31|| Awali dengan Basmalah

209 24 20
                                    

Gak tau kenapa, tapi dalam setiap harinya, jam, menit dan detiknya, gak ada satupun hal yang jadiin alasan
buat gue gak suka sama lo.
______

"Jauza, les hari ini kita percepat yah!" Ujar Nizar tiba-tiba.

Jauza yang baru saja duduk, kebingungan dengan ucapan Nizar. "Kenapa kak?" Tanyanya.

"Soalnya hari ini gue mau urus kartu keluarga di Capil." Balasnya, ikut duduk di kursi.

"Yaudah kak, kalau kakak memang ada urusan, les hari ini kita tunda saja." Saran Jauza, namun Nizar dengan cepat menggeleng.

"Gue ke Capil mau urus kartu keluarga bareng lo." Balasnya santai sembari mengambil beberapa perlengkapan di dalam tasnya.

Jauza memasang wajah bingung. "Kenapa harus sama saya kak?"

"Kan kartu keluarganya di isi nama kita berdua." Nizar menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum lebar.

Jauza tertawa dengan menutup mulutnya. "Kak Nizar bercandanya lucu juga, hehe."

Gaya ketawa Jauza yang terlihat unik itu justru membuat Nizar makin tertarik kepadanya. Cara ketawanya yang sederhana dan suaranya yang lembut, membuat satu hal tentang dirinya masuk ke dalam list, hal-hal yang membuat Nizar tertarik padanya.

"Dan ajaibnya saat bercanda sama lo, gue lebih banyakan sayangnya daripada ketawanya." Ungkap Nizar jujur, tapi Jauza sepertinya masih menganggap itu adalah candaan pengantar les mereka.

"Udah-udah kak! Kalau kakak bercanda terus, kapan mulai lesnya?" Timpal Jauza membuka buku catatan daftar materi yang akan diajarkan olehnya untuk Nizar.

"Dia sadar gak sih kalau semua itu bukan candaan?" Batin Nizar tersenyum penuh arti. "Lo makan kan hari ini? Soalnya sudah hari selasa." Tanya Nizar, namun pertanyaannya ini membuat Jauza ambigu. Jauza seketika menaikkan dahinya.

"Ituloh gue lupa lagi namanya, pu-pupus. Itu yang nggak makan dari fajar sampai matahari tenggelam."

"Oh, puasa sunah senin kamis." Jawab Jauza menahan tawanya. "Nahiya itu! Lo nggak puasa kan hari ini?" Seru Nizar. Jauza mengangguk.

"Mbak!" Panggilnya pada seorang waiters yang tak jauh dari duduknya.

"Gue mau pesen spaghetti bolognese sama juice mango. Jauza lo pesen apa?"

"Gak usah kak! Jauza masih kenyang," jawabnya.

"Kenyang dari mana, orang tadi gue liat lo belum makan sehabis kuliah. Yaudah mbak, spaghetti bolognese sama juice mango, 2 ya!"

"Baik tuan, silahkan ditunggu."

Nizar bertumpu dagu dengan satu tangannya. "Sambil menunggu pesanannya datang, mending lo kasih gue hari lo mau ngajarin gue apa?"

"Agama," sahut Jauza. Nizar mengangguk-angguk, sebenarnya dia kurang percaya dengan hal seperti religi dan spritual seperti ini. Namun, apapun akan dia turutin asal itu Jauza yang suruh.

Emang yah, cinta sesederhana itu.

"Woi! Apa kabar bro?" Sapa lelaki dengan membawa nampan yang berisi pesanan Nizar. Ia kemudian memindahkan piring-piring yang ada di nampan ke meja. Ia nampak 2 tahun lebih tua dari Nizar.

Sedangkan Jauza sibuk dengan dunianya sendiri sembari menunduk. Ia tak biasa dengan orang baru seperti itu.

"Astaga Erwin, Sini gabung! Lo liat gue segar bugar begini, lo sendiri gimana?" Nizar menarik kursi yang berada di sampingnya, lalu mempersilahkan Erwin duduk.

Zaruza ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang