X

3.1K 362 134
                                    

Keesokan harinya, beberapa kelas telah kosong dalam jangka waktu tiga menit. Para murid berhamburan keluar. Begitu juga dengan kelas 12-1. Hanya tersisa enam murid termasuk Jia dan ketiga temannya. Kedua murid lainnya ialah sang ketua kelas Yedam dan sekretarisnya, Soeun.

"Jia, Jake sama Sunghoon dipanggil ke ruang guru, ya. Suruh menghadap ke kesiswaan," ujar Soeun sebelum keluar dari ruang kelas bersama Yedam dengan kedua tangannya yang membawa jurnal kelas.

Isa mengaitkan tali Tote bag-nya pada bahu, lalu menoleh ketiga temannya itu. "Gue doang yang kaga dipanggil, ya? Kayaknya guru pada gak kenal gue apa gimana sih?" Jia terkekeh kecil mendengarnya. Pasalnya, Isa selalu seperti ini ketika Jia mendapat panggilan dari salah satu guru di sekolahnya.

Pada akhirnya, ketiga murid itu lekas pergi ke ruang guru, sedangkan Isa tentu saja pulang. Di dalam ruang guru, tepatnya meja Pak Kun— Pembina Kesiswaan. "Kalian tau kenapa saya memanggil kalian?" Lelaki itu tersenyum ramah kepada anak muridnya dengan tangannya yang sibuk memilah salah satu stopmap di atas mejanya yang berisi lembaran kertas. Lalu, Kun menarik secarik kertas tersebut dan ditunjukkan kepada ketiga anak muridnya.

"Kalian bertiga terpilih menjadi perwakilan sekolah untuk Kompetisi Sains mendatang." Jari telunjuk Pak Kun mengetuk kertas yang sedang dilihat Jake dengan seksama.

"Nih, di sini menjelaskan bahwa murid yang ingin ikut dan berprestasi di bidang tersebut yang layak mewakilinya. Tapi kesepakatan guru-guru lain beserta kepala sekolah memilih untuk merekomendasikan murid yang akan berpartisipasi saja. Karena Jake sangat ahli di Fisika, Jia selalu mendapatkan nilai sempurna di Kimia, dan Sunghoon yang menguasai materi biologi. Maka itu, saya mengajukan kalian bertiga untuk menjadi perwakilan. Dan tentunya disetujui oleh kepala sekolah dan guru lainnya," jelas Pak Kun yang dibalas anggukan kepala dari ketiga remaja itu seolah tanda mengerti.

"Jadi bagaimana? Apa kalian mau menjadi perwakilan sekolah? Untuk Jake dan Jia yang pernah mengikuti KSN, kalian pasti akan ikut lagi, 'kan? Dan Sunghoon, tentunya kamu tidak ingin menghilangkan kesempatan emas ini, 'kan?" ujar Pak Kun seraya melirik isian yang tertulis di kertas.

Jia mengerjapkan matanya yang sedikit memburam karena fokusnya tertuju pada penjelasan Pak Kun. "Saya ikut, Pak!" ucap Jia mantap, diikuti oleh Jake yang langganan juara.

Pak Kun membenarkan kacamatanya menggunakan jari telunjuknya sebelum netranya menangkap sosok lelaki yang lebih tinggi dari Jake. "Bagaimana Sunghoon?"

"Saya juga ikut, Pak."

Kun menganggukkan kepalanya senang. "Baiklah kalau semuanya setuju. Besok setelah pulang sekolah, berkumpul di perpustakaan untuk memulai belajarnya. Mengerti?"

"Baik, mengerti, Pak!" sahut mereka serempak.

"Ada yang ingin bertanya sebelum saya pulang? Oh atau kalian bisa tanya saya melalui email. Kirim pesan juga boleh." Ketiga murid itu menggeleng pelan membuat Kun mengangguk kecil. "Oke, udah paham semuanya, ya? Kalau begitu kalian bisa pulang."

"Terima kasih, Pak. Selamat malam, Pak Kun!" ujar Jia sembari membungkukkan badannya pada Kun, guna memberi salam hormat, diikuti oleh Jake dan Sunghoon.

"Ya, selamat malam juga. Hati-hati."

Jia mendorong pintu ruang guru untuk keluar dari ruangan tersebut. "Gue pulang duluan, ya?" pamit Jia yang langsung menarik atensi kedua lelaki itu. Namun, tiba-tiba lengan Jia ditahan oleh seseorang.

"Seragam gue mana?" tanya Sunghoon.

"Abis dicuci belum sempet gue setrika," jawab Jia pelan.

Unstoppable; Park Sunghoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang