XI

3.8K 372 232
                                    

Hari demi hari hingga kini, telah memasuki minggu ketiga persiapan belajar untuk Kompetisi. Tidak ada kendala bagi Jia, Jake, dan Sunghoon. Mereka berkerja sama dengan kompak ketika mengerjakan latihan soal yang diberikan guru Sains. Beberapa hari lagi, Kompetisi Sains akan dimulai. Ekstra belajar sangat diperlukan oleh mereka dengan sebaik mungkin. Kini ketiganya tengah berkumpul di perpustakaan dengan lembaran kertas soal di tangan mereka.

Waktu baru berjalan sekitar tujuh menit. Namun, ponsel milik Jake yang tertelungkup di atas meja tiba-tiba bergetar. Lantas sang pemiliknya langsung mengangkat benda pipih tersebut, takut mengganggu kedua temannya yang sedang fokus mengerjakan soal. "Sebentar ya, gue ada telfon." Izin Jake sembari beranjak dari tempatnya untuk sedikit menjauh dari posisi duduknya yang semula.

Fyi, hari ini mereka sedang tidak dibimbing oleh guru Sains. Kemarin bersama guru karena harus membahas tentang soal yang telah selesai dikerjakan. Lalu sekarang, mereka hanya perlu belajar secara tim.

"Kenapa, Kak?" sahut Jake pada sang penelpon.

"Oh, iya. Nanti biar gue aja." Jake mengangguk paham dengan penjelasan kakaknya. Yap, penelpon tersebut ialah kakaknya.

Setelah berbincang sedikit. Akhirnya, Jake memutuskan panggilan telepon tersebut dan kembali ke tempat duduknya. Akan tetapi, lelaki berbibir penuh itu tidak mendudukkan dirinya, melainkan merapihkan lembaran kertas soal dan pulpen yang sempat digunakannya ke dalam tas. Melihat itu, Jia langsung mendongakkan kepalanya yang sempat tertunduk. "Loh, mau ke mana? Kok diberesin?"

"Gue mau izin jemput nyokap gue di bandara. Kakak gue gak bisa jemput, dia lagi preklinik." Penjelasan Jake membuat bahu Jia melemas.

Jadi, selama beberapa jam ke depan dirinya harus berada di perpustakaan bersama Sunghoon? Bukan apa, gadis itu sungguh tidak nyaman jika harus berduaan bersama Sunghoon di ruang tertutup itu. Walaupun demikian, di perpustakaan tidak hanya mereka berdua saja. Ada beberapa murid lainnya yang masih mengerjakan tugasnya di sana. Hanya saja, banyak penghalang yang dibuat di setiap meja membuat keberadaannya tertutup.

"Oh, ya ... udah." pasrah Jia lemas. Tanpa disadarinya, Sunghoon menahan diri untuk tidak tersenyum. Ini merupakan salah satu hal yang diharapkannya.

Sepeninggalan Jake, keadaan perpustakaan semakin sunyi. Tidak ada obrolan satu pun walaupun sekadar berdiskusi soal. Apabila kemarin Jia sesekali bertanya pada Jake perihal pembahasan soal Fisika, sedangkan kini gadis itu enggan bertanya kepada lelaki jangkung tersebut.

Seketika kursi di sebelah Jia yang awalnya ditempati oleh Jake, ditarik Sunghoon. Lelaki itu mendudukkan dirinya di sana. Jia mengabaikan hal itu, tetapi kini Sunghoon malah menopang dagunya dengan tangan kanannya dan memperhatikan Jia secara terang-terangan. Itu sungguh mengganggu Jia hingga ia tanpa sadar meremas rok sekolahnya karena takut.

"Kenapa?" Sunghoon menggelengkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangannya dari Jia. "Terus kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?" tanya Jia sembari sesekali meliriknya.

"Gak, gak apa-apa." Kemudian barulah lelaki itu berhenti memperhatikannya sampai soal latihan yang mereka kerjakan telah selesai. Jia dapat bernapas lega.

•••

"Gue anter pulang, ya?" tawar Sunghoon. Yang sontak diberikan gelengan kecil dari Jia sebagai jawaban.

"Adik lo udah pulang dari beberapa jam yang lalu, 'kan? Nanti lo sendirian, jadi mending sama gue aja," tawarnya lagi.

Jia hanya menggelengkan kepalanya, lagi. Mulutnya yang sedang penuh dengan burger kemasan dari Isa, menyebabkannya tidak dapat menjawab Sunghoon dengan ucapan.

Unstoppable; Park Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang