16|| Berkat Quote

264 25 2
                                    

Kalau obsesi jadi cinta, kayaknya seru juga.
___

Nizar menatap langit malam yang penuh dengan indahnya kerlap-kerlip bintang serta bulan bersinar yang menghiasinya, cukup jelas terlihat di balkon utama rumahnya. Namun, keindahan malam itu seperti hampa baginya, sebab saat ini pikirannya sedang bertanya-tanya.

Apakah perasaan yang kini dirasakannya hanya sebuah obsesi atau murni perasaan cinta? Lalu, jika ini obsesi mengapa perasaan kesal muncul dibenaknya hanya karena ternyata Jauza dengan orang lain? Dan jika ini cinta, mengapa bisa secepat itu?

Ia sangat tidak percaya dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Tapi tanpa disadari, sekarang dia sedang merasakannya.

"Arrgh! Gue kenapa sih?" Gusarnya mengacak-acak rambutnya.

Nizar memukul besi penghalang balkon tersebut. "Kenapa gue harus kesal kalau Jauza dengan orang lain? Gue akui, gue naksir sama dia. Tapi, belum tentu cinta kan?" Ujarnya seolah bertanya dengan langit.

Beberapa detik kemudian Nizar terdiam, sampai Ia tak menyadari jika Najwa sudah berada tepat di sampingnya dengan perasaan senang.

Najwa mesem-mesem sendiri menatap ponselnya, tak memperdulikan jika adiknya sedang ada di sampingnya saat ini.

Nizar mengerutkan kening. "Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" Tanyanya penasaran.

"Kepo," ketus Najwa tak bergeming dari layar ponselnya. Sesekali Nizar mengintip layar ponsel kakaknya agar melihat siapa yang sedang ditemani kakaknya chating-an.

"Hayyo siapa itu, pacar lo ya?"

Najwa menggeleng cepat. "Baru PDKT," Jawabnya singkat.

"Ketemu di mana? Teman sekelas lo? Sekampus? Atau yang mana?" Tanyanya cukup protektif.

"Gak usah over protective gitu deh. Ini baru kenal kemarin. Bukan teman sekelas maupun sekampus." Ujar Najwa mengalihkan pandangannya ke Nizar.

"Wajarlah gue protective ke elo. Itu tandanya gue sayang sama lo, lo kan kakak gue satu-satunya. Jadi, gue harus tau seluk beluk cowok yang dekat dengan lo." Tegasnya, "Lo bilang baru ketemu? Kok langsung PDKT?" Herannya.

"Ya, karena gue liat niat dia itu serius ke gue." Jelas Najwa tak bisa menyembunyikan raut wajah bahagianya.

Nizar juga ikut senang jika kakaknya itu senang. "Apapun yang menurut lo terbaik buat lo, gue dukung."

"Makasih Beku sayang," Najwa menyubit pipi Nizar yang membuat sang empunya memutar kedua bola matanya malas. "Oiyya Zar, gue tadi nemu quote-nya Eyang Habibie yang bagus banget nih. Coba lo lihat!" Lanjutnya memperlihatkan quote di ponselnya.

Nizar tersenyum membaca quote tersebut dalam hati. Sepertinya, ini bisa menjadi bahan elakan saat Abay meledeknya mengenai Jauza.

"Tolong lo print yah! Soalnya gue mau tempel di mading kamar gue. Printer gue rusak, nanti gue kirim deh gambarnya." Jelas Najwa.

"Okkedeh siap, Babu sayang." Kini giliran Nizar yang menyubit pipi kakaknya,  yang tentunya membuat Najwa memutar kedua bola matanya malas juga.

Dengan quote itu, Nizar semakin percaya bahwa perasaannya kepada Jauza itu bukan sekedar suka ataupun obsesi.

••••

"Gak kepedesan lo nurunin sambel sebanyak itu?"  Tanya Abaya heran dengan ketoprak Nizar yang sudah merah merona.

Nizar tetap lahap tak menampakkan raut wajah kepedesan sedikitpun. "Jangankan pedas, yang gak pedas ajah gue kuat." Sahutnya melahap ketoprak dengan rakus.

Abay memutar kedua bola matanya. "Gak jelas lo," gumamnya.

"Gue emang gak jelas, tapi perasaan gue ke Jauza udah mutlak jelas."

Abay sampai tersedak mendengar pengakuan Nizar. Sampai-sampai Ia gelagapan meminum es tehnya.

"Lo seriusan gapapa saingan sama Ikhsan?"

"Gapapa! Gue gak bisa mengatur Jauza harus dekat dengan siapa saja, apalagi memaksa kalau dia harus milih gue." Ujarnya, entah sejak kapan Nizar pandai berkata-kata seperti ini.

"Tapi gue diyakinkan sama quote-nya eyang Habibie yang isinya kurang lebih seperti ini, kalau memang dilahirkan untuk saya, dia jungkir balik pun saya yang dapat." Ujar sembari mengunyah kerupuk.

Abay tertawa terbahak-bahak dibuatnya. "Sebegitu yakinnya lo kalau Jauza itu dilahirkan buat lo, hahaha."

"Kalau gue udah jadiin target, mustahil gak gue dapet." Tegasnya.

"Terus pacar-pacar lo yang 25 itu mau lo kemanain?"

"24! Gue udah mutusin Riska."

Abay terkekeh geli. "Serius lo? Gue kira semua cewek lo itu bakal lo jadiin istri semua."

"Enak ajah! Istri tetap satulah. Kalau semuanya gue jadiin istri, bisa-bisa gue loyo kalau ladenin mereka satu-satu." Imbuh Nizar, yang semakin membuat Abay tergelitik.

"Nizar, anyway lo tau nggak lusa tanggal berapa?"

"19 September. Kenapa emangnya?"

"Menurut lo, lusa itu ada hari spesial apa?"

Nizar mengerutkan keningnya pertanda sedang berusaha mengingat sesuatu. "Astaga gue hampir lupa," ujarnya menepuk jidat membuat Abay tersenyum sumringah. "Itukan waktunya gue ganti oli motor, untung lo ingatin." Lanjutnya.

Seketika senyum Abay memudar. "Bukan itu, emangnya ganti oli itu hari spesial apa. "

"Yaiya dong," jawab Nizar berjalan ke depan untuk membayar 3 piring ketopraknya. "Bay, gue cabut duluan yah! Gue ada urusan nih. Ketoprak lo udah gue bayarin." Sahut Nizar melenggang pergi.

Abay hanya bisa mendengus kasar. Bukan karena ditinggalkan atau tidak ditungguin, hanya saja Nizar lupa dengan hari spesialnya. Untungnya Nizar sudah membayarkan ketopraknya yang membuatnya sedikit lebih tenang.

____

Vote and comment !!!

Zaruza ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang