III

3.3K 375 57
                                    

Nyaris dua bulan lamanya. Jia masih belum bisa sepenuhnya menerima kehadiran Sunghoon, sebagai murid baru di kelasnya. Bukan, bukan Jia bersikap kekanakan hanya karena hal sepele yang kerap terjadi di antara dirinya dengan Sunghoon itu cukup buruk, melainkan lelaki itu sendiri yang menciptakan suasana buruk terjadi di tengah-tengah mereka sampai Jia terganggu akan hal itu.

Betapa tidak? Hampir setiap harinya ketika sekolah tepatnya sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang Sunghoon lakukan ialah memperhatikan Jia dari bangkunya. Beberapa kali Jia memergoki lelaki itu tengah menatapi dirinya. Namun, begitu Jia hendak menatapnya balik. Sunghoon akan memalingkan wajahnya.

Tak jarang pula, Jia diberitahukan oleh beberapa teman sekelasnya mengenai Sunghoon yang mengawasi dirinya, termasuk Jake dan Isa. Keduanya pernah tak sengaja, mendapati Sunghoon tengah berfokus pada sosok Jia.

Walaupun demikian, perkara menyebalkan itu kerap terjadi padanya. Jia enggan menanyakan perihal itu kepada sang pelaku. Menurut Jia, itu hanya akan membuat Sunghoon merasa berhasil. Jia tidak ingin mengirim lampu hijau untuk Sunghoon, lelaki aneh yang menyebalkan.

Nahasnya, beberapa bulan mendatang akan ujian. Kelas 12 mulai melakukan pergantian tempat duduk supaya belajar mereka lebih efektif dan efisien. Sistemnya, guru memberikan pertanyaan yang wajib dikerjakan oleh anak didiknya. Kelak, sisi kanan kursi akan diisi untuk murid yang berprestasi dan sisi kirinya murid yang cukup pintar.

Sebetulnya, tidak ada murid bodoh di kelas 12-1. Mayoritas dari mereka merupakan murid yang menduduki peringkat atas, salah satunya Park Sunghoon. Meskipun murid baru, kecerdasan lelaki itu tak dapat dimungkiri.

"Sudah, ya? Sampai kalian lulus nanti, tetap dalam posisi tempat duduk yang seperti ini. Ibu keluar sebentar untuk rapat, jangan ada yang berisik!" papar Bu Sojung, selaku wali kelas.

"Kamu ... ketua kelas, Bang Yedam. Awasi teman-temanmu," titah Bu Sojung sebelum keluar dari kelas dan menuju ke ruang rapat para guru.

"Siap, Bu!" jawab Yedam penuh semangat.

Belum lima menit Bu Sojung keluar kelas. Kondisi kelas 12-1 menjadi lumayan ricuh. Banyak dari mereka mengeluhkan perihal tempat duduknya berdekatan dengan seseorang yang tidak mereka sukai. Atau, ada pun yang justru sebangku dengan seseorang yang mereka sukai. Selebihnya, hanya menerima dengan lapang dada, termasuk Jake dan Isa.

Bagaimana dengan teman sebangku mereka sebelumnya?

"Ini kenapa jadi tukeran temen sebangku sih?!" kesal Jia sembari meletakkan tasnya di atas meja.

Manik matanya menyapu di sekitar area kursi duduknya. Sudut kelas paling belakang dekat dengan AC. Lumayan, Jia menyukai udaranya yang sejuk itu. Hanya saja ....

"Iya juga, ya?" sahut Isa, yang duduk persis di depan kursi milik Jia.

"Eh, tapi harusnya lo bersyukur sebangku sama Sunghoon. Liat tuh, banyak yang iri sama lo." Tanggapan Isa membuat Jia mendesis kecil.

Kebenarannya, Jia mendapatkan teman sebangku yang tidak disukainya sejak awal lelaki itu hadir. Park Sunghoon, si Ice Prince dari Kutub Utara. Ah, tidak-tidak. Sunghoon yang bersikap sedingin es dan berlagak layaknya orang misterius itu tidak benar. Bersama Jia, lelaki dengan tahi lalat di sisi hidungnya itu begitu berisik dan bertingkah.

"Tapi gue irinya sama Jake. Dia duduk sama lo," sela Jia tanpa melirik temannya itu. Jia memilih untuk membongkar isi tasnya, sebagai kesibukan yang disengaja supaya tidak mematung seperti Sunghoon di sebelahnya.

"Nge-lesbi mulu lo!" ujar Jake gamblang yang refleks dihadiahi pukulan ringan pada bahunya.

"Heh, gue sama Isa cuman duduk, ya. Bukan pacaran!"

Unstoppable; Park Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang