Hai, aku kembali! Ada yang nungguin ceritaku gak? :"
Maaf banget ya buat kalian yang udah nungguin ceritaku, karena aku tiba-tiba menghilang tanpa jejak :(. Ada problem yang bikin aku gak bisa up sampai berbulan-bulan. And now, aku baru bisa up lagi setelah sekian lama.
°°°
Bagaimana persiapan belajarnya selama ini? Kalian sudah siap, 'kan?" tanya guru Sains, selaku pemandu dalam mengantarkan perwakilan sekolah ke lokasi tempat Kompetisi Sains berlangsung. Pertanyaan yang sebenarnya mudah dijawab, namun membuat jantung Jia mendadak berdegup kencang. Gadis itu harus berulangkali menarik napasnya supaya tak gugup dan menggosok-gosok telapak tangannya yang mendingin.
"Berjalan lancar, Bu. Kita bertiga juga udah siap buat ini!" jawab Jake mantap dan disetujui oleh Sunghoon yang memasang wajah datar.
"Jia, gimana? Gugup ya?"
Jia mendongakkan wajahnya pada Miyeon, guru Sains tersebut. Sepertinya Miyeon hafal betul mengenai mimik wajah Jia yang terlihat nervous. Kebiasaan murid perempuannya ketika hendak melaksanakan Kompetisi. Sebelumnya pun Jia seperti ini, gugup dan rasa khawatir yang melandanya begitu besar walaupun ia sudah belajar giat dan rajin. Rasa takutnya akan menghadapi hal tersebut tetap hadir.
Jia mengangguk kecil, kedua tangannya yang terkepal menjadi satu itu di genggam oleh Miyeon, berupaya menenangkan anak muridnya. "Kamu gak sendiri di sini, ada Ibu dan ada Jake sama Sunghoon. Kita hadapin sama-sama, ya?" ujarnya lembut.
Sunghoon melirik gadis mungil yang berdiri di sebelahnya dalam diam, tak pernah sebelumnya ia melihat sisi Jia yang penakut. "Jia emang gitu, rasa cemasnya tinggi kalau ada hal kayak gini." bisik Jake yang berdiri di paling ujung sisi kepada Sunghoon.
Fokus lelaki tinggi itu masih tertuju pada Jia, atensinya seolah merekam setiap gerakan gadis itu. Melihat Jia mengambil napas lalu membuangnya perlahan mengikuti penuturan Miyeon sampai guru Sains itu mengusap lembut surai halus Jia guna menenangkan muridnya itu.
Sepuluh menit lagi acara akan dimulai, Miyeon bergegas untuk standby di tempat para guru yang menjadi pembina. Jia yang sudah berusaha menetralkan rasa cemasnya, memaksakan dirinya untuk tetap tenang dan fokus. Seperti kata Miyeon, dia tidak sendirian.
"Kepada seluruh peserta Kompetisi Sains Nasional 2022. Diharapkan memakai kartu peserta yang telah diberikan oleh panitia. Lalu segera bersiap di kursi yang telah disediakan di Aula, sesuai dengan timnya."
Para murid dari sekolah lain terlihat sangat percaya diri. Mereka berjalan menuju kursi yang tersusun rapi. Begitu pun Jia, Jake, dan Sunghoon. Setelah para peserta telah terduduk di kursinya, panitia membagikan beberapa lembar kertas soal yang akan diujikan.
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa sudah hampir satu jam kompetisi tersebut dilaksanakan.
Di pertengahan kegiatan itu, pikiran Jia hampir buyar. Bagaimana tidak? Sempat-sempatnya tangan Sunghoon menjamah lutut polosnya yang tak tertutupi rok sekolah.
Mendapat perlakuan seperti itu, tentu saja Jia tak tinggal diam. Ia langsung mengambil tindakan dengan menepis tangan besar Sunghoon dari lututnya sambil melayangkan tatapan tajam supaya lelaki itu sadar akan perbuatannya.
"Gak usah panik, gue yakin kita bisa."
Persetan dengan perkataannya. Bagaimana bisa Jia dapat fokus dan tidak panik jika kelakuannya saja berbanding balik dengan ucapannya.
Jia bergerak menjauhkan kedua kakinya saat tangan Sunghoon tak kunjung lepas dari lututnya dan parahnya lagi sentuhan itu menaik hingga pada pahanya.
Sebetulnya, Jia sanggup mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melepaskan tangan kurang ajar itu. Hanya saja, takut kalau aksinya menimbulkan bunyi berisik dan malah mengganggu sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable; Park Sunghoon ✓
Teen Fiction"Whether it's obsession or love. I don't care." ©2021, by bobarel.