EPILOG

733 24 0
                                    

Bukan kah jika ada awal harus ada akhir?
Bukankah jika ada prolog harus ada epilog?
Sepenggal kisah ini mau kah kamu melanjutkannya bersama ku?

***

Annaliza berlari kecil dengan menenteng kotak kecil berisi kue donat untuk sahabatnya, Aika. Gadis berkuncir kuda itu sangat riang dan berseri-seri sesaat melihat sahabatnya berdiri di halte bus.

"Aika!" Seru Annaliza seraya berlari. Gadis delapan belas tahun itu datang sambil menyerahkan kue donat pada Aika.

"Tidak pakai mobil lagi?" Tanya Aika, gadis manis dengan bando kuning cerah yang senada dengan dress-nya.

"Tidak!" Jawab Annaliza lugas. "Sudah lama ya?"

"He'em dari tadi. Biasanya jam segini 'tuh sudah berangkat." Keluh Aika. Ia menatap jam tangan nya yang menunjukan pukul delapan kurang sepuluh menit.

"Gawat lah kita, mana dosen hari ini galak semua!" Ucapnya lagi. Aika mengalihkan pandangannya, "Ann, kamu tidak berfikir untuk absen bukan?" Tanya nya aneh. Karena penampilan Annaliza hari ini sungguh berbeda dari biasanya.

"Kamu tahu aja!" Annaliza nyengir. Matanya tampak menyipit kalau gigi kelincinya ditunjukkan. "Mau marathon novel yang ku pinjem dari perpus."

"Yang karakternya sama dengan nama mu?" Annaliza mengangguk sebagai jawaban. "Astaga Ann, segitunya kamu ya. Pantesan mata mu lembab kayak gitu." Aika gemas.

"Tidak masuk sehari tidak akan membuatku bodoh Ai," ucapan Annaliza mampu mendapat delikan tajam dari Aika. Gadis berbando itu mengetuk kepala Annaliza dengan keras sehingga membuat Annaliza mengaduh kesakitan.

"Kebiasaan Ai!" Seru Annaliza tak terima. "Sudahlah kalau udah tamat aku kabarin alurnya seperti apa sama kamu!"

"Katamu bukannya sudah tamat?" Aika sering mendengar cerita itu dari Annaliza karena sahabatnya itu sering sekali menceritakan isinya.

"Sudah si. Tapi aku baru sadar ada beberapa halaman ke belakang yang masih berisi."

"Kenapa tidak di kampus aja baca nya?"

"Tidak seru. 'Kan kalau sambil ngamar enak tuh!"

Annaliza tersenyum nyengir lagi. Aika memang sahabat yang pengertian. "Ai, aku takut."

"Takut kenapa?" tanya Aika tak mengerti.

"Takut ending buku ini tak sesuai harapan ku!"

Aika juga terdiam. Aika tidak suka membaca, apalagi membaca novel. Tapi mendengar isi cerita dari buku yang Annaliza baca, keraguan muncul di hati kecilnya.

"Tak akan lah. Itu hanya tokoh fiksi. Bukan nyata. Juga zaman sekarang mana ada iblis! Mana ada vampir. Hello Ann. Sekarang zaman udah 2023 tekan kan ya... Dua ribu dua puluh tiga." Suara nyaring Aika tak mengganggu siapapun karena di halte ini tidak ada siapa-siapa kecuali mereka berdua.

"Sudahlah. Jangan dipikirkan!" Ucap Aika akhirnya.

Annaliza mengangguk. Kemudian kepala kecilnya melirik kesana kemari. "Kok gak ada bus yang lewat ya?" Annaliza merasa aneh, "sepi juga ini."

Aika juga berfikir demikian, "Kamu mendingan pulang duluan deh Ann, aku udah ngabarin pacarku buat jemput ke sini!" Ucap Aika seraya menunjukkan isi chatingan nya bersama sang pacar.

"Ish. Nasib jadi jomblo gini nih." Annaliza kesal. "Kalau begitu aku balik ya! Dadahh Aika!"

Setelah memberi kecupan singkat di pipi Aika, Annaliza berlari kecil meninggalkan gadis berbando itu. Wajahnya riang dan dia terlihat gembira.

Aika termenung dan duduk di kursi yang tak jauh dari sana. Aika melonjak kaget saat sapaan hangat menyadarkan diri dari lamunanya?

"Azura!"

Aika menoleh mendapatkan pemuda yang duduk di mobil kusri pengemudi. Setengah kacanya diturunkan. Aika tersenyum indah. Gadis itu berlari dan memasuki mobil. Dengan kecupan singkat di bibir, Aika berkata, "Ares."

"Bagaimana dengan Annaliza?" Tanya Ares kemudian.

Azura menggeleng lemah. "Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Itu keinginannya."

Sudah beribu tahun. Semuanya tidak sama. Tatanan makhluk hidup sedikit berubah karena Annaliza. Keinginan gadis itu yang menyebabkan semuanya.

***

Annaliza bersenandung ria. Kuncir kudanya mengayun ke kanan ke kiri. Senyum manisnya mengembang kala melihat sisi sisi yang ia lewati. Indahnya bunga dan harumnya memasuki indra penglihatnya dan indera pendengar nya.

Sedikit lagi. Rumah kecil minimalis miliknya menanti kedatangannya. Annaliza mencoba menggapai pintu. Tangannya yang memegang knop pintu sedikit gemetar sesaat pelukan hangat menerpanya. Bulu mata Annaliza berkibar, tapi matanya tidak bisa menahan rasa akrab dan aneh ini.

"An, apakah kamu tidak pernah menginginkan ku? Apakah kamu tidak pernah mengingatku?"

***

Yeay epilog🐈

tidak mengerti kah?

Sebenarnya alurnya emg gini, sederhana tapi pabaliut (kusut) gak jelas.

Tapi aku udah kasih clue sebelumnya. Dan pernah ada yang komen waktu itu. Tapi, itu emang bagian dari alur cerita, ya. Kalau gak salah chpter 7.

 Kalau gak salah chpter 7

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Abaikan iklannya😊)

Nah itu,

Jadi ini tuh kehidupan Annaliza.

Semoga mengerti.

Annaliza's Secret (End+ Revisi Berjalan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang