Sejelek-jeleknya seseorang,
pasti pernah juga digodain setan.
____
Seperti janjinya tadi, Nizar benar-benar membawa Abay ke suatu tempat yang menjadi syarat agar bisa memaafkan Abay.Tempatnya sangat ramai dengan orang-orang. Lampu kelap-kelip juga menghiasi tempat itu sehingga terlihat cantik di malam ini.
"Ayo buruan masuk! Katanya lo mau ngelakuin apa saja demi dapatin maaf gue." Suruh Nizar yang baru saja keluar dari ruangan tersebut.
Abay menelan ludahnya kasar. "Iya, tapi tidak untuk hal yang satu ini. Gue bakal ngelakuin semuanya asal jangan yang ini." Ujarnya memohon, karena seumur hidupnya baru kali ini Ia akan melakukan hal yang selama ini dihindarinya.
"Berarti lo gak mau maaf dari gue?"
"Bukan gak mau, tapi gue tegang." Ujar Abay jujur dengan wajah yang pucat.
"Lemah banget sih lo, belum masuk udah tegang aja. Gue dong, berani masukin." Pongah Nizar mengancing dua kancing atas kemejanya. Sungguh udara malam begitu dingin.
Melihat sahabatnya yang hanya mematung, Nizar kemudian membalikkan badannya. "Oke gue udah tau jawabannya." Ujarnya hendak pergi. Namun, belum sempat melangkah, Abay lebih dulu menahan pundaknya.
"Iya gue mau masuk." Mendengar pernyataan Abay, Nizar tersenyum bahagia berbalik arah.
"Tapi temenin gue yah! Gue takut kalau masuk sendiri." Pinta Abay dengan keringat yang bercucuran.
"Emang muat masuk berdua?"
"NIZAR!!"
Nizar mengangguk geli, "Oke-oke!! Tapi, baju lo rapihin dulu! Nantinya lo akan banyak gerak di dalam. Atau nanti lo akan buka baju karena kepanasan? Kira-kira lo kuat berapa ronde, Bay?" Ujarnya membantu Abay merapihkan kerah baju sahabatnya.
"Apaan sih!! Lo juga, udah tau gue takut malah nyuruh gue masuk." Protes Abay menepis tangan Nizar dari bajunya.
"Udah gak usah keringatan gitu. Nanti kalau udah keluar, pasti lo udah lega dan nagih pengen coba lagi." Canda Nizar dibarengi dengan sedikit tawa.
"Nagih pala lo peyang. Udah, ayo buruan masuk!" Pinta Abay, agar syaratnya cepat kelar.
"Lo duluan ajah, kaki gue kelebahan nih." Ujar Nizar beralasan.
"Kesemutan! Gue sekarang mau berjuang, lo masih sempat-sempatnya bercanda. Jangan banyak alasan deh, ayo buruan temenin gue."
"Gak usah pasang muka takut gitu sih, setannya gak agresif kok." Nizar merangkul pundak sahabatnya sembari tertawa-tawa.
Senang sekali Nizar rasanya mengerjai sahabatnya itu. Dengan memanfaatkan phobia sahabatnya, Nizar berhasil membuat Abay harus menghadapi phobia-nya tersebut.
"Lo kayak senang banget gue tersiksa kayak gini. Lo kan tau gue takut sama setan, hantu, dan lainnya. Lo malah bawa gue ke wahana hantu ini. Di pasar malam ini kan ada banyak wahana yang asyik-asyik, kenapa harus wahana ini sih? Siksa batin gue. Kalo bukan karena buat dapetin maaf lo, lo suap pakai ketopraknya mas Joko juga, gue bakalan nolak." Cerocos Abay, namun apalah daya, Ia harus tetap memenuhi syarat tersebut karena janjinya yang katanya ingin melakukan apa saja demi dapatin maaf dari Nizar.
Dengan modal memanfaatkan phobia Abay, Nizar berhasil bersenang-senang menikmati wajah sahabatnya yang ketakutan saat melalui rintangan-rintangan di dalam wahana tersebut. Dimana banyak hantu di setiap rintangannya. Wajah dan ekspresi Abay yang ketakutan merupakan kenikmatan tersendiri yang harus diabadikan Nizar dengan ponselnya.
Dasar teman gak ada akhlak.
•••••
"Aaaaa, nyam-nyam." Abay mengunyah makanan yang disuapin oleh pacarnya.
Ulfa tersenyum, "Gimana sayang nasi goreng buatan aku, enak nggak?"
"Nggak."
"Gak enak?" Tanya Ulfa meninggikan suaranya.
"Nggak salah lagi maksudnya, sayang. Ini enak banget, restaurant bintang lima ajah kalah." Rayu Abay mencubit kedua pipi kekasihnya yang sebelumnya cemberut.
"Ah kamu bisa aja deh. Nambah lagi nggak?"
"Nambah dong, Aaaa." Jawabnya membuka mulut.
"Wih lagi acara makan tapi gak ngajak-ngajak." Sindir Nizar menyendok nasi ke mulutnya.
Abay memutar kedua bola matanya. "Ganggu aja deh lu. Lo kan punya banyak pacar, sana suruh buat sama pacar lo."
"Gak ah, pacar gue gak ada yang pintar masak. Pintarnya cuman goyang ajah."
Ulfa tertawa dengan pernyataan Nizar. Namun, sedetik kemudian Ia hendak pergi karena ponselnya berbunyi.
"Sayang, aku angkat telfon dulu yah." Izinnya tersenyum penuh arti. Abay hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Nizar, gue duluan yah." Ujar Ulfa kepada Nizar, kemudian berlalu pergi.
"Kok Ulfa mau sih sama cowok penakut kayak lo?" Ejek Nizar sembari mengunyah nasi goreng Abay.
"Sialan lo!"
"Nih liat! Foto-foto lo semalam yang ketakutan, sakit perut gue ketawa."
"Nizar, hapus dong fotonya." Pinta Abay memohon.
"Enak aja, gue susah payah buat dapatin foto ini. Lihat foto lo yang ini, ingus lo sampai keluar saking takutnya."
"Ketawa ajah terus." Ujar Abay menatap sinis.
"Ternyata sejelek-jeleknya lo, setan masih mau godain lo. Hahaha, sakit banget perut gue." Nizar tertawa terpingkal-pingkal dibuatnya.
"Tau ah, malas gue sama lo." Abay berdecak kesal pergi meninggalkan Nizar yang masih sibuk tertawa.
Karena tidak mau sendirian, Nizar juga pergi mengejar Abay yang sudah jauh.
"Iya, besok aku temuin kamu." Ujar gadis itu kepada orang yang ada di sambungan telfon.
_____
Yang hobi ngerjain teman kayak Nizar, siapa nih?
Pasti banyak:)Jangan lupa vote dan spam comment dong 💃💅
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaruza ✓
Ficción General[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Dalam islam, pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Kalau perihal jodoh, itu sudah diatur oleh Allah dan tentu saya punya. Entah itu dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz atau maut." Jauza menjelaskan panjang lebar. "Lauhu...