Kepergian pelaku tak meninggalkan jejak apa pun selain si korban yang tidak sadarkan diri. Hingga saat salah satu keluarga pasien yang menetap sementara di ruangan UGD telah menyelesaikan urusannya dari toilet, ia melihat tirai brankar Jia terbuka dan mengamati cara perempuan itu terbaring sedikit aneh. Lantas, bergerak mendekati tuk memeriksanya.
"Astaga!" pekiknya yang langsung menekan Nurse Call di dekat ranjang tempat Jia berbaring.
Tidak lama dokter dan seorang perawat datang tuk mengecek kondisi Jia yang terkapar lemah. Sang pelapor tadi kini tengah menunggu di luar tirai, netranya menangkap satu pemuda yang sedang berjalan melangkah ke arahnya.
"Nak, kamu kenal perempuan di brankar ini, kan?" Lelaki itu mengerutkan keningnya merasa heran diberi pertanyaan secara mendadak. Namun, ia menjawabnya menggunakan kalimat tanya juga. "Kenapa emangnya, Bu?"
"Tadi saya nemuin dia pingsan. Awalnya saya kira lagi tidur, tapi posisi badannya gak seperti orang tertidur. Makanya, saya deketin. Ternyata dia pingsan, soalnya saya juga gak sengaja sempat melihat ada bekas cekikan di lehernya walaupun gak bisa lihat secara jelas." Penjelasan wanita paruh baya yang memegangi lengannya itu membuat pupil mata si pendengar tiba-tiba melebar terperangah.
Ia menyingkap tirai yang menutupi brankar Jia sampai perawat menahannya yang hendak masuk. "Maaf, dokter sedang memeriksa pasien. Mohon tunggu sebentar, ya." Memicu sang wira menghela napas kasar sembari menyugar rambutnya ke belakang dengan cemas tak terbendung.
Belum lewat hitungan menit, Jake hadir sambil berlari kecil menampilkan raut muka tegang seolah sesuatu tak terduga telah terjadi. "Sunghoon?" gumamnya yang langsung melirik sudut ruangan tatkala mendapati dokter serta perawat hendak keluar dari balik tirai.
Sunghoon mengabaikan kehadiran Jake yang memandanginya heran dan beralih menghampiri dokter. "Pasien mengalami sesak napas dalam waktu singkat akibat cekikan yang menyebabkan salurannya sedikit terganggu. Syukurnya, setelah diperiksa denyut nadinya sudah mulai stabil. Meskipun tidak ada gejala serius, tapi kami tetap harus memantaunya."
Mendengar penjelasan dokter yang Jake tebak mengenai Jia pun membuatnya menganga serta membulatkan matanya. Ia nyaris menyingkap tirai yang menutupi akses area tuk melihat keadaan saudari kandungnya, tetapi perawat menahannya.
"Bayinya gimana, Dok?" serobot Sunghoon dengan kedua tangan gemetaran. Ia mesti memastikan bahwa kondisi anak dalam kandungan Jia baik-baik saja. Jika tidak, maka takkan ada lagi sesuatu yang dapat mempertahankan segala rencananya. Pun, hati kecilnya belum siap untuk kehilangan darah dagingnya.
Dokter kembali menimpali, "Untuk itu kami perlu pemeriksaan lab supaya semuanya diketahui dengan jelas tanpa ada yang terlewatkan. Nanti dilaksanakan pagi hari, ketika pasien siuman, ya. Biarkan pasien istirahat terlebih dahulu. Saya permisi."
Embusan napas berat meluncur melalui bibir Sunghoon, sedangkan lelaki di sampingnya masih mengoceh menanyakan tentang Jia. "Tadi gue gak salah denger, kan? Dokter bilang Jia sesak napas akibat cekikan? Siapa yang nyekik dia? Lo?" tuduh Jake yang langsung mendapat lirikan sinis dari empunya.
"Sial!" umpat Sunghoon dengan kedua tangan mengepal di sisi. "Lo tunggu di sini. Jangan sampai pelakunya balik lagi."
Yang diperintah hanya bisa melongo memandang punggung Sunghoon yang semakin menjauhi ruangan. Dan, ucapan itu seakan menyuruhnya berwaspada agar pelaku asli tidak kembali mendatangi Jia. Padahal, kecurigaan yang ditujukan untuk lelaki jangkung itu sedikit lagi akan terbukti.
Jake menyisir ke belakang rambut yang mulai memanjang dengan raut mengkerut. Saat hendak memejamkan mata sejenak, tiba-tiba panggilan Jay dari arah pintu ruangan memaksa Jake segera menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable; Park Sunghoon ✓
Teen Fiction"Whether it's obsession or love. I don't care." ©2021, by bobarel.