Terkadang, kalo kita naksir seseorang
itu suka gak ngotak kelakuannya.
_____Sebagai pemilik sebuah restoran bintang lima tidak menjadikan Naya lupa dengan kewajibannya, yakni juga seorang ibu rumah tangga. Walaupun sibuk dengan pekerjaannya, Ia juga tidak pernah lupa untuk merawat keluarganya.
Bahkan, Ia tidak ingin menyewa pembantu rumah tangga untuk membantunya mengurus rumah. Baginya, memiliki pekerjaan adalah pilihan dan impiannya. Namun, menjadi seorang ibu rumah tangga adalah sebuah kewajiban untuknya.
Seperti saat ini, sebelum berangkat kerja, Naya terlebih dahulu memasak untuk sarapan pagi untuk dinikmati bersama keluarga kecilnya, dibantu oleh putrinya—Najwa.
Setelah memasak, rutinitasnya tiap hari adalah membangunkan putra bungsunya yang pemalas itu. "Adek, buka pintunya! Adek ada kelas kan hari ini?" Gumam Naya sambil mengetok pintu kamar Nizar.
Tek!
Suara knop pintu yang dikunci dari dalam yang membuat pintu kamar tersebut terbuka.
"Morning, Mama." Nizar menyium kedua pipi Mamanya itu.
Tatapan heran dengan kerutan kening terpampang jelas di wajah Naya. "Morning juga sayang. Tumben kamu udah siap-siap ajah. Biasanya dibangunin dulu baru mau bangun. Pasti ada sesuatu yah?" Selidik Naya menatap anaknya dari atas sampai bawah.
"Mama selalu deh negative thinking sama Nizar. Emang salah yah kalo Nizar itu bangun tanpa dibangunin sama Mama?"
"Gak salah kok. Ya baguslah kalo Adek berubah. Adek kan udah dewasa, masa harus terus-terusan dibangunin sama Mama." Balas Naya sembari berjalan ke arah meja makan.
"Widih, tumben banget lo masih pagi-pagi udah rapi aja. Kesambet apa lo?" Ejek Najwa dengan gelegak tawa.
Nizar menatap kakaknya sinis. "Syirik aja sih lo, Babu." Ketusnya.
"Nizar, yang sopan sama kakak kamu!" Tegur Naldi.
"Maaf, Pa." Ujar Nizar lesu serta kesal karena Najwa baru saja mengejeknya dengan menjulurkan lidah karena Naldi membelanya.
Setelahnya, tak ada lagi percakapan karena semuanya sibuk memakan sarapan masing-masing.
"Eum Ma, Pa." Panggil Nizar disela-sela kunyahnya.
"Iya ada apa sayang?" Jawab Naya, sedangkan Naldi hanya berdehem.
Nizar menelan makanannya, mencoba menetralkan nafasnya agar bisa meminta kepada kedua orangtuanya. "Boleh tidak kalau Nizar minta beberapa dari uang tabungan Nizar?" Pintanya sekaligus bertanya.
"Emangnya mau buat apa?" Tanya Naldi dengan suara beratnya.
"Anu, itu Nizar ada rencana mau sedekah sama teman pakai sebagian uang itu. Nizar janji kok gak bakal motong-motong dan ngambil uang tabungan Nizar lagi." Jelasnya, dengan sedikit kebohongan.
Nizar melirik kedua orangtuanya yang sepertinya masih berpikir. "Ka-kalau kalian gak setuju, Nizar juga tidak memaksa kok Pa, Ma."
"Kamu butuhnya berapa?"
"5 juta, Ma."
Naya melirik ke suaminya. "Nanti Papa transfer, tapi ingat harus benar-benar digunain untuk kebaikan!" Tambah Naldi mengingatkan.
Nizar mengangguk paham. "Thank you, Pa, Ma." Ujarnya bangkit untuk mengecup pipi Papa dan Mamanya.
Sedangkan Najwa, kini Ia hanya menyaksikan sandiwara yang dibuat oleh adiknya. Sebenarnya Ia tahu jika adiknya hanya berbohong mengenai sedekah, tapi Ia tidak mau turut campur dengan aksi adiknya itu. Toh, Nizar juga tidak pernah turut campur jika Najwa berbohong, walaupun Nizar mengetahuinya.
