto tak mau mengabari kedua orang tua mereka, kalau sampai mereka tau pasti akan banyak pertanyaan yang ia dengar.
Haruto benar benar kalut jeongwoo belum juga sadar.
" Sayang bangun dong ". Haruto hampir saja menangis sampai pada akhirnya jeongwoo membuka kedua mata nya pelan.
" Woo ". Haruto memeluk jeongwoo erat.
" Lo kenapa bisa pingsan di dalam kamar mandi sih, gue pikir lo mandi ". Jeongwoo masih terdiam, dia melihat raut khawatir di wajah haruto.
" Woo ngomong dong, lo jadi demam gini gue khawatir seriusan ".
" Gue gapapa ".
" Gapapa gimana, wajah lo pucat banget badan lo juga panas gini ".
" Gue beneran gapapa ".
" Jangan gapapa terus dong ayy, apa kita kerumah sakit aja ".
" Ga usah ". Haruto jadi bingung, kenapa jeongwoo menjadi sejutek ini. Apa karena ia demam, tapi seperti nya bukan karena itu.
" Yaudah, kalo gamau kerumah sakit. Gue panggilin dokter aja yah ". Haruto ingin beranjak mengambil ponsel nya di atas meja namun tangan nya di cekal oleh jeongwoo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa # Hajeongwoo
Acak" Brengsek, lo harus pergi dari hidup gue ". " Sekeras apa pun lo mau nyingkirin gue, gue tetap bertahan ". bxb