Jake menjadi lebih perhatian berkali-kali lipat kepada Jia setelah peristiwa janggal malam itu yang selalu menghantuinya. Ia cemas jika membiarkan temannya itu berkeliaran bebas diluar sana tanpa adanya sosok penjaga. Mungkin terkesan lebay, tetapi Jake punya alasan tersendiri mengapa ia begitu merisaukan Jia.
Meskipun Jia berulangkali menolak tawaran Jake yang akan mengantarkannya pergi menuju tempat kerja atau menjemputnya dari tempat kerja, lelaki berhidung bangir itu tetap saja bersikeras ingin melakukan hal tersebut tanpa persetujuan sang empunya. Dengan perasaan tidak enak yang terkesan merepotkan Jake, ia mesti menghargai upaya lelaki itu untuknya.
"Makasih banyak ya, Jake. Akhir-akhir ini lo selalu antar jemput gue sampai tengah malam begini. Gue ngerasa ngerepotin lo banget. Bukannya gue nolak semua kebaikan lo, tapi besok gak usah lagi, ya?" pinta Jia yang dihadiahi raut wajah kecewa dari sang teman. Helaan napas keluar dari bibir tebalnya dengan menatap dalam seseorang yang selalu ingin ia lindungi itu.
Jake mengamati lingkungan sekitar apartemen Jia hingga menimbulkan tanda tanya di benak sang hawa. "Kenapa, Jake?" tanya Jia heran. Jake mulai mendekati wanita yang setinggi bibirnya itu seraya menundukkan wajahnya supaya menghilangkan jarak yang membatasi mereka membuat Jia perlahan memundurkan langkahnya lantaran takut.
Pandangan Jia tertuju sepenuhnya pada lantai apartemen tanpa ingin melihat temannya yang kini bertingkah aneh dengan tubuh yang terus mundur hingga terantuk dinding apartemen yang dingin. Jake semakin mengikis jeda, napas hangat memburu yang dihasilkan keduanya pun dapat dirasakan dan sempat beradu. Jia memekik tiba-tiba tatkala Jake membuat gerakan ingin mencium bibirnya.
"Jake ..." Dada naik-turun seiring napas yang tersengal itu menandakan bahwa Jia tak baik-baik saja. Ia ketakutan setengah mati sekaligus merasa bingung akan tindakan yang hendak dilakukan teman baiknya itu. Netra pekatnya menatap nanar Jake yang hanya bergeming di tempatnya tanpa berkata apapun. Lelaki itu justru berpindah ingin menyentuh lengan Jia yang lagi-lagi ditangkis oleh empunya.
"Jake, gue gak tau apa yang mau lo lakuin ke gue, tapi kalau lo mengharapkan imbalan semua kebaikan yang udah lo kasih sama gue dalam bentuk kayak begini, gue gak bisa." Dengan suara yang bergetar ia memberanikan diri membuka pembicaraan serius. Pun, Jia memeluk dirinya sendiri untuk menghindari Jake yang takutnya akan menyentuh tubuhnya. Matanya yang berkaca-kaca itu mengkerlip seperti ingin menangis.
Jake menelisik ekspresi tegang nan ketakutan yang dipancarkan wanita di hadapannya. "Satu ciuman aja," bisik Jake yang semakin menegangkan otot-otot syaraf tubuh Jia, napasnya pun menjadi sesak dan kakinya terkulai lemas kalau saja tak ia tahan sekuat mungkin. Apa yang baru saja Jake katakan? Tubuh Jia bereaksi terhadap itu, bergetar hebat disebabkan satu kalimat yang memicunya pada insiden tersebut.
"Jake, gue kecewa sama lo ..." lirih Jia diiringi air mata yang berderai dari pelupuk matanya. "Gue pikir selama ini kebaikan lo tanpa pamrih itu satu-satunya hal wajar di antara pertemanan kita. Nyatanya lo mengharap imbalan? Kita ini temen sejak lama, Jake. Kenapa lo—"
"Kenapa lo gak pernah terbuka sama gue?" Jia terhenyak. "Lo punya sesuatu yang disembunyiin, kan?" lanjut Jake dengan intonasi suara tegasnya yang sukses membekukan pergerakan Jia. Mata berair yang tadinya menatap Jake, kini termenung kosong pada objek yang bahkan tak dapat ia lihat secara jelas akibat terhalangnya cairan bening itu.
"Jake ..." lirih Jia. "Gue mohon jangan bohongin gue lagi. Gue bisa lihat dari reaksi lo, Jia. Lo ketakutan, badan lo gemeteran, bahkan lo sampai nangis ketika gue minta hal tadi sama lo!" tukas Jake masih setia memperhatikan sosok wanita itu dengan raut sendunya. Jake tidak mengetahui apapun yang telah menimpa temannya ini, tetapi ketika ia mengamati seksama yang Jia selalu menghindari sentuhan fisik, timbullah kecurigaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable; Park Sunghoon ✓
Teen Fiction"Whether it's obsession or love. I don't care." ©2021, by bobarel.