Amarah tidak bisa menjamin kembalinya
seseorang yang telah pergi.
______DON'T BE A SIDER!
HARGAIN KARYA ORANG!
KALAU ADA TYPO, JANGAN SUNGKAN DI TANDAI!
__________________Setelah berfoto-foto di acara wisuda kakaknya, Nizar berniat untuk singgah makan di tempat favoritnya yakni ketoprak Mas Joko. Ia membiarkan keluarganya pulang terlebih dahulu, sedangkan Ia dan kakaknya akan memanjakan cacing-cacingnya.
"Assalamu'alaikum, Kak Nizar." Salam Jauza, tepat di belakang Nizar. Nizar yang awalnya hendak masuk ke dalam warung tersebut, seketika terhenti karena suara yang tak asing itu. Namun, Ia urung untuk berbalik. "Waalaikumsalam." Jawabnya pelan.
"Kak Nizar bisa bicara sebentar?" Pinta Jauza, namun tak kunjung mendapat respon dari Nizar. "Saya ingin membicarakan kesalahpahaman kakak terhadap saya." Jelasnya lagi, yang membuat Nizar perlahan membalikkan badannya.
"Mau bicarain ap—" Ucapannya seketika terpotong saat melihat dua sosok yang sama persis kini berdiri dihadapannya. Ia mengucek matanya berulang kali untuk memastikan apakah dia salah liat atau tidak. Dan ternyata itu adalah nyata.
Hampir saja Ia terjatuh jika Abay yang sudah lama menunggunya di dalam warung tidak menahannya. "Zar, lo kenapa?" Tanyanya bingung. Abay ikut melihat ke arah pandangan Nizar. "Loh!" Ujarnya bingung dan pingsan.
Yang tadinya berniat membantu Nizar, malah dia sendiri yang pingsan. Dasar Tabayyun!
Sekarang, mereka telah berada di restoran mamanya Nizar. Nizar tak henti-hentinya menatap kedua gadis yang duduk di depannya saat ini. Ia juga tak henti-hentinya saking beradu pandang dengan Abay.
"Jadi Kak, kenalin ini kakak saya, lebih tepatnya saudara kembar saya, Faza." Jauza memperkenalkan saudaranya kepada Nizar dan Abay yang membuat keduanya menganga.
Jadi ini maksudnya, Jauza punya kembaran?
"Lo-lo punya kembaran? Sejak kapan?" Tanya Nizar gagap.
"Yah sejak lahirlah, bego kok dipelihara." Timpal Faza ketus memutar kedua bola matanya.
"Gue ke toilet sebentar." Faza berdiri melenggang pergi. Entah kenapa, Abay begitu tertarik melihat cara Faza ngomong. Sampai-sampai Abay menatap Faza dari pintu sampai hilang dari pelupuk matanya.
Memang benar mereka sangat mirip, hampir tidak ada bedanya. Hanya saja jika Jauza berpakaian tertutup, Faza malah sebaliknya. Oiya, satu yang menjadi pembeda mereka yakni tahi lalat yang berada di hidung Jauza.
"Perempuan yang kakak liat di club itu adalah Faza." Ungkapnya.
Nizar dan Abay saling beradu pandang. "Tapi, kenapa saat gue tanya namanya ke manager club tersebut, namanya sama persis dengan nama lo?" Sahut Nizar.
"Kakak ingat pertama kali kita ketemu? Saaat saya sedang kebingungan mencari KTP yang ingin saya fotocopy dan kakak mengembalikan KTP saya, itu karena Faza yang ingin menggunakan KTP saya untuk mendaftar kerja di sana, sebab Faza tidak memiliki KTP." Jelas Jauza berusaha mengingatkan.
"Maka dari itu nama yang tertera adalah nama saya. Karena orang lain tidak bakalan tau kalau itu adalah orang yang berbeda, sebab kami kembar." Lanjutnya menjelaskan.
Nizar mengangguk-angguk setelah mengingat.
"Kok gue gak pernah tau kalo lo punya kembaran?" Abay penasaran.
Jauza menghela nafas panjang. "3 tahun yang lalu, waktu ayah saya hendak berobat ke rumah sakit karena penyakit asmanya, sambil di papah oleh ibu dengan berjalan kaki. Namun, mobil yang salah jalur dan oleng menabrak mereka yang mengakibatkan ayah saya meninggal dan ibu saya mengalami kebutaan. Ayah sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tetap tidak tertolong." Jelasnya mengingat kejadian kelam itu.
"Ternyata, yang berkendara di mobil tersebut adalah pacar Faza dan Faza juga sedang ada di atas mobil tersebut. Saya tidak tahu apakah cowok itu masih baru dalam urusan berkendara atau mereka sedang cekcok, sehingga membuat kecelakaan terjadi. Dan pacarnya itu kabur entah kemana."
