Kalau gak mau ditinggalin,
maka bersiap untuk tidak menjadi satu-satunya.
_____Nizar menghentikan motornya, saat melihat sang pujaan hati dari kejauhan. Sontak, Ia melepas helm full face-nya dan men-standard motornya agar bisa menemui pawang hati.
"Jauza!!" Panggilnya. Namun, sayang. Jauza tidak menoleh sedikit pun. Entah antara tidak dengar atau karena Jauza sedang sibuk melayani pembelinya yang lumayan banyak.
Karena berada di depan SD Mawar, jadi pembeli gorengan Jauza rata-rata anak kecil. Namun, ada juga beberapa dari pengunjung taman.
Jika tidak punya jadwal kuliah, Jauza biasanya mendagangkan gorengannya secara langsung. Namun jika masuk kuliah, Ia biasanya menitipkan dagangannya ke warung-warung yang tak jauh dari rumahnya. Tapi, kalau punya kesempatan pulang kuliah cepat, Jauza biasa nyempetin untuk singgah berdagang terlebih dahulu.
"Jauza, mau gue bantu?" Tanya Nizar tiba-tiba membuat Jauza sedikit terkesiap.
"Kak Nizar kok bisa tiba-tiba ada di sini?" Tanyanya dengan wajah ketakutan.
"Bisa dong. Apa sih yang gak bisa?" Sahut Nizar duduk bersilang kaki di kursi yang tersedia di taman dekat sepeda Jauza.
Setelah melayani pembeli terakhirnya, Jauza buru-buru membereskan dagangannya dan dengan cepat memilih untuk menuntun sepedanya menjauh dari sana.
"Lah kok malah pergi sih? Jauza, lo mau ke mana?" Teriak Nizar mengikuti Jauza.Tak menjawab, Jauza terus saja menuntun sepedanya pergi.
"Jauza, are u okay? Kepribadian ganda lo kumat lagi atau bagaimana?" Tanya Nizar panik, menselaraskan laju jalannya dengan Jauza. "Jauza! Lo kenapa sih?"
Jauza menghentikan sepedanya. "Mulai sekarang, saya mohon kak jangan temui saya lagi!" Titahnya menatap lurus ke depan, tanpa beralih ke Nizar sedikitpun. Ia kemudian melanjutkan jalannya.
Nizar mengerutkan alisnya. "Kenapa?"
"Saya mohon, kak. Jauhin saya! Saya tidak mau ada fitnah." Jauza menumpuk kedua tangannya depan dada seraya memohon.
Nizar mendengus. "Iya, tapi kenapa? Fitnah apa? Alasannya apa?"
Jauza diam. Mungkin teguran dari pacar-pacar Nizar waktu itu juga merupakan teguran dari Allah karena beberapa hari ini dia terlalu bebas bergaul dengan lawan jenis.
"Apa ada orang yang suruh lo jauhin gue? Atau gue ada salah?" Tak mengejar Jauza lagi, Nizar kini berhenti di tempat.
Tak menjawab. Jauza hanya terus menerus menuntun sepedanya sampai pada pintu keluar dari taman itu. Jauza kemudian menaiki sepedanya dan berlalu pergi.
"Jauza tunggu! Jauza, Akhhh!" Saat hendak mengejar Jauza, seseorang dengan cerobohnya menubruk Nizar.
"ANJ*R! Kenapa sih setiap ketemu lo, gue selalu sial?"
Raja memasang wajah ketakutan. "Ma—maaf kak. Saya tidak sengaja, saya buru-buru tadi."
"Maaf-maaf, emang lo kira cuman lo doang yang buru-buru? Gue juga buru-buru kali. Gara-gara lo, Jauza jadi berhasil pergi tuh." Nizar terlihat sangat kesal dengan makhluk yang satu ini.
"Jauza udah pergi kak? Yah, padahal saya buru-buru karena mau beli gorengan dia. Pantas kakak marah-marah, pasti kakak juga mau beli gorengan kan ya?" Cerocos Raja.
"Bisa diem gak lo?!" Seketika nyali Raja menciut.
"Jauza kenapa tiba-tiba minta gue jauhin dia? Apa gue ada salah sama dia?Emang dia pikir gue bisa jauh-jauh dari dia apa." Monolog Nizar, tak memperdulikan Raja yang masih ada di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaruza ✓
General Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Dalam islam, pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Kalau perihal jodoh, itu sudah diatur oleh Allah dan tentu saya punya. Entah itu dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz atau maut." Jauza menjelaskan panjang lebar. "Lauhu...