"Hari ini gue ke kampus bareng elo, ya?" Pinta Najwa.
"Iya, Zar. Hari ini Adek bareng kakak dulu ya! Soalnya, Mama mau pakai mobilnya Kakak, buat ke restoran."
"Oke, Ma."
•••••
PLAK!!
Getokan keras berhasil mendarat di kepala Abay, membuat sang empunya meringis kesakitan.
"Aww, lo apa-apaan sih, Zar. Datang-datang malah nabok." Protes Abay tak terima.
Nizar hanya menaikkan kedua bahunya acuh, sembari duduk di bangku yang kosong di samping Abay.
Karena tak protesnya tak dihiraukan Nizar, Abay kembali menatap ke depan. Namun, yang Ia lihat adalah sebuah amplop berwarna coklat yang tebal.
"Apaan nih?" Tanya Abay.
"Buka ajah!"
Dengan patuh, Abay membuka amplop tersebut. Ia terkejut karena di dalam amplop tersebut terdapat banyak uang seratus ribu yang berjumlah sepuluh juta. "Ini duit, Zar. Buat gue?" Ternyata, kepala Abay tadi di tabok menggunakan amplop berisi uang itu.
"Yaiyalah, buat siapa lagi?"
"Gitu dong, kalau mau nabok itu kayak gini, pakai segepok uang. Dalam rangka apa lo kasih gue uang sepuluh juta?" Tanya Abay.
"Oh ternyata lo lupa? Yaudah sini uangnya gak jadi." Nizar ingin merebut kembali uang itu, namun berhasil Abay hindarkan.
"Enak ajah! Ya nggak mungkinlah gue lupa. Orang gue catat di buku gue, nih!" Abay menunjukkan buku catatannya.
My Notes:
1. Chat yayang Ulfa everytime.
2. Kalau mau pergi sama siapapun , ijin dulu ke yayang Ulfa.
3. Tanggal jadian 26 maret 2020
4. Ulfa ♡ Abay forever together
5. Yayang Ulfa ultah (11 November♡)
6. Jika Nizar naksir Jauza, gue dapat 10 juta.Begitulah beberapa isi di catatan Abay yang membuat Nizar bergidik ngeri, ternyata sahabatnya ini alay juga.
"Alay banget sih lo, gitu doang pakai acara catat-catatan segala. Kayak cewek ajah."
"Gapapa, yang penting gue dapat 10 juta. Lain kali lagi yah." Ujar Abay menaik turunkan alisnya.
"Enak ajah, itu pertama dan terakhir kali. Gue harus kehilangan uang tabungan dan jajan gue bulan ini tau nggak gara-gara lo." Dengus Nizar.
"Siapa suruh naksir beneran, wle." Ejek Abay menjulurkan lidahnya, yang membuat Nizar menggeplak wajahnya dengan buku catatan Abay.
"Padahal gue ngomong lo naksir sama Jauza jawabnya malah gini, 'yakali gue suka sama tukang gorengan. Gue cuman mau ngembaliin KTP-nya nih.' Bulshit kan lo, hahaha." Ujar Abay lagi, mempraktekkan kalimat Nizar waktu itu dengan suara yang dibuat-buat.
Daripada kupingnya panas mendengar ejekan dari Abay, mendingan Ia keluar cari udara segar, sekaligus cuci mata liat cewek yang bening-bening.
"Si Abay, kalo ngomong lebay, dasar anak jablay, pilihannya jijay. Abay, gue bilang elo si alay, sangean otaknya ngeres abis." Nyanyi Nizar keluar kelas dengan lirik lagu yang dibuat-buat.
"Any*ng!"
_______
TBC — don't forget to Vomment:)
Btw, itu lagunya Nizar pakai musik lagu yang judulnya:
Alay dari Lolita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaruza ✓
Ficción General[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Dalam islam, pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Kalau perihal jodoh, itu sudah diatur oleh Allah dan tentu saya punya. Entah itu dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz atau maut." Jauza menjelaskan panjang lebar. "Lauhu...