XXXIII

1.4K 178 105
                                    

Absen di sini yuk yang udah nungguin unstoppable?

°°°

Tangan gemetar bergerak menyalakan tombol pada keyboard komputer yang digunakan sebagai media memutar sebuah bukti-bukti bahwa temannya sungguhan seorang korban pelecehan.

Isa, gadis itu berulangkali mengusap air mukanya gusar kala menyaksikan satu persatu bukti yang didapat dari sang mantan kekasih. Iya, mereka langsung mengakhiri hubungan begitu keadaan diperjelas mengenai bagaimana Sungchan sudah memiliki seorang istri secara diam-diam.

Awal mula mendengar kabar tersebut, Isa cukup syok dan seolah jantung berhenti berdetak. Baginya, Sungchan ialah lelaki jujur yang enggan menebar kebohongan. Namun, pikiran positif yang Isa bangun selama mereka menjalin asmara pun lenyap dalam sekejap. Walau demikian, Sungchan meminta maaf dan berkata tidak berniat untuk menyakiti hatinya.

Rasa kecewa belum mereda, kini Isa dikejutkan oleh satu video rekaman yang tersimpan di file tersebut. Rupanya, Sungchan tak memberitahu detail isi flashdisk sampai-sampai Isa membelalakkan mata ketika menonton seorang lelaki menarik paksa perempuan yang tak lain adalah Jia, temannya.

Refleks Isa menutup mulut menggunakan telapak tangan sewaktu mendapati Jia dipukul, ditendang, diseret-oleh lelaki yang dikenalnya-menuju sebuah kamar. Air mata menetes tanpa disadari, membayangkan betapa malang Jia di hari itu. Pasti ia kesakitan sekaligus ketakutan.

"Park Sunghoon, brengsek!" umpat Isa meremas pinggiran kursi erat-erat.

Telunjuk memencet pause, gadis itu menutup wajah menggunakan lengan berupaya meredam isakan. Sungguh, Isa merasa gagal selaku sahabat satu-satunya yang Jia miliki, tidak mengetahui insiden tersebut. Pun, mengganggap tak pernah terjadi insiden buruk, Jia tetap menunjukkan senyum dan tawa meski tidak selepas dulu.

Inikah waktu yang tepat tuk membantu Jia dengan membuat laporan pada pihak berwajib? Namun, benarkah itu yang dibutuhkan sahabatnya?

•••

Lagi, untuk kesekian kalinya Jia terbangun dalam keadaan masih bernapas.

Ia langsung menutup wajah menggunakan kedua tangan, tak peduli jika salah satunya sedang diinfus. Pasti karena perawat menemukan adanya kekurangan nutrisi di dalam tubuhnya. Perih yang diakibatkan suntik infus pun tidak sebanding dengan penderitaannya.

"Pasien Yang Jia dilarang menggerakkan lengan, itu dapat mengganggu selang infus yang sedang bekerja."

Napas terengah-engah, diselingi tatapan tanpa semangat terpancar menembus siapapun yang bersitatap. Ia mendudukkan dirinya seraya melontarkan keluhan. "Kenapa Kak Heeseung selalu berlagak jadi pahlawan kesiangan sih?!" sentak perempuan itu tatkala melihat pelaku yang mengajaknya berbicara terlebih dahulu.

"Maksud kamu?" tanya si tertuduh sembari meletakkan nampan isi makanan; semangkuk sup telur, sayur-sayuran di tumis, dan segelas air yang sengaja dibawanya di meja nakas untuk disuguhkan kepada Jia. Entah sudah berapa hari perempuan itu tak makan secara layak, tubuhnya kehilangan nutrisi.

"Kak Heeseung pikir selama ini aku gak tau kalau Kakak gagalin semua upaya yang aku lakuin?!" Jia paham jika ia keterlaluan sebab meninggikan intonasi suara hanya karena alasan lelaki itu senantiasa menolongnya dari maut. Tapi ia tetap melakukannya.

Heeseung berdiri tepat di sebelah ranjang rumah sakit yang ditiduri Jia. Kedua tangan lelaki itu tersembunyi di balik saku jas kedokterannya dengan salah satu tangan meremas sebungkus permen kapas yang dahulu ketika mereka bertemu, itu menjadi pemanis di antara keduanya.

Unstoppable; Park Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang