13|| Putus

273 30 4
                                    

Kalau lo gak punya hati,
setidaknya jangan buat hati orang lain terluka.
____

Daripada menghabiskan waktu dengan mendengar ledekan dan candaan Abay yang mengarah kepadanya, lebih baik Ia pergi ke rooftop sekarang. Selain untuk menghirup udara segar, tentu saja untuk melihat para gadis yang sedang berolahraga dengan baju ketatnya dari atas sana.

Karena saking seriusnya cuci mata, Nizar hampir saja melewatkan pandangannya pada gadis berhijab yang sedang berjalan di bawah sana. Gadis yang akhir-akhir ini menyita pikirannya.

Untung saja, Ia hanya menggunakan sebagian otak dan matanya untuk cuci mata dan sebagiannya lagi untuk cuci hati, yakni mencari keberadaan Jauza.

"Jauza?!" Panggilnya, masih tetap berada di atas rooftop.

Mendengar namanya dipanggil, Jauza menoleh ke sumber suara. Tak menjawab dan tak membalas sedikit pun. Jauza hanya memasang wajah yang seolah mengatakan 'ada apa?'

Bukannya tak ingin menjawab, hanya saja Ia malu untuk menjawab panggilan tersebut dengan cara berteriak, apalagi banyak orang yang sedang berolahraga.

Mengerti dengan maksud Jauza, "Tunggu gue di bawah!" Pintanya lagi. Nizar berlari secepat mungkin, semoga saja Jauza masih ada saat dia turun.

"Ada perlu apa kak?" Tanya Jauza saat Nizar sudah berada di hadapannya.

"Hosh, hosh, hosh! Lo mauh kemanah?" Tanya Nizar dengan ngos-ngosan. Wajar saja, karena dia menuruni banyak anak tangga sambil berlari.

"Ini kak, Jauza mau ke perpustakaan. Mau ngembaliin buku yang kemarin Jauza pinjam." Balasnya memperlihatkan buku yang bertajuk religi.

Nizar mengangguk. "Kebetulan, gue juga mau ke perpustakaan. Kalau begitu, bareng ajah gimana?" Sarannya.

Kebetulan apaan. Nizar bahkan baru sekali menginjakkan kaki di perpustakaan, itupun kalau nggak di paksa Salsa waktu masih PDKT.

"Boleh kak," jawab Jauza tersenyum tipis. Hal itu membuat Nizar tersenyum bahagia.

Tak lupa Nizar merapikan rambutnya di sela-sela jalannya. Seolah merasa bahwa dirinya itu sungguh mempesona dan kharismatik di hadapan Jauza.

"NIZARR! TUNGGU! NIZAR, WOY!!" Panggil seseorang berulang kali di belakangnya.

"Nizar masuk kelas yuk! Jamnya ibu Fitri udah hampir masuk." Ujar Abay merangkul pundak Nizar.

Nizar sudah menduganya. Abay pasti akan merusak hari bahagianya ini. Sekuat tenaga, Nizar memberi kode untuk diam kepada Abay tanpa sepengetahuan Jauza.

"Muka lo kenapa kedut-kedut gitu?" Tanya Abay tak mengerti saat melihat wajah sahabatnya.

Nizar mendengus kasar. "Gak! Ini gue lagi senam wajah," Geramnya.

"Kalau begitu saya duluan ya kak, Assalamualaikum." Pamit Jauza pergi.

"Waalaikumsalam," balas Abay.

Bukannya tak mau menahan Jauza, hanya saja jika Ia ikut dan tetap kekeuh untuk ke perpustakaan dengan Jauza, Jauza akan berfikir bahwa Nizar tidak mementingkan kuliahnya.

"Lo ganggu aja tau nggak!" Gertak Nizar.

"Gue kan cuman ngasih tau lo kalau bu Fitri mau masuk."

"Gak sekalian ajah lo umumin pakai toak?"

"Tapi gue gak bawa toak." Ujar Abay dengan wajah tanpa rasa bersalah.

Nizar geram dibuatnya. Ingin sekali Ia mencekik leher sahabatnya itu sampai lehernya memanjang.

Zaruza ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang