XXXI

1.4K 185 56
                                    

Hari ini, lelaki dengan tinggi 185 cm itu melangkahkan kaki jenjangnya ke salah satu perumahan yang terletak di pusat kota. Ia menarik napas dalam-dalam dan membuang perlahan sebelum memberanikan diri memencet tombol bel yang tersedia di sisi gerbang.

Netra sendunya menatap sebuah flashdisk yang berisi senjata ampuh untuk menghentikan aksi gila semua yang telah terjadi.

Ia lelah, amat. Menjadi pesuruh seseorang yang seenaknya mengendalikan hidupnya bagaikan anjing peliharaan. Dimanfaatkan ketika butuh, dipukuli saat menentang tak patuh.

Kalau dipikirkan lebih matang, lelaki bermarga Jung itu mengecap dirinya sebagai lelaki lemah dan bodoh. Ia digerak tanpa bisa memberontak.

Selain karena menjaga gadis tercintanya kepada keselamatan, ia pun tidak ada pilihan tuk mengikuti titahan manusia bersifat setan. Sungchan masih tahu diri. Dimasa keterpurukan ekonomi keluarganya, ayah Sunghoon berperan besar membangkitkan kejayaan yang sulit kembali diraih keluarga Jung.

Memang ayah Sunghoon tak pernah mengharapkan balas budi, tetapi pihak orang tua Sungchan mendorong putranya agar terus bersikap baik pada lelaki yang lebih muda satu tahun dari Sungchan itu.

Muak akan seluruh perlakuan semena-mena Sunghoon, ia memantapkan hati ingin membongkar kebusukan yang selama ini diketahuinya. Dalam flashdisk berkapasitas luas itu tersimpan beberapa bukti percakapan tertulis mengenai lelaki Park yang menginterupsi Sungchan menyadap ponsel kekasihnya, menguntit pergerakan Jia, serta ancaman-ancaman.

Poin paling berpengaruhnya ialah Sungchan mendapatkan foto-foto jepretan Jia diberbagai tempat, sudut, dan posisi. Baik dalam keadaan berpakaian ataupun setengah telanjang.

Bukan ada unsur kesengajaan Sungchan memperoleh foto tersebut. Ditemukan kala Sunghoon teledor mengirim folder file hasil jepretan yang diabadikan lewat CCTV. Menunda hobinya memindahkan karya indah ke memori MacBook sekaligus akibat kelalaiannya, tiga puluh tujuh file berbentuk jpg itu jatuh ke tangan Sungchan.

Entah suatu keberkatan atau apa pun, Sunghoon baru menyadari kebodohannya saat dua hari kemudian, membuat Sungchan diberi peluang menyalin foto-foto tersebut.

Dari awal mendengar suruhan lelaki Park, semuanya tampak janggal. Apalagi, setelah mendengar keputusan Jia melalui penyadap di ponsel Isa yang hendak menggugurkan kandungan. Lalu, Isa yang berbincang perihal sesuatu dengan menyebutkan nama Park Sunghoon. Bermula kala itu, dugaan lelaki Jung akhirnya terjawab.

Pasti Sunghoon sudah melecehkan dan meniduri perempuan yang merupakan teman baik Isa itu; Yang Jia. Meskipun tidak mengucapkan secara gamblang, tetapi potongan-potongan petunjuk di otak mumet Sungchan perlahan tersusun dan mengarah kepada satu kemungkinan itu.

Kalau begitu, sudah seharusnya Sungchan mundur. Menuruti perintah Sunghoon sama saja dengan mendukung kekejian yang terjadi. Menutupi kebejatan menggunakan kejahatan, bukanlah cara Sungchan menyelesaikan permasalahan.

Tidak peduli nanti rahasia tentang pernikahan dirinya bersama Kim Minjeong terungkap dan tersampaikan ke telinga Isa. Sebab, sebelum suasana mericuh, Sungchan akan menguraikan segalanya kepada si cantik pemilik hati.

Mungkin bisa saja setelah ia jujur, Isa mencaci maki, menyumpahi, dan memarahi habis-habisan lantaran menyakiti hati. Namun, kembali pada tujuan, Sungchan sudah siap. Tak hanya siap diteriaki Isa, dipukuli Isa. Pun, ia siap ditinggalkan Isa; si gadis bermata runcing layaknya kucing.

Cepat atau lambat, Sungchan takkan sanggup lagi mengubur hal yang ditutup-tutupinya. Alangkah baiknya, memberitahu di waktu yang semestinya. Tidak ingin pula menggoreskan luka terlalu besar di hati sang pujaan.

Unstoppable; Park Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang