11|| Virus Jauza

311 31 5
                                    

Gue gak nyari tau ajah,
informasi datang sendiri ke gue,
apalagi kalo gue cari tau.
____

Memanfaatkan waktu libur, Nizar memilih jalan-jalan bersama Salsa, Abay dan Ulfa ke suatu mall. Dengan sama-sama di gandeng oleh gadis cantik, Nizar dan Abay terlihat cool berjalan menyusuri sudut-sudut mall.

"Sayang, aku mau ke toilet sebentar yah!" Izin Salsa.

"Oke, sayang. Gue tunggu di toko jacket yah!" Jawabnya, yang diangguki oleh Salsa.

Tak selang beberapa lama, sebuah ponsel berbunyi. Namun bukan ponsel Abay dan Nizar, melainkan ponsel Ulfa. Buru-buru Ulfa mematikan ponselnya.

"Siapa sayang, kok gak diangkat?"

"Oh i-ini nomor gak dikenal." Gugupnya, seperti menyembunyikan sesuatu. Abay hanya mengangguk dan membentuk mulutnya seperti huruf 'O'.

Derrt-derrt!

Ponsel Ulfa berdering lagi.

Sang empunya hp sangat cemas menatap nama di layar ponsel, Nizar juga mencari celah untuk bisa mengintip latar ponsel tersebut. Namun, Ia tidak bisa melihat seluruh nama tersebut, karena Ulfa menutupinya dengan beberapa jari.

Ia hanya bisa melihat dua huruf terakhir dari nama tersebut, yaitu 'dy'.

"Angkat saja, sayang! Siapa tau penting." Saran Abay.

"Kalo gitu, a-aku angkat dulu yah! Aku juga mau nyusul Salsa di toilet." Abay hanya mengangguk sebagai jawaban. Dengan tergesa-gesa, Ulfa menjauh dari Abay dan Nizar.

Sikap Ulfa yang seperti itu memantik rasa curiga di pikiran Nizar.

"Lo ngerasa kayak ada yang aneh gak sih dengan Ulfa?" Tanya Nizar sembari berjalan menuju toko jacket.

Abay menatap Nizar. "Aneh? Nggak, biasa aja. Kok lo tiba-tiba nanya gitu?"

"Gak sih, gue ngerasa kayak aneh ajah. Tau gak sih, kemarin waktu dia telfonan sama seseorang itu, gue dengar dia pakai embel-embel aku kamu."

"Astaga nethink aja lo. Mungkin saja itu dari orang tua, kakak atau keluarganya." Balas Abay tak mau berprasangka buruk pada kekasihnya.

"Emangnya Ulfa lagi gak tinggal bareng sama orang tua dan keluarganya?"

"Bareng kok."

"Tapi kok gue denger dia bilang 'besok aku temuin kamu' gitu."

"Bisa saja dari sepupu jauhnya. Udahlah gak usah nethink melulu. Lo mau beli jaket atau mau ngegosip?" Abay merangkul pundak Nizar masuk ke dalam toko tersebut.

Tapi jujur, Nizar masih curiga. Mungkin saja ini hanya pikirannya saja.

"Btw, lo udah tau rumah Jauza? Atau lo mau gue kasih tau rumahnya Jauza yang mana?" Lanjut Abay menawarkan.

"Gak usah, gue udah tau."

"Widih hebat juga ya lo, gak nyangka gue. Siapa yang kasih tau lo?"

"Lo ngeraguin gue? Gue gak perlu bantuan siapapun buat nyari tau semuanya. Gue gak nyari tau ajah, informasi datang sendiri ke gue, apalagi kalo gue cari tau." Pongah Nizar menepuk-nepuk dadanya.

"Sombong banget, bang. Hahaha," gelak tawa Abay mendengar kepongahan Nizar.

•••••

Setelah memilih dan mendapatkan barang yang ingin di beli, Nizar segera membawa barang belanjaannya untuk di berikan pada kasir. Ia hanya membeli satu jacket yang sedari dulu diincarnya, tapi baru hari ini Ia sempat membelinya.

"Totalnya 1,5 juta yah, kak." Ujar mbak kasir tersebut dengan sopan dan ramah.

"Kok harganya 1,5 juta mbak? Bukannya tadi saya liat di struk harganya itu 3 juta yah?" Komentar Nizar.

