XXXVIII

1.4K 149 46
                                    

Siapa yang udah nungguin cerita ini? Ayo, sini absen!☝🏻

Sebelum mulai baca, don't forget to vote and comment. Happy reading, Bestie! ♡

°°°

Kepala Jia seketika ingin pecah saat menyadari dirinya tengah kembali dalam genggaman lelaki gila yang menghancurkan hidupnya. Rasa jengkel menyelimuti hati, dengan gegabah ia melempari benda-benda yang ada di sekitar sampai menimbulkan suara gaduh yang bisa mengundang eksistensi.

Ia terlalu marah pada kelalaiannya sendiri. Tidak mampu membentengi kelicikan yang terjadi, hingga membiarkan si berengsek itu hadir membelenggunya lagi.

Seharusnya, Jia berada di sekolah, tepatnya di ruang kelas. Sedang mengajar para murid-muridnya tentang ilmu pengetahuan alam menggunakan dasar-dasar kurikulum yang telah ditentukan.

Pun, setelah jam pelajaran telah habis. Mestinya Jia lanjutkan dengan asyik mengobrol dan melemparkan candaan ringan kepada guru lainnya yang sudah mengucap sumpah menjadi rekan seperjuangan.

Namun, kebenarannya tidak seperti itu. Kini Jia—raga yang nyawa dan pikirannya masih tertinggal di sekolah tengah mencari jalan keluar untuk lepas—ternyata tubuhnya kembali terseret masuk, ah tepatnya terpelosok ke dalam cengkeraman Park Sunghoon. Si lelaki yang tidak akan pernah merelakan dirinya hidup tenang dan damai.

Ia melihat ke sekeliling ruangan yang didesain serba hitam keabu-abuan. Walau agak menakutkan, tetapi gemerlap cahaya dari lampu-lampu tampak menggambarkan sedikit suasana cerah dan bebas. Setidaknya, itu dapat membantu. Sangat bertolakbelakang dengan apa yang terjadi pada Jia membuatnya tertawa miris tanpa sadar menitikkan air mata kelelahan.

Jia meraba-raba tempat di mana bisa menemukan tasnya. Ketika ia dapat dan merogoh isian, di sana tidak ada ponselnya. Benda itu menghilang. Pupus sudah harapannya guna menghubungi nomor siapapun yang tersimpan di kontaknya.

Rupanya, Sunghoon benar-benar takkan melepaskannya tuk yang kedua kali.

Ia melirik ke arah pintu kamar yang dipastikan terkunci. Jia hanya menghela napas berat seolah berniat mengumpulkan tenaga guna melawan si penjerat kalau-kalau datang dan menyampaikan pesan jika ingin mengubah hidupnya menjadi lebih berkarat.

Walaupun Jia mengetahui bahwa jendela di kamar ini terpasang jeruji, ia tetap mendekati dan berharap Tuhan mendadak memberkatinya sebuah keajaiban untuk sanggup mendobrak sel-sel besi yang kekuatannya sudah teruji.

Kesibukan Jia menggoyang-goyangkan material yang sampai kapanpun tidak akan terguncang itu ditertawakan oleh sosok di belakang. Ia berdiri menyandarkan punggung tegapnya di dinding dekat lemari sambil bersedekap dada setelah berhasil membuka pintu menggunakan kunci yang ada.

"Perlu bantuan, Miss Jia?"

Sontak tubuh pemilik nama itu mendadak tegang, ditambah ketukan sepatu kulit yang menyaring di kamar mengeratkan ia pada besi yang dipegang. Jia gemetaran lantaran tiba-tiba bayangan saat di toilet sekolah menghantui pikiran.

Namun, Jia menyentak keberanian. Ia bukan lagi seorang anak kemarin sore. Ia pasti dapat menghadapi serangan teror-teror yang mencubit kepercayaan. Ia tak boleh kalah dari bajingan itu!

"Miss Jia kenapa gak ada di kelas? Inikan jam pelajarannya. Ke mana dia?" Sunghoon menirukan gaya bicara guru-guru yang beberapa dikenal oleh Jia. Diperhatikan dari kalimat-kalimat itu, sepertinya mereka mencari keberadaannya yang bagai hilang ditelan ilmu tak kasar mata.

Jia mengepalkan tangan seraya membelakangi Sunghoon yang terkekeh mengejek. Ketika ia hendak memukul dua lengan kokoh yang mencengkeram bahu, ia lebih dulu ditarik mendekat sampai sela-sela di antaranya ditembus tanpa ragu.

Unstoppable; Park Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang