Kata orang, kalo seseorang hadir di mimpi kita itu tandanya orang tersebut sedang merindukan kita.
Katanya, gak tau fact or hoax.
____
"Saya cinta sama kakak," ungkap gadis berhijab tersebut dari belakang dengan sedikit berteriak.Tak mau keGRan, Nizar melihat sekeliling dan yang ada di taman itu cuman ada dirinya dan gadis yang berteriak tersebut.
Sontak Nizar berbalik dan menunjuk dirinya untuk memastikan. Benar saja, gadis itu mengangguk dengan antusias.
Nizar mendekat. "Do-do you love me?" Tanyanya, takut jika gadis itu cuman bercanda.
Sembari mengangguk, "Yes I do." Jawab gadis tersebut.
"Seriously?" Tanya Nizar lagi. Sekali bertanya sepertinya tidak cukup untuk membuat Nizar percaya.
"Iya kak Nizar. I love you dan saya siap jadi istri kakak." Terang gadis berhijab tersebut dengan penuh keyakinan.
Saking terkejutnya, Nizar tidak tahu lagi harus berekspresi bagaimana. Apakah dia harus berteriak bahagia atau menangis terharu? Sebab gadis yang selama ini membuatnya tertarik dan penasaran, dia sendiri yang mengatakan jika gadis tersebut mencintainya. Tanpa paksaan sedikit pun. Perlu di garis bawahi! Tanpa paksaan.
And you know, who is that?
Yeah, She is Jauza.
"YEAAAYYYY!!" Pekik Nizar sekerasnya. Ia tak perduli orang-orang akan mengatakan apa tentangnya, yang intinya hari ini Ia sangat bahagia.
"Ada apa, Zar?" Tanya Abay mengendarai sepeda Jauza. Entah kenapa dia bisa mengendarai sepeda itu, Nizar juga tidak ingin mempertanyakannya.
"Jauza ternyata juga cinta dan bersedia nikah sama gue," balas Nizar bersemangat. Sungguh, ini adalah kabar yang menggembirakan.
Namun, saat Abay hendak bersalaman dengan sahabatnya, Ia tidak menuruni sepeda sehingga cukup kesulitan menjangkau tangan Nizar. Abay terus berusaha, karena dia cukup malas untuk turun dari sepeda lagi. Namun usahanya itu malah membuat ban depan sepeda tersebut mendorong betis Nizar sampai sang empunya terjungkal ke belakang.
"AWW!!" Ringis Nizar saat bokongnya menyentuh lantai dengan sangat keras.
Nizar melihat sekeliling. Ini sepertinya bukan tempat yang asing baginya. Tempatnya begitu familiar, seperti di rumah. Lebih tepatnya, ada di kamarnya.
Wait! Bukankah tadi Nizar ada di taman bersama dengan Jauza?
Nizar bangkit dari duduknya, memerhatikan jam yang terpasang tepat di meja nakasnya. 02:15 a.m dalah pukul yang terpampang jelas di layar jam digital tersebut.
"Shit! Ternyata tadi cuman mimpi." Dengusnya, pasalnya itu adalah mimpi terindah dari mimpi yang pernah Ia mimpikan.
Nizar menghela nafas kasar. "Gak di dunia nyata, gak di mimpi, nih curut jablay selalu ajah ngintilin dan ganggu gue." Geramnya meninju foto Abay yang terpasang di dindingnya. Itu adalah foto Nizar dan Abay saat menjadi maba (Mahasiswa Baru).
Ia kembali duduk di tempat tidurnya. Entah apa yang merasukinya, sehingga Nizar sekarang sedang senyum-senyum sendiri. Sepertinya Nizar memiliki kepribadian ganda, sebentar-sebentar marah sebentar ketawa, pokoknya gak jelas.
"Baru dua hari gak ketemu udah kangen aja sampai kebawa mimpi." Ujarnya mesem-mesem.
Nizar kembali hendak tidur. "Memang benar deh, ketemu dalam mimpi is high level of kangen." Ujarnya, "Yang kangen dia atau gue yah?" Lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaruza ✓
Ficção Geral[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Dalam islam, pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Kalau perihal jodoh, itu sudah diatur oleh Allah dan tentu saya punya. Entah itu dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz atau maut." Jauza menjelaskan panjang lebar. "Lauhu...