"Iya kak, hari ini toko kami mengadakan diskon 50% untuk perayaan 1 tahun toko kami."

"Gak bisa gitu dong, mbak." Protes Nizar, yang membuat kasir itu heran. Bahkan semua mata pengunjung kini tertuju padanya.

"Nizar lo kenapa sih, malu tau diliatin banyak orang." Abay datang menengahi.

"Gue kesel banget, Bay. Masa beli jaket ajah, gue di kasih diskon. Niat mau habisin duit ajah cobaannya minta ampun." Gerutunya membuat beberapa pengunjung membelalak.

Jika orang-orang senang di kasih diskon, Nizar malah kebalikannya. Dasar aneh.

"Aneh banget sih lo. Yah bagus dong kalau ada diskonnya, lo bisa dapat barang banyak. Orang-orang pada senang kalo dapet diskon, lah elo malah marah-marah."

"Tau ah," kesal Nizar keluar dari toko tersebut.

"Mau kemana lo?" Teriak Abay.

"Gue tiba-tiba kepikiran bayar utang negara, sekalian nyari janda." Jawabnya tanpa berbalik sedikit pun.

Dengan merasa tidak enak hati, Abay meminta maaf kepada semua pengunjung. "Atas nama teman saya maaf yah pa, bu."

"Maafin sikap teman saya yang tadi ya, Mbak. Teman saya memang gitu, rada-rada sarap. Biar jaketnya saya yang bayar." Jelas Abay panjang lebar kepada kasir tersebut.

"Tuh anak nyusahin gue aja." Setelah mendapatkan bungkusan belanjaannya, Ia keluar mencari Nizar, beserta Ulfa dan Salsa.

••••

Sudah pukul 02.15 dini hari, Nizar masih belum bisa membuat matanya tertutup. Rasa kantuknya tiba-tiba hilang, tatkala memikirkan serta terbayang-bayang semua hal tentang Jauza yang pernah Ia lihat.

"Maaf kak, ada apa yah?"

Kalimat Jauza yang pertama kali Ia dengar secara dekat, saat di parkiran.

"Makasih kak."

Jawaban Jauza, saat menerima KTP-nya yang ditemukan oleh Nizar.

"Jauza, kak."

Kalimat lembut Jauza saat pertama kali berkenalan.

"Alhamdulillah, tunggu yah dek, saya bungkuskan dulu."

Kalimat saat Jauza tersenyum sumringah ketika Nizar memborong dagangannya dengan perantaraan anak SD.

"Hehehe, iya yah."

Dan kalimat yang belum lama ini. Yaitu saat Jauza tertawa karena candaan Nizar.

Semuanya. Semua ini masih tersimpan dan berputar-putar di kepala Nizar seperti blender yang mencincang buah.

"Akhh, kok gue malah mikirin semua hal tentang gadis itu?" Gusarnya mengacak rambut.

"Tapi benar sih. Walaupun dia berhijab, tapi kecantikannya tetap terpancar."

Nizar kembali mengacak-acak rambutnya. "Apa gue suka ya sama dia? G—gak, gue gak boleh suka sama dia. Kalo gue suka sama Jauza, Abay bisa-bisa dapat 10 juta dong dari gue."

"Tapi gue gak bisa bohong sih, Kalo gue suka cewek itu."

"Kesederhanaannya, sopan santun, cara dia tersenyum, tertawa, keuletannya, lemah lembut ketika bicara, semuanya cuman ada di Jauza."

"Astaga Mama, Nizar jatuh cinta lagi." Pekik menutupi wajahnya dengan selimut.

Untung saja kamarnya ini kedap suara, jadinya orang-orang tidak bisa mendengar teriakannya yang menggelegar.

"Tapi jatuh cinta Nizar kali ini beda, Ma. Gak pernah Nizar rasain sebelum-sebelumnya. Astaga virus Jauza benar-benar membuat gue gila. Kira-kira vaksin yang cocok apa ya?" Ujarnya lagi dalam selimut. Tidak berteriak, Ia hanya mengucapkannya dengan suara pelan.

______

TBC
Don't forget to Vomment⭐💬

Awalnya ku pura-pura, lama-lama kujadi suka.
Oh Tuhan, inikah yang namanya cinta?
Lanjut!!

Lagunya seperti mewakili💃

Zaruza ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang