Jangan lupa untuk vote dan dukungannya sebelum membaca. terima kasih! <3
°°°
Semenjak kejadian sepulang dari Kompetisi, Sunghoon memilih diam karena tengah merencanakan sesuatu. Dan kini, sejak pulang sekolah hingga jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Sunghoon setia terduduk di meja depan minimarket sembari meminum minuman kaleng bersoda, yang sudah ia beli keempat kalinya.
Dari kejauhan matanya terus mengawasi sosok perempuan berperawakan mungil yang tengah membuang kantung plastik besar di tempat sampah depan restoran.
Setelahnya, gadis itu kembali masuk ke dalam restoran dan berbincang dengan wanita paruh baya yang diyakini ialah pemilik restoran tersebut. Sunghoon mengamati gerak-gerik gadis itu hingga sang objek membungkukkan badannya sopan lalu keluar dari restoran dengan tas punggung sekolahnya.
"Beli nasi karinya besok aja deh. Kalau sekarang kemalaman. Pasti Jungwon juga udah tidur," gumamnya kecil sambil mata dan tangannya sibuk tertuju kepada layar ponselnya yang berada di genggaman kedua tangan kecilnya.
Yang Jia, gadis itu terus melangkahkan kakinya berjalan menjauh dari restoran tempat kerjanya. Karena jarak antara restoran dengan rumah susunnya cukup dekat. Pulang kerja, Jia tak susah payah harus memesan kendaraan online. Cukup berjalan kaki sekitar lima belas menitan saja, ia akan sampai. Namun, kekurangan jalan yang biasa dilewati Jia itu merupakan kawasan sepi dan cukup minim pencahayaan. Warga sekitar tidak berinisiatif memasang lampu jalanan, setelah hampir satu tahunan lampu tersebut mati.
"Hai?"
Jia mematung di tempat, gadis itu bingung harus bereaksi bagaimana ketika melihat sosok lelaki bertubuh tinggi berdiri tepat di hadapannya. Haruskah ia terkejut? Ini terlalu mendadak untuknya.
Lelaki itu tersenyum tampan pada Jia serta tatapan mata teduh nan sayunya membuat Jia semakin tak mampu untuk menggerakkan kakinya.
"Kok ngelamun? Gimana kabarnya, Jiyang?"
Panggilan itu ....
Sudah dua tahun lamanya, Jia baru mendengar panggilan itu dilontarkan olehnya. Panggilan yang biasa disebutkan oleh sosok lelaki yang pernah mengisi hatinya dan mewarnai harinya.
Pertemuan yang mereka buat di tengah waktu luang, selalu menjadi waktu favorit untuk keduanya. Meskipun demikian, jarang bertemu dan jarang menjalin kasih berdua. Ketika sekali saja mereka saling menghadap, dunia seakan berhenti. Merekam setiap detik kebersamaan dua sejoli yang kini sudah tak lagi merajut kisah.
Ah, Kenapa Jia malah bernostalgia akan peristiwa bersama lelaki yang sudah berstatus mantan kekasihnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya kecil berupaya menepis semua pikiran yang menumpuk di benaknya.
Sadar Jia, dia itu bukan siapa-siapa lo lagi. Dia udah gak ada artinya lagi. Semenjak kejadian buruk yang menimpa hubungan kalian, batinnya.
"You don't miss me, Jiyang?"
Suara lembut nan rendah yang sesekali pernah dirindukannya itu kembali menyapa indera pendengarannya membuat Jia meremas rok sekolahnya erat. Menahan dentuman kencang yang terjadi begitu saja akibat sebuah kalimat yang dilontarkan dari bibir lelaki bertubuh semampai di hadapannya.
Tak kunjung mendapatkan jawaban dari gadis di depannya, lantas pandangan lelaki itu tertuju pada baju yang membaluti tubuh kecil sang gadis. "Kamu masih pakai seragam sekolah. Abis les?"
Biasanya, Jia selalu menyempatkan diri untuk mengganti pakaian seragam dengan pakaian santainya ketika akan bekerja. Akan tetapi, hari ini super sibuk sebab Jia harus membantu gurunya setelah pulang sekolah. Jadi, gadis itu tidak memiliki waktu untuk sekadar pulang ke rumah dan berganti pakaian. Pada akhirnya, Jia langsung bergegas pergi ke restoran menggunakan seragamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable; Park Sunghoon ✓
Teen Fiction"Whether it's obsession or love. I don't care." ©2021, by bobarel.