37|| Kenyataan pahit

187 21 4
                                    

Sebanyak apapun cobaan, namun Jalanmu
tidak akan tersesat dan arahmu tidak akan
tersekat selagi kau tidak lupa arah kiblat.
______

Nizar menaburkan makanan ikan dan merendam kedua kakinya ke dalam kolam ikan miliknya. Pikirannya seketika berkecamuk jika bayang Jauza yang sedang duduk dia atas pangkuan seorang pria hadir di fikirannya.

Kenapa disaat hati sudah memantapkan pilihannya, selalu ada saja cobaannya?

Ia bahkan tidak mau masuk kampus dan beralasan kepada Naya bahwa Ia sedang sakit. Nizar tak mau jika harus bertemu Jauza. Walaupun, tidak ada hubungan namun emang sesakit itu menerima kenyataan tentang seseorang yang kita cintai.

"WOI! SENDIRIAN AJAH!" Nizar terlonjak kaget mendapati seseorang yang datang-datang bukannya memberi salam tetapi malah mengagetkan. Siapa lagi kalo bukan Abay.

"ANJR*T! NGAGETIN AJAH SIH LO."

Abay cengingisan kemudian ikut duduk di samping Nizar. "Sakit apa sih lo sampai gak masuk kuliah?" Tanyanya. "Gue tau pasti lo cuman alasan biar bisa bolos kan? Lo kan biasa kayak gini." Cerocos Abay.

Tak meladeni ucapan Abay, Nizar masih berkecamuk dengan fikirannya. "Bay, lo pasti gak percaya kalau gue cerita tentang ini," sahut Nizar.

"Cerita apasih? Kayaknya penting banget. Oiya btw, Jauza tadi nyariin dan nanyain, lesnya kapan dan dimana?"

Wajah Nizar langsung berubah masam mendengar namanya. "Bilang ajah gak usah les! Malas gue sama dia," ketusnya berdiri menuju kursi yang ada di sana.

"Lo kenapa sih? Apa jangan-jangan cerita lo itu ada hubungannya sama Jauza?" Ujar Abay menduga-duga.

"Bisa gak sih lo nggak usah sebut nama dia?" Dengus Nizar.

"Iya tapi kenapa? Gimana gue bisa tau alasannya kalau lo nggak cerita?" Tanya Abay, juga ikut berpindah ke tempat Nizar duduk saat ini.

"Kemarin, waktu kita ke club buat nyariin Ulfa, gue juga ngeliat dia ada di sana berada di atas pangkuan seorang pria." Ungkap Nizar. Ia benci jika harus mengingat kejadian semalam itu.

Abay mengerutkan alisnya. "Dia? Maksud lo, Jauza?" Tanya Abay memastikan, dan dibalas anggukan oleh Nizar. "Gak mungkin! Lo salah liat kali." Timpalnya lagi.

Nizar menggeleng cepat. "Awalnya gue kira juga gitu. Tapi pas gue nanya ke manager club itu, dia membenarkan namanya. Manager itu juga bilang kalau dia pekerja baru di sana, belum sebulan." Jelas Nizar yang membuat Abay melotot.

"Serius lo? Gak nyangka gue." Abay syok mendengarnya. "Tapi, bisa saja kan namanya cuman sama." Lanjut Abay mencoba positive thinking.

"Manager itu menyebutkan nama lengkapnya. Yang memang sama dengan namanya." Sahut Nizar. "Dan yang paling buat gue gak nyangka adalah, di sana dia gak memakai hijab dan pakai pakaian ketat dan minim bahan cuy."

"Sumpah, Zar gue gak nyangka."

"Itulah kenapa sekarang gue sangat memegang prinsip don't judge book by the cover." Ujar Nizar bersedekap dada. "Kita biasanya tertipu dengan tampilan luar seseorang, padahal sunyinya kuburan tidak menjamin seluruh penghuninya dalam kemakmuran." Lanjutnya bijak.

Abay yang mendengar itu seketika langsung memegang dahi Nizar. Ia memastikan apakah sahabatnya itu sedang demam atau tidak. "Gak demam! Tumben banget lo bijak gini."

Nizar memutar kedua bola matanya malas. "Udah ah! Gue mau mandi dulu."

"Ikuuuuuttt," Abay memonyongkan bibirnya seolah-olah seperti seorang wanita.

Zaruza ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang