Waktu istirahat telah tiba. Sunghoon tak menyadari jika Jake beranjak menuju ke bangku tempat Jia duduk. Tangan kanan lelaki itu menepuk pundak Jia akrab. "Ayo, ke kantin. Lo berdua tadi telat, 'kan? Jajanan gue bakal double nih." Kedua gadis itu kompak memutar bola matanya malas.
Mereka pernah membuat perjanjian. Semisal salah satu di antara mereka terlambat sampai ke sekolah maka patut membelikan camilan siang untuk temannya. Lantaran yang lalai dua orang. Jake rasa, ia akan mendapat porsi lebih dari biasanya sekaligus pelayan pribadi tentunya.
Lelaki berotak cerdas itu, tak menyadari kalau saldonya terlampau mampu untuk membeli seluruh makanan di sekolah. Menurutnya, lebih menyenangkan apabila menggunakan uang temannya dari hasil kesepakatan yang mereka buat. Karena kesepakatan tersebut juga dapat membantu ketertiban mereka bertiga. Meskipun begitu, sesekali mereka tetap terlambat.
Saat langkah Jia, Isa, dan Jake sampai di depan pintu kelas. Jake berbalik, melongok Sunghoon yang kini tengah memainkan pulpennya. Merasa berempati pada teman barunya itu, Jake berinisiatif mengajak Sunghoon untuk pergi ke kantin bersama.
Sebetulnya, nyaris seluruh murid yang berada di kelas tersebut mengajak Sunghoon ke kantin berulangkali. Hanya saja, mereka murid perempuan yang sedang mencari perhatiannya dan Sunghoon malas menanggapinya.
Baik Jia maupun Isa menekuk dahinya heran, mengikuti pergerakan temannya yang kembali memasuki kelas tanpa berkata. "Jake, mau ngapain?"
Jia mengedikkan kedua bahunya. Menunjukkan, bahwa ia pun tidak mengetahuinya.
Di dalam Jake menepuk pundak lebar Sunghoon. "Bro, ayo kantin!"
Kebiasaan Jake memang seperti ini, kepada seseorang yang baru ia kenali. Dengan maksud, supaya murid baru itu cepat beradaptasi dan memiliki teman. Jake juga tidak ingin ada kecanggungan di antaranya. Karena mulai saat ini, Sunghoon telah menjadi teman sebangkunya. Oleh sebab itu, Jake harus segera mengakrabkan diri dengannya.
Bukannya menjawab, Sunghoon justru melemparkan pandangannya ke arah pintu kelas. Manik matanya tak sengaja bertukar tatap bersama Jia selama beberapa detik. Sebelum akhirnya, Jia yang memutuskan kontak mata itu terlebih dahulu. Dengan mengalihkan atensinya pada Isa, gadis yang berdiri di sebelahnya.
"Ayo!" Jake tersenyum lebar saat berhasil mengajak Sunghoon. Ternyata Sunghoon tak sedingin first impression nya. Mungkin lelaki itu hanya malu.
Sambil merangkul pundak lebar Sunghoon yang sedikit lebih tinggi darinya, Jake berjalan menghampiri kedua teman perempuannya yang masih setia menunggu. Dapat Sunghoon lihat tatapan tak bersahabat yang dilayangkan Jia untuknya kala mendapati dirinya bersama Jake. Berbeda dengan Isa yang tiba-tiba menertawakan tingkah Jake.
"Lo pendek, sok-sokan ngerangkul Sunghoon!" ejek Isa.
Di perjalanan menuju kantin. Jia bergurau dengan Isa, serta Jake dan Sunghoon yang berjalan di belakang mereka. Sesekali Jake ikut nimbrung obrolan lucu kedua perempuan itu. Sunghoon yang humornya tak sampai, hanya mengamati ketiganya dalam diam.
"Sunghoon, lo harus sabar-sabarin diri, ya. Mereka berdua emang berisik abis!" celetuk Jake yang dihadiahi pukulan ringan dari tangan mungil Jia.
"Berisikan juga suara ketawa lo!" timpal Jia yang disetujui oleh Isa.
"Nah, bener tuh. Mana receh banget jadi orang. Hati-hati aja, Hoon. Kalau tiba-tiba di kelas dia ketawa sendiri, artinya lagi kesambet!"
Jia bertepuk tangan ribut, menonton adegan Jake diledek habis-habisan oleh Isa dengan kata-kata yang cukup menghiburnya.
"Gue cuman receh bukan berarti kalo ketawa lagi kesurupan!" bela Jake.
Kedua gadis itu hobi sekali menggoda Jake. Sepanjang perjalanan pun, hanya dihabiskan untuk melontarkan lelucon yang membuat Jake ingin menutuk kepala mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable; Park Sunghoon ✓
Teen Fiction"Whether it's obsession or love. I don't care." ©2021, by bobarel.