Kalau berkhayal jangan ketinggian yah!
Nanti jatuhnya malah halu.
___Tok! Tok! Tok!
Setelah mengetuk pintu berulang kali, Nizar duduk di kursi yang ada sambil menunggu sang empunya rumah membukakan pintunya.
"Kak Nizar kok bisa ada di sini? Baru aja saya mau ngantar pesenan kakak." Ujar Jauza saat membuka pintu.
Bisa dilihat Jauza telah bersiap untuk mengantarkan gorengan yang dipesan oleh Nizar ke rumahnya.
"I—ini, gue mau minta maaf soal perkataan Riska tadi."
Jauza sedikit tersenyum. "Saya gak marah kok kak. Jadi gak perlu minta maaf." Jawabnya dengan lembut.
"Serius lo gak marah?" Tanyanya.
Jauza mengangguk sebagai jawaban. "Ini gorengannya kak." Ujarnya memberikan kantong berisi pesanan Nizar tadi.
"Makasih, yah! Ini uangnya," Nizar memberikan uang berwarna merah sekitar 3 lembar.
"Uangnya kelebihan kak." Ujar Jauza mengingatkan.
"Gakpapa ambil saja!"
Jauza tersenyum tipis. "Terimakasih kak, tapi Jauza ambil sesuai pesanan kakak saja." Ujarnya menarik satu lembar dari deretan uang tersebut, tanpa menyentuh tangan Nizar.
Nizar mengangguk paham lalu memasukkan uangnya kembali ke dalam saku celananya.
"Kakak kok bisa tahu alamat rumah saya?"
Astaga, iya juga. Nizar memang sudah pernah ke sini saat mengikuti Jauza, tapi itu tanpa sepengetahuan Jauza.
"I—itu, Abay yang kasih tau gue. Lo tau Abay kan?" Balasnya beralasan.
Jauza hanya mengangguk paham. "Oiya kak, tadi siang katanya mau nanya sesuatu. Kalau boleh tahu, mau nanya apa kak?"
Hampir saja Nizar lupa. Untungnya Jauza mengingatkannya.
"Se—sebenarnya hal gak penting sih." Cengirnya menggaruk tengkuk. "Lo udah punya pacar gak?" Tanyanya kikuk.
Jauza menggeleng cepat. Jujur, Ia sangat kaget dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu. Namun Ia bisa mengendalikan dirinya agar tidak nampak kaget dihadapan Nizar.
"Gak? Masa cewek secantik lo gak ada pacar sih? Sebelumnya, lo pernah pacaran?"
Jauza menghela nafas. "Never!! Lagian memilih untuk single gak dosa kan kak?" Jawabnya simple namun mampu membuat Nizar bungkam.
"Karena kebetulan kakak sudah mengambil pesanannya, saya pamit mau ke Masjid kak." Ujarnya, "Assalamualaikum." Lanjutnya, lalu berlalu pergi.
Nizar terdiam sejenak, apakah Jauza tersinggung dengan pertanyaannya? Entahlah, mungkin saja dia sedang ada urusan.
"Jauza, gue boleh ikut gak?" Teriak Nizar yang sudah sedikit Jauh. Jauza pun hanya mengangguk sebagai jawaban. Bagaimana bisa dia melarang orang yang hendak ke rumah Allah.
Nizar tersenyum bahagia saat mendapatkan izin dari Jauza. Sesampainya di Masjid, Nizar kira Jauza akan beribadah, namun ternyata Jauza tengah mengajar anak-anak mengaji.
"Assalamualaikum adik-adik, maaf yah kakak sedikit terlambat." Salam Jauza mengenakan mukenah yang dibawanya dalam tas.
"Waalaikumsalam kak Jauza cantik." Jawab semuanya.
"Kalian ini bisa ajah."
Rasanya, hati Nizar adem melihat Jauza mengajar mengaji menggunakan mukenah yang semakin membuatnya terlihat cantik.
"Baik sambil menunggu kak Ikhsan datang, kita semua membaca doa sebelum belajar terlebih dahulu," ujarnya.
"Audzubillahi minadzhaitoni rojhiim, bismillairrahmanirrahim. Rodhitu billahirobba, wabil islaamidina, wabimuhammadin nabiyyaw warosula. Robbi zidnii 'ilma warzuqni fahma, waj'alni minash-sholihiin, Aamiin." Jauza memimpin do'a, sesekali memerhatikan anak-anakyang diajarnya agar ikut berdoa.
"Audzubillahi minadzhaitoni rojhiim, bismillairrahmanirrahim. Rodhitu billahirobba, wabil islaamidina, wabimuhammadin nabiyyaw warosula. Robbi zidnii 'ilma warzuqni fahma, waj'alni minash-sholihiin. Aamiin." Doa anak-anak mengikuti.
"Alhamdulillah. Baik, hari ini kita buka iqro' 3! Kakak akan membacakan terlebih dahulu, lalu kalian mengikutinya. Nanti setelah itu, kakak akan uji satu-satu."
"Siap kak Jauza."
Saat ini Nizar hanya melihat Jauza mengajar anak-anak mengaji dari luar jendela.
Sesekali, Nizar ikut tersenyum saat melihat Jauza tersenyum disela-sela mengajar anak-anak mengaji.
"Senyumnya itu lho, kayak umpan yang mancing gue buat ngajak berumah tangga." Nizar setia memandang Jauza dari jendela. Untung saja tidak ada orang-orang yang melihatnya, yang bisa-bisa akan mengatakannya maling.
Bahkan Nizar dibuat terkesima saat Jauza masih terlihat cukup sabar menghadapi tatkala ada anak yang bandel tak mau mengikuti instruksinya.
"Ngajar anak orang lain ajah telaten, apalagi ngajar anak-anak kita nanti." Pikiran Nizar sudah ketinggian. Ia bahkan sudah membayangkan masa depan yang cerah bersama Jauza nanti.
"Kayak lagu Feby Putri, Halu lo."
_____
So short.
Don't forget to vote and comment guys 🥰📌
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaruza ✓
Ficción General[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Dalam islam, pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Kalau perihal jodoh, itu sudah diatur oleh Allah dan tentu saya punya. Entah itu dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz atau maut." Jauza menjelaskan panjang lebar. "Lauhu...