Rela skip jutaan cewek di dunia,
Demi lo yang di Indonesia.
_____"Saya heran, cuman tukang gorengan tapi bisa kuliah tinggi-tinggi."
"Iya sama. Katanya sih beasiswa, jurusan kedokteran. Saya tidak yakin dia bisa lulusin kuliahnya itu. Orang kontrakan ajah masih sering nunggak."
"Sok-sokan kuliah kedokteran, tapi makan ajah susah."
Begitulah beberapa gunjingan dari beberapa gerombolan ibu-ibu yang duduk di samping kontrakan Jauza, melihat Jauza yang baru saja pulang kuliah.
Jauza dan ibunya hanya bisa terdiam mendengarnya. Tanpa mau meladeni ibu-ibu tersebut.
Nizar yang sedari tadi mendengar gunjingan itu merasakan kupingnya panas melihat ibu-ibu dengan kurang kerjaannya mengurusi urusan orang lain.
"Hei ibu-ibu! Kurang kerjaan banget sih siang-siang begini bukannya ngurusin anak dan suami di rumah malah sibuk ghibah ngurusin hidup orang. Sudah sana bubar-bubar!"
"Huuh!" Sorak ibu-ibu tersebut bubar.
Nizar berjalan menghampiri Jauza. "Assalamu'alaikum," salamnya.
"Waalaikumsalam."
"Apa kabar tante?"
"Alhamdulillah Sehat. Nak, Nizar yah?"
"Gak salah lagi tante." Cengir Nizar.
Zahra ikut tersenyum. "Yaudah, kamu duduk dulu yah! Tante masuk dulu."
"Iya tante."
Jauza yang sebelumnya membantu ibunya untuk masuk, kini telah keluar membawa secangkir kopi untuk Nizar.
"Za, lo kok malah diam sih dengerin ibu-ibu ghibahin lo?" Nizar menyeruput kopi panas itu.
"Saya percaya Allah maha melihat."
"Lo harus bisa buktiin kalo lo bisa jadi apa yang lo impiin. Ada penghinaan yang harus ditampar dengan keberhasilan. Dan gue yakin, lo bakal jadi dokter yang sukses, Za."
"Makasih, Kak." Jauza tersenyum manis.
Nizar mengangguk. "Oiya, ini ada kiriman dari mama. Tadi kakak gue nikah, jadi mama nyuruh gue bawain ini spesial buat lo katanya."
"Makasih." Balasnya menerima bingkisan tersebut. "Kak Najwa nikah?"
"Iya sama Ikhsan. Tapi,cuman private wedding. Yang datang hanya keluarga inti." Jauza membulatkan mulutnya paham.
"Oiya, besok lanjut les lagi yah!" Ujar Nizar yang diangguki Jauza.
•••••
Hari terus berganti, begitupula dengan les yang dijalani Nizar dan Jauza. Sudah sebulan mereka menekuninya. Hutang Jauza sudah dianggap lunas oleh Nizar.
Ditambah, senakin hari Nizar juga semakin rajin ke masjid tanpa sepengetahuan orang-orang rumahnya kecuali Ikhsan.
Dia sangat serius untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, walaupun belum sepenuhnya.
Suasana rumah yang terlihat sepi, menjadi pendukung niatnya saat ini. Ia meletakkan kotak berikatkan pita beserta bunga mawar di atasnya, di depan pintu sebuah kontrakan. Ia tersenyum manis menatap kotak cantik tersebut. Sebelum pergi, Ia menyempatkan untuk mengetuk pintu, sebelum akhirnya pergi karena takut jika ada yang melihatnya.
Karena ketukan yang berulang kali di pintu rumahnya, Jauza dengan cepat bergegas membukanya. Namun, tak ada seorangpun di sana. Ia menatap sekeliling yang ternyata sedang sunyi, lantas siapakah yang mengetuk rumahnya? Tidak mungkin jika ada hantu di siang bolong begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaruza ✓
Fiksi Umum[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Dalam islam, pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Kalau perihal jodoh, itu sudah diatur oleh Allah dan tentu saya punya. Entah itu dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz atau maut." Jauza menjelaskan panjang lebar. "Lauhu...