Jia kembali dari minimarket dalam keadaan emosi karena Sunghoon senantiasa mengganggunya saat ia berpindah dari rak ke lain rak ketika berada di minimarket. Beruntung tak lama kemudiannya, Jungwon datang dengan keranjang belanja berisi empat buah susu kotak berukuran besar dan beberapa biskuit serta camilan lain kesukaannya. Jia menghela napas lega, sedangkan Sunghoon menyimpan raut kesal di balik wajah tampannya.
Keluar dari minimarket, Sunghoon menuturkan sesuatu hingga menciptakan tanda tanya besar di benak Jungwon. "Nanti gue telfon lagi, ya? Masih rindu."
Jungwon menyimpulkan bahwa kala ia memasuki kamar sang kakak ketika hendak mengajaknya ke minimarket, Jia sedang bertelepon dengan Sunghoon. Jungwon yakin sekali.
Namun, mengapa dari raut wajah Jia nampak tidak menyukai lelaki tampan itu? Ah, mungkinkah Jia sedang bersandiwara supaya Jungwon tak mencurigainya? Jikalau begitu, Jia tidak akan digoda oleh adiknya karena memiliki suatu hubungan dengan Sunghoon. Mungkin saja, 'kan?
"Katanya gak pacaran," ledek Jungwon sembari berdiri di sebelah sang kakak yang tengah sibuk menata beberapa belanjaan untuk dimasukkan ke dalam kulkas. Jia telah berspekulasi hal ini akan terjadi padanya. Ini semua akibat Sunghoon sialan yang berbicara sembarangan dengan embel-embel rindu, lagi. Menjijikkan.
"Kamu gak usah dengerin apa kata cowok itu, dia gak jelas."
Tangan mungil Jia yang hendak menarik Tote bag khusus tas belanja satunya, dihentikan oleh Jungwon. Lelaki berlesung pipi itu turut berjongkok di samping sang kakak. Jungwon beralih memasukkan beberapa kotak susu dan camilan miliknya. "Ey, Kak Jia jangan malu-malu. Tadi kak Sunghoon sampai bilang masih rindu, itu apa?" goda Jungwon seraya menaik-turunkan alisnya.
Sang empu mengembuskan napasnya sejenak sebelum beranjak diri dan berupaya mengabaikan setiap godaan Jungwon yang membicarakan tentang Sunghoon.
"Kak Jia hebat banget bisa dapetin cowok kayak kak Sunghoon. Udah ganteng, pinter, kaya lagi." Jia meringis pelan mendengar Jungwon memuji-muji Sunghoon secara berlebihan.
"Sunoo temen aku aja, ayahnya itu kerjanya apa, ya ... pokoknya dia tuh kaya banget, Kak. Pekerjaan ayahnya aja aku gak pernah denger sebelumnya kalau gak dikasih tau sama dia. Nah, pasti kak Sunghoon juga tuh kaya banget. Soalnya mereka sepupu-an, 'kan?" celoteh Jungwon tiada hentinya dengan tangan yang sibuk bekerja dan mulutnya pun ikut serta.
Jia terbiasa menanggapi hal tersebut. Adiknya super cerewet dan banyak tingkah. Namun, terlepas dari itu Jia menyukai sifat ceria adiknya. Jungwon itu bagaikan happy virus untuknya.
"Kak, jangan putusin kak Sunghoon, ya?"
Jia tersentak kecil di kala kegiatan mencuci buah yang dibelinya di minimarket. Lantas Jia menoleh kecil ke arah Jungwon yang telah selesai melakukan aktivitas menata susu dan camilannya di kulkas. Kini lelaki muda yang lebih tinggi dari Jia itu mendekati kakaknya dengan sebuah gelas berisi susu di tangannya.
Ketimbang mengomel lebih baik Jia tertawa kecil. Apabila sedang berprasangka, lelaki itu akan kekeuh pada praduganya. "Putusin gimana? Pacaran aja engga."
"Kak, serius!" tegur Jungwon.
"Yang Jungwon, dengerin. Kakak sama Park Sunghoon itu gak punya hubungan apa-apa selain temen sekelas, paham?"
Jungwon menggelengkan kepalanya imut dengan bibirnya yang sedikit mengerucut kecil. Itu kebiasaan Jungwon tempo sedang merajuk. "Gak, Kakak bohong! Orang kak Sunghoon aja bilang rindu gitu. Pasti kalian pacaran!" kekeuh Jungwon dengan nada suara yang sedikit meninggi.
Sulit sekali menguraikan sesuatu pada Jungwon. Lelaki berwajah imut ini memiliki kepercayaan diri tinggi terhadap instingnya.
"Jadi kamu lebih percaya sama dia dibanding Kakak kamu sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable; Park Sunghoon ✓
Novela Juvenil"Whether it's obsession or love. I don't care." ©2021, by bobarel.