XXI

2.3K 261 82
                                    

Apa Jia mesti sedikit bersyukur? Lantaran jikalau tengah berada di lingkungan sekolah, Sunghoon tak akan berani mengganggunya. Lelaki itu senantiasa bersikap normal tanpa adanya gerak-gerik mencurigakan yang bisa saja menunjukkan jati dirinya. Meskipun justru di sini Jia lah yang menjadi tersangka sebab begitu nampak sedang menghindari Sunghoon.

Namun berbagai macam pertanyaan yang seringkali Jia dapatkan mengenai Sunghoon. Ia berupaya mengambil langkah tegas, menjawabnya secara singkat sampai tak ada satupun dari mereka yang berani bertanya padanya lagi. Terkecuali teman dekatnya sendiri, yakni Isa. Sejak dua hari lalu, gadis cantik itu bersikeras mendapatkan respon yang sekiranya bisa menjadi titik terang permasalahan.

Dikarenakan Jia tidak mengetahui sama sekali perihal nama kontaknya di ponsel Sunghoon, ia mengelak semua tuduhan Isa. Demikian pula cara supaya Jia terbebas dari segala pertanyaan yang mungkin saja bisa mengungkapkan jejak peristiwa malam itu. "Kalau begitu, gue pinjem ponsel lo!" Isa mengulurkan telapak tangannya seraya berharap Jia akan melancarkan misinya, setidaknya dengan mengecek riwayat percakapan Sunghoon.

Adakalanya sebagai seorang korban, Jia tidak sanggup mengungkit masa buruknya meski kepada orang terdekatnya sekalipun. Terlebih ia berlagak seperti tak pernah mengalami kemalangan yang sudah merenggut kehormatannya. Kini, pandangannya setelah terungkap bahwa Jungwon menjadi korban penindasan teman-temannya, semakin menguatkan Jia untuk membungkam diri.

Adik tersayangnya hanya akan memperoleh cercaan jikalau persoalan Jia terkuak habis. Ia tidak siap Jungwon disebut-sebut sebagai adik dari korban pemerkosaan. Jia juga merisaukan, Jungwon akan dijauhi teman-teman dekatnya seperti Sunoo selaku adik sepupu dari Sunghoon. Intinya, Jia tidak ingin dirinya berujung tak memikirkan Jungwon yang sama menderitanya.

"Kenapa gue bisa nebak My J itu lo? Ya karena setau gue, Sunghoon gak ada deket sama orang berinisial J selain lo." Sang pemilik ponsel bergeming tanpa berminat terhanyut dalam obrolan tersebut, setelah menyerahkan benda yang diminta Isa. "Kan gak mungkin juga kalau itu Jake," ucap Isa berfokus pada ponsel Jia.

"Loh, lo gak pernah chatting sama Sunghoon?" tanya gadis berkepribadian ceria itu terheran sembari netranya menatap Jia yang masih tenggelam dalam angan-angan kosong. Tangannya memang bergerak mengaduk-aduk mie instan yang sempat dipesannya, tetapi fokusnya membuyar ke setiap rasa takutnya. Isa sampai harus menyenggol pelan lengan kiri Jia yang berada di atas meja, untuk menyadarkan lamunannya.

Pemilik bola mata berwarna pekat itu perlahan menolehkan wajahnya dengan raut yang sedemikian rupa ia kontrol. Senyuman tipis melukis di pucatnya paras cantik itu. Dengan intonasi vokal yang rendah, ia bertutur. "Sa, terkadang ada rahasia yang emang mestinya ditutupin dan dikubur dalam-dalam." Ia meraih kembali ponselnya yang tersimpan baik di genggaman tangan Isa. "Karena semua orang gak perlu tau itu."

"Maksud lo? Lo nutupin sesuatu dari gue, ya?" Jia menggeleng lesu. "Udah gak usah dibahas lagi. Mending lo makan mie nya, nanti keburu dingin. Sebentar lagi gue juga mau berangkat kerja," pungkas Jia yang berterus-terang menggelek pembahasan sahabatnya. Merasakan penghindaran Jia yang berulangkali membuat Isa sedikit kesal dan sangat yakin jika ada sesuatu yang terjadi pada Jia.

Kursi berdecit ringan saat Isa menggeser lebih dekat dengan Jia yang meliriknya sekilas. Sepasang tangan putih menyentuh lengan Jia untuk di genggamannya. "Jia, ini terakhir kalinya gue bakal nanya sama lo, terserah lo mau jawab atau engga. Yang pasti setelah ini, gue gak akan cecer lo lagi kayak gini." Gadis itu menyodorkan ponselnya menunjukkan catatan berisi potongan chat Sunghoon yang diingatnya kepada Jia.

"Ini isi chat Sunghoon buat lo, kan?"

•••

Kedua sahabat Jia mulai menyadari teka-teki yang terjadi di permasalahannya. Namun ia enggan sekali terbuka, bahkan sekadar mengindikasikan pun tidak. Mereka masing-masing memegang kunci yang berbeda, tetapi saling bersangkutan satu sama lain. Jikalau saja salah satunya akan membuka mulut, maka sia-sialah semua yang telah ditutupi Jia.

Unstoppable; Park Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang