Mohon maaf apabila ada kesalahan kata dan typo yang tidak disengaja. Selamat membaca!
°°°
Matahari pagi ini begitu terik. Hingga rasanya, benda luar angkasa itu seperti berada di atas kepalanya. Karena saking panasnya. Belum lagi hukuman yang tengah dijalani beberapa remaja berseragam sekolah, dapat menimbulkan banyak keringat. Membuat murid perempuan dengan name tag Yang Jia, mengeluh berulangkali.
"Ini kapan kelarnya sih?" keluh gadis yang diyakini ialah teman dari Jia dengan sebuah kantung plastik hitam berukuran besar ditangan kirinya, sedangkan punggung tangan kanannya mengelap keringat yang bercucuran di keningnya.
Pas sekali, yang ditunggu-tunggu oleh kelima murid tersebut. Akhirnya, datang juga. Seorang pria dewasa dengan setelan seragam olahraga beserta tali peluit yang bertengger di lehernya, berjalan menuju ke arah lima muridnya yang tengah sibuk memunguti dedaunan kering.
"Sudah habis satu jam?" tanya sang guru olahraga tersebut dengan suara yang tegas nan lantang. Dibalas sorakan 'Iya' dari kelima murid tersebut.
Guru pria itu mengangguk singkat, menyodorkan sebuah buku besar bersampul batik kepada salah seorang muridnya. Kemudian, memerintah, "Tulis nama kalian beserta kelasnya di buku ini. Dan untuk Yang Jia, selesai mencatat itu ikut saya."
Jia dan Isa saling bertukar pandang sejenak, mendengar interupsian dari Pak Jaehyun. Jia yang sedikit was-was akan apa yang terjadi nantinya, menatap Isa melas.
"Itu mah fix, lo anak kesayangannya Pak Jaehyun. Gila, gue iri banget. Pengen dipanggil juga," ungkap Isa pelan.
Andaikata, lantunan kalimat Isa yang berisik itu tersampaikan di telinga guru olahraganya yang super tampan, gadis bermata kucing itu akan terkena hukuman lagi. Sebab, pak Jaehyun tidak pernah berpikir dua kali jika memberi hukuman pada murid yang melanggar peraturan sekolah. Dilarang berbincang tatkala guru menerangkan pun masuk dalam daftar hitamnya.
"Ya udah lo gantiin gue aja," timpal Jia dengan santainya. Lantas meletakkan pulpen yang digunakannya untuk menulis nama serta kelasnya yang diperintahkan oleh gurunya. Bergantian dengan kedua murid lainnya yang masih menunggu.
Belum sempat Isa membalas perkataan Jia yang menawarkan kebaikannya dengan murah hati, tetapi Pak Jaehyun kembali berujar, "Udah? Ikuti saya. Untuk yang lainnya kembali ke kelas," tegasnya membuat beberapa murid itu mengangguk mantap supaya meyakinkan Pak Jaehyun.
Jia berpisah dengan Isa, untuk mengikuti Pak Jaehyun. Benak gadis itu bertanya-tanya, apakah ia akan diberi hukuman dadakan lain? Ataukah disuruh mengangkut keranjang isi bola-bola basket untuk diantarkan ke tengah lapang? Membayangkan betapa malasnya Jia. Namun, jika menolak pun sudah terlambat.
Nyatanya, langkah kaki Jaehyun terarah menuju ke ruang guru. Meja-meja berjejeran rapi dengan berbagai macam barang milik para guru memanjakan mata. Sempat terselip rasa penasaran dalam dada sewaktu Jia menoleh setumpuk lembar ujian harian guru matematika, tetapi tidak mungkin ia lancang meskipun guru yang berada di sana hanya Jaehyun.
Lalu, netra Jia tergeser ketika kedua tumit kaki nyaris mencapai sudut ruangan, letak meja Jaehyun. Melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi semampai, menggunakan seragam sepertinya.
Apa itu anak pak Jaehyun? Dia jadi murid di sini juga? Eh, emang pak Jaehyun udah nikah, ya? batin Jia menebak-nebak.
Gadis dengan rambut sepunggung itu menggeleng kecil berusaha menepis perkiraan yang tidak tahu kebenarannya. Memilih diam menunggu perintah dari sang guru sambil berdiri berdampingan dengan murid yang tak ia kenal ini, membuatnya sedikit pusing. Pasalnya, parfum maskulin yang menyeruak dari tubuh lelaki itu menusuk indera penciuman Jia. Gadis itu merasa, perut kosongnya teraduk dan mual. Namun, masih dapat ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable; Park Sunghoon ✓
Teen Fiction"Whether it's obsession or love. I don't care." ©2021, by bobarel.