XIX

2.2K 253 115
                                    

Setelah pulang sekolah, kini Isa menarik kursi yang persis berada di sisi kekasihnya sebelum mendudukkan bokongnya di sana dengan raut muka letih bagaikan telah menghabiskan waktu berlarian jarak jauh. Melihat peluh membasahi dahi gadis tercintanya, Sungchan terulur menyekanya memakai punggung tangannya menciptakan senyuman manis yang Isa pertontonkan saat menanggapi hal manis tersebut.

"Kamu kenapa kok kayak abis dikejar-kejar sesuatu?" Sungchan membetulkan tatanan anak rambut Isa yang menyungkup sedikit bagian mata gadis itu. Pun, minuman pesanan Sungchan yang tak lama datang, ia sodorkan supaya Isa dapat menenggaknya.

Isa mengusap sudut bibirnya selepas meneguk jus lemon milik Sungchan. "Kak, ini gak tau perasaan aku aja atau emang bener adanya. Aku barusan merasa diikutin sama seseorang yang pakaiannya itu serba hitam semua," adu Isa berterus terang mengenai insiden yang ia alami beberapa menit lalu ketika hendak pergi menuju kafe untuk menemui sang kekasih.

Sungchan melebarkan pupil matanya, tersirat kekhawatiran di dalam dirinya. "Tapi kamu gak apa-apa, kan? Apa orang itu nyakitin kamu?" Gelengan kecil yang diberikan Isa berhasil menenangkan sejumput kecemasan Sungchan untuknya. Lelaki itu sangat menyesal telah menuruti perintah Isa yang tak ingin ia jemput. Andaikata gadisnya dalam situasi bahaya seperti itu, Sungchan lebih baik menuruti kata hatinya.

"Kenapa bisa ada yang ngikutin kamu kayak gitu? Sebelumnya gak pernah begini," heran Sungchan yang dibalas gelengan lagi, sebab Isa pun tidak mengetahui alasan dan tujuan mengenai seseorang berpakaian hitam yang mengintainya itu. "Aku juga gak tau, Kak. Semenjak—" Isa menggantungkan ucapannya tatkala netranya tak sengaja bersinggungan dengan sepasang mata seseorang yang sedang dibicarakannya.

"Kenapa?" Isa mengikis ruang dengan sang kasih, kepalanya tertunduk sekaligus berbisik. "Orangnya ada di kafe ini, Kak. Tapi aku minta sama Kakak buat pura-pura gak tau aja, soalnya dia lagi mantau kita." Sungchan terperangah mendengarnya, benaknya bertanya-tanya perihal orang yang menguntit kekasihnya karena selama yang ia ketahui, Isa tak pernah memiliki musuh.

"Kak, aku sengaja ngajak Kakak ketemuan di sini soalnya ada sesuatu yang mau aku obrolin. Ini soal sahabat aku, Jia." Sungchan memasang telinga lamat-lamat di kala Isa menceritakan kisah sahabatnya, dari peristiwa awal mula keanehan yang Isa rasakan sampai segelintir teks pesan pada ponsel Sunghoon yang sesungguhnya sempat terlihat oleh Isa. Keadaan mengarahkan Isa untuk berdusta, demi suatu entitas yang ia curigai.

"Inti satu permasalahannya, aku gak tau jelas siapa itu 'My J' yang di chat sama Sunghoon." Jemari Sungchan bergerak mengingatkan Isa untuk tak menggigit bibirnya sewaktu dilanda keresahan. "Tapi aku sedikit curiga kalau itu sahabat aku, Jia."

"Ada baiknya kamu langsung tanyain aja sama Jia, jangan sok mau nyelidikin kayak detektif. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa karena tindakan kamu yang kelewat baik itu, paham?" titah Sungchan yang tak langsung disanggupinya lantaran Isa menaruh kerisauan yang amat dalam kepada Jia. Namun di lain sisi, Isa gelisah bukan main terhadap ancaman yang Sunghoon layangkan untuknya kala itu.

"Tapi kalau seumpama itu Jia, gimana, Kak?" imbuh Isa. Lelaki yang bersamanya itu mengusap kasar wajah tampannya seraya menghela napas gusar berupaya meyakinkan Isa guna mementingkan dirinya sendiri terlebih dahulu. "Kamu diancam si Sunghoon itu loh, Sayang. Tolonglah, nurut sama aku demi keselamatan kamu." Isa melirik genggaman tangan Sungchan padanya sekilas.

"Kak, gimana seandainya aku yang ada di posisi Jia? Apa Kakak tega?"

•••

Nyaris satu jam Jia tengah menanti kedatangan sang adik yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya, ia menggigit ibu jarinya cemas dengan melangkah mengitari di depan pintu utama gedung apartemennya. Pikirannya kalut sebab tidak pernah Jungwon telat pulang sekolah sampai seperti ini. Pun, Jia kembali mengikhlaskan jam kerjanya dengan meminta izin cuti hanya untuk menunggu Jungwon pulang. Apa terjadi sesuatu dengannya di luar sana?

Unstoppable; Park Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang