"Lo cantik."
Ingin sekali Jia mendorong Sunghoon hingga lelaki jangkung itu terjungkal atau terpental. Namun, dirinya sungguh tak sanggup dan tak mampu. Tubuhnya melemas, kakinya melemah, dan tangannya pun seakan kaku seketika. Bisikan yang dapat dibilang sebagai pujian itu membuat telinga Jia gatal dan sedikit panas.
Bukan karena Jia tersipu atau merasa senang ketika mendengarkan tutur kata tersebut. Hanya saja, gadis itu justru merasa risi akan ungkapan tersebut. Dalam kata lain, Jia tidak suka saat dirinya dipuji oleh lelaki bernama lengkap Park Sunghoon itu.
"So-sorry?" Yeojin melongo menangkap pemandangan ambigu di depan matanya, bahkan keberadaan Nicholas yang sempat mengancamnya itu pun, tak dihiraukannya lagi.
Yeojin berupaya mencerna adegan di hadapannya yang bagaikan menonton drama romantis anak sekolahan. Ekspresi seperti orang bodohnya itu kini tergantikan oleh raut wajah sumringahnya. Gadis mungil itu mengedarkan pandangannya sejenak.
"Yang Jia sama Park Sunghoon pacaran di kelas, nih!" hebohnya membuat seisi kelas langsung menatap ke tempat Jia dan Sunghoon.
Tambahan pula, Nicholas yang ikut bergaduh di sebelah Yeojin pun turut berseru. "Mentang-mentang sekarang udah jadi temen sebangku. Bebas pacaran, nih? Mana duduknya mojok, lagi."
Mendengarkan perkataan lelaki rusuh itu, rasanya ingin sekali Jia memukul bibir Nicholas dengan kotak pensilnya sekencang mungkin supaya lelaki itu diam. Namun, apa daya sekadar mendorong tubuh Sunghoon saja, Jia tak memiliki energi. Gadis itu tidak mampu.
Lagi pula, kenapa Sunghoon tidak menarik tubuhnya dari Jia sih? Mengapa lelaki itu malah mengunci tatapannya seakan ingin menghipnotis Jia?
"Yang Jia, Park Sunghoon. Astagaaa!" pekik Isa kala menolehkan kepalanya, setelah mendengar seruan heboh dari Yeojin dan Nicholas.
Lelaki penyuka fisika yang duduk bersebelahan dengan Isa pun mengalihkan atensinya, ke arah belakang kursinya. Fokusnya pada lembaran soal yang diberikan guru menjadi terbagi. Dan betapa terkejutnya, lelaki berwajah blasteran itu mendapati kedua temannya seperti sedang berpelukan. "Oh, god. What are you doing, guys?"
Mendengar Jake bersuara, barulah Jia mampu mendorong tubuh Sunghoon yang enggan beranjak dari posisinya. Aneh, tetapi nyata, Jia terlihat seperti kekasih yang dipergoki tengah berselingkuh.
"Lo berdua bisa gak jangan bercanda di dalam kelas?!" omel Jia sembari berupaya menepis kegugupan yang melandanya dan menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang.
Lelaki yang tengah memutari headband sports di sebelah Yeojin menggunakan jari telunjuknya, tertawa kecil. "Lo berdua pacaran di kelas gak ada yang ngelarang, tuh. Masa gue cuman isengin ini bocil gak boleh sih?" Tangan jahil Nicholas menyentil dahi Yeojin yang tak tertutupi poni tipis membuat sang empu meringis dan memukul lengannya kesal.
"Siapa yang pacaran sih?! Sunghoon kayak gitu karena ke dorong sama Yeojin. Dan Yeojin gak sengaja ngedorong, gara-gara lo isengin!" sangkal Jia yang tak sudi dirinya diduga berpacaran dengan Sunghoon.
Brengseknya, lelaki beralis tebal ini tak menyuarakan sepatah kata pun untuk membela diri atau menghentikan kerunyaman yang tengah terjadi ini. Hanya terdiam layaknya seorang pekerja yang menunggu instruksi dari atasannya dan jika tidak diperintah maka tak akan bertindak.
Nicholas, tetaplah Nicholas. Lelaki itu hobi sekali memprovokasi. Alih-alih meminta maaf, ia justru kembali bertutur. "Chill Jia chill. Gue tau kok, lo malu kepergok lagi mesra-mesraan sama Sunghoon, 'kan? Oh atau jangan-jangan lo berdua sebenernya mau—"
Tiba-tiba Jia bangkit dari duduknya dan meremas jari telunjuk Nicholas yang mengacung ke arah dirinya dengan Sunghoon bergantian.
"Gak usah ngaco ngomongnya, nanti yang lain bisa salah paham. Mending lo balik ke kursi lo, kerjain itu soal. Jangan becanda mulu kerjaannya!"
Nicholas sempat meringis sebab tulang pada jarinya berbunyi tatkala Jia meremasnya dengan kuat. "Galak banget sih, kayak bendahara!" umpat Nicholas untuk Jia yang langsung dihadiahi tatapan tajam nan menusuk dari hazel indahnya.
Beralih ke Yeojin, gadis itu sibuk dengan ponsel yang berada di genggaman tangannya. Jia yang masih berdiri di tempat, merampas ponsel gadis itu. Pupil matanya melebar kala melihat layar ponsel Yeojin. Di sana menunjukkan foto Sunghoon yang sedang menghimpit Jia. Anehnya, mengapa di sisi ponsel mereka bagaikan kedua sejoli yang tengah berpelukan? Ah, bahkan Sunghoon nampak seperti sedang mencium pelipis Jia.
Wajah Jia memerah. "Im Yeojin, ngapain lo foto sih?! Buat apaan ini, hah?!" Bagaikan Debt Collector yang memarahi sang Debitur akibat terlambat membayar, seperti itulah Jia sampai Sunghoon pun mengatupkan matanya, mendengar suara melengking Jia yang menusuk indera pendengarannya.
Walaupun demikian, gadis berwajah imut itu tidak memiliki rasa takut meskipun telah menyaksikan Jia marah. "Maaf, hehe. Abisnya lo berdua keliatan gemes aja. Kayak pasangan backstreet gitu."
Lihat, apalagi ini. Kenapa malah mengutarakan pendapat tidak berguna nya?
"Yeojin, I agree with you! Mereka keliatan gemes, 'kan?"
Jia melirik Isa sekilas dengan raut wajah terkejutnya, lalu mengembuskan napasnya kasar sewaktu Isa turut mendukung perkataan Yeojin. Sialnya, Sunghoon malah terkekeh pelan membuat Jia dan Jake menatap ke arahnya bersamaan.
"Ada yang lucu? Lo kenapa malah diem aja sih? Bilang sama mereka biar gak salah paham!"
"It's just a misunderstanding. Balik fokus ngerjain tugas lo masing-masing. Gak inget Yedam bilang apa? Jam pelajaran ini habis, langsung dikumpulin! Jadi, gak ada waktu lagi buat main-main." Kini Jake yang membantu Jia untuk meluruskan semuanya.
Bersyukur ada Jake, lelaki itu sungguh pengertian. Bahkan, Isa saja turut membuat kesalahpahaman tersebut semakin menjadi dan menambah opininya. Jia tidak merasa jengkel dengan Isa. Akan tetapi, teman perempuannya itu tidak tepat jika mengutarakan opininya di situasi seperti ini.
Jari-jemari mungil Jia bergerak beraturan di atas layar ponsel Yeojin. Jia sangka, Yeojin memotretnya hanya sekali. Namun, terdapat sekitar empat foto yang terambil.
Dengan sedikit penekanan, Jia menghapus keempat foto tersebut. "Nih. Sorry, udah main rebut ponsel lo gitu aja," sesal Jia pelan. Yeojin meraih ponselnya dan meminta maaf juga pada Jia sebelum beranjak ke tempat duduknya.
Semuanya kembali berfokus pada tugasnya, yakni lembaran soal. Begitu pun dengan Isa dan Jake.
"Lo kenapa marah banget? Itu kan cuman masalah sepele?" Suara bariton Sunghoon mengambil alih atensinya saat Jia menempelkan bokongnya di atas kursi.
Lirikan sengit tersorot dari ekor mata Jia yang indah. Bukannya takut, Sunghoon justru takjub akan hal di depannya ini. Jia tampak cantik sekali sewaktu sedang kesal.
"Lo sendiri, kenapa gak ngomong? Malah diem aja," ketus Jia rendah, tak ingin perdebatannya didengar oleh warga kelasnya.
Sang lawan bicara menyimpulkan senyuman tipisnya. "Gak apa-apa. Gue suka aja," akunya yang membuat Jia memicingkan matanya curiga.
"Suka apa?"
"Suka dipasangin sama lo."
Tingkah Sunghoon tuh bikin baper apa bikin takut sih?
Btw, di story ini aku sengaja pengen bikin Sunghoon keliatan freak hehe
Anw, jangan lupa feedbacknya ya. Terima kasih! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable; Park Sunghoon ✓
Teen Fiction"Whether it's obsession or love. I don't care." ©2021, by bobarel.