Memang relate sih. Ayah itu jarang
marah tapi sekalinya marah,
lebih serem dari marahnya Mama.
____Jika orang-orang yang sedih, lesu, galau, kesel, campur aduk deh pokoknya atau istilah kerennya badmood itu biasanya mager ngapa-ngapain, malas makan, malas sekolah, malas mandi, pokoknya malas gerak. Tapi berbeda dengan Nizar, jika dalam kondisi seperti itu atau badmood Ia malah rajin masuk kuliah.
Sedangkan Nizar jika Ia lagi goodmood, kuliah seminggu Nizar cuman masuk sehari, itupun cuman satu mata kuliah. Aneh banget nih sifat Nizar.
Seperti sekarang, Nizar tengah serius-seriusnya memperhatikan penjelasan maupun instruksi dari dosen yang berperawakan killer itu. Pak Sultan atau mahasiswa-mahasiswi sering memanggilnya dengan panggilan Pak Susis. Gelaran itu diberikan karena beliau sangat takut dengan isterinya, tergolong kedalam suami-suami takut istri alias Susis. Apalagi, isterinya juga seorang dosen yang mengajar di universitas yang sama dengannya, double kill gak tuh.
"Kalian itu sudah menjadi mahasiswa dan mahasiswi. Mahasiswa itu sudah di atas dari jenjang siswa-siswi sebelumnya. Jika dulu saat SD, SMP, dan SMA kalian masih sering disuapin, dikasih makan dan minum dalam artian sudah dikasih materi masih perlu dijelaskan. Namun, jadi seorang mahasiswa kalian harus makan sendiri. Bila perlu, cari materi sendiri, jabarkan sendiri, jelaskan sendiri, jawab sendiri." Jelas Pak Sultan panjang lebar. Tentu saja dengan suara yang tegas dan juga lantang.
"Bacot banget nih, Pak Susis. Sok-sokan ngajar, kayak dosen aja." Decak Nizar, capek mendengar ceramah yang terus-terusan diulang oleh Pak Sultan. Apalagi, Pak Sultan menyebutkan soal makan, jadinya Nizar lapar ingin makan ketoprak.
"Kan Pak Sultan emang dosen, sayang." Jawab Salsa yang duduk di samping Nizar.
"Kalian semua pasti mau jadi sukses 'kan?"
"Mau pak." Jawab seisi kelas.
"Maka dari itu, jika ingin sukses harus ditata sejak dini. Sukses itu berawal dari hari ini, menit ini, dan detik ini. Maka mulai dari sekarang kalian harus mulai membuat plan untuk kesuksesan kalian di masa depan."
"Bukannya sukses itu berawal dari huruf S yah, Nizar?" Celetuk Abay yang duduk di belakang Nizar. Bukannya menjawab, Nizar malah mengabaikan Abay dan memajukan sedikit kursinya.
"Apalagi sekarang kalian sudah semester 4. Harus belajar lebih giat, tuntut ilmu lebih serius." Pak Sultan terus saja memberikan nasihat-nasihat yang membuat para mahasiswa mengantuk, padahal masih pagi.
"Lama-lama bukan ilmunya yang gue tuntut, tapi Pak Sultan yang gue tuntut. Nyerocos mulu dari tadi, bukannya ngasih materi malah sibuk ngebacot." Dengus Nizar dengan suara pelan. Untung saja, dia duduk di belakang, jadinya Pak Sultan tidak terlalu memperhatikannya.
"Husst, sayang jangan ngomong gitu! Nanti Pak Sultan denger." Ujar Salsa menasehati pacarnya.
"Baik, ada yang ingin bertanya?"
Mendengar pertanyaan itu, dengan cepat Nizar mengangkat tangannya. Ia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
"Saya pak."
"Silahkan, Nizar!"
"Bukan bertanya sih, Pak. Saya hanya ingin memberitahu kepada bapak, jika tadi istri bapak—ibu Fitri menyuruh saya memberitahukan agar bapak menemuinya sekarang di ruangannya." Ujarnya berbohong.
"Serius kamu, isteri saya ngomong gitu?" Tanya Pak Sultan memastikan. Mendengar nama isterinya saja, keringat Pak Sultan sudah bercucuran deras. Suara yang tadinya tegas dan lantang, kini hilang terganti dengan cemas dan gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaruza ✓
Художественная проза[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Dalam islam, pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Kalau perihal jodoh, itu sudah diatur oleh Allah dan tentu saya punya. Entah itu dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz atau maut." Jauza menjelaskan panjang lebar. "Lauhu...