"Sejak saat itu, kakak saya mengutuk dirinya sendiri. Dia malu pada dirinya sendiri karena merasa bersalah pada ayah dan juga ibu. Kak Abay tidak pernah melihatnya, karena Faza meninggalkan rumah dan memilih tinggal di apartemen yang Ia beli dari hasil kerjanya. Hidupnya hancur setelah kejadian itu, dia pernah bilang kalau biarlah masa depannya hancur karena hidupnya sudah terlanjur hancur." Jauza menangis jika mengingat kejadian itu.
"Tamat dari SMA, berbagai pekerjaan terlarang telah dia geluti. Sebagai rasa pelampiasan dari rasa bersalahnya. Apalagi rasa bersalahnya dibuat menjadi-jadi saat rumah yang satu-satunya peninggalan dari ayah harus dijual untuk membayar biaya rumah sakit. Akibatnya, kita harus mengontrak di kontrakan dekat rumah kak Abay." Jelas Jauza menunduk mengusap air matanya.
Nizar menyodorkan sapu tangan kepada Jauza, yang diterima dengan senang hati.
"Tapi kak Faza sebenarnya baik kok. Saya yakin dia pasti bisa berubah. Kak Faza juga sering menggantikan saya untuk ngampus, jika saya mendesak tidak bisa masuk. Entah itu karena sakit atau karena hal lainnya. Yah walaupun sifat kami sedikit berbeda tapi—"
"Pantas saja gue sering ngira kalo lo memiliki kepribadian ganda, ternyata memang dua orang yang berbeda dengan wajah yang sama." Potong Nizar cepat menyadari semuanya.
"Hahaha!" Jauza dan Abay tertawa melihat ekspresi kesal Nizar.
"Dan mungkin, yang nolongin kak Najwa dari jambret itu adalah Faza. Sebab, saya belum pernah bertemu dengan Kak Najwa sebelum saya ke rumah kak Nizar."
"Haha, pantas muka lo kayak nahan berak gitu karena bingung."
"Hahah." Jauza tertawa menutup mulutnya.
"KE MANA AJAH LO BANGS*T? LO UDAH BUAT BOKAP GUE MENINGGAL!"Mendengar teriakan dan keributan di luar sana, mereka bertiga langsung bergegas menuju keramaian itu. Yang ternyata itj adalah Faza.
"TANGGUNG JAWAB LO, SETAN!! BUKAN MALAH KABUR DAN HILANG KABAR!!" Faza menarik kerah baju Erwin yang kini sedang ketakutan bercucuran keringat.
Nizar, Abay dan Jauza membelalak ternyata mantan pacar Faza yang nyebabin kecelakaan itu adalah
"Kak Faza, Stop Kak!" Jauza berusaha menarik Faza yang lenuh dengan amarah. Sungguh dua kepribadian yang sangat berbeda.
Nizar menghampiri Erwin dan menamparnya. "Jadi lo ke LA tiga tahun belakangan ini karena ingin lari dari masalah? PENGECUT LO TAI!" Geram Nizar membuat sudut bibir sepupunya itu mengeluarkan darah segar. "GAK PERDULI MAU ITU ORANG LAIN ATAUPUN SEPUPU GUE SEKALIPUN KALO MEMANG SALAH, GUE GAK BAKAL TINGGAL DIAM." Nizar terus-menerus memukuli Erwin sampai babak belur.
"Kak Nizar, STOP!! Kita udah maafin dia."
"APAAN SIH MAIN MAAF-MAAFIN. LO GAK USAH TERLALU BAIK JADI ORANG. LO LUPA DIA ADALAH PENYEBAB HIDUP KITA SENGSARA SELAMA INI." Geram Faza kepada saudaranya.
"Dia udah jadi sebab ayah lo meninggal, Za." Sahut Nizar.
"Memukulinya juga tidak akan bisa membuat ayah hidup kembali." Timpal Jauza yang kalimatnya sanggup membuat semuanya bungkam.
Seketika Nizar melepaskan pegangannya dari Erwin, yang membuat Erwin kabur dan lari sekut tenaga. Faza yang melihat itu menghentakkan tangan Jauza dari lengannya.
"WOI BAJINGAN, MAU KABUR KEMANA LO?!!!" Faza melepas high heels yang dikenakannya dan berlari mengejar Erwin.
Jauza hanya bisa menghela nafas panjang dibuatnya.
"Za, ini kartu nama gue. Di sana ada alamat kantor nyokap gue. Mungkin saja Faza minat, lo bisa hubungin gue." Abay menyerahkan name card.
"Makasih, Kak." Jauza menerimanya dengan senang hati. Ini bisa menjadi awal mulanya kakaknya berubah.
_____________
Hayyo... Ternyata Jauza punya kembaran.
Siapa yang baru nyadar?Atau ada yang sudah nyadar dan curiga dari dulu? Soalnya ada banyak tanda-tanda yang author kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaruza ✓
Ficción General[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Dalam islam, pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Kalau perihal jodoh, itu sudah diatur oleh Allah dan tentu saya punya. Entah itu dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz atau maut." Jauza menjelaskan panjang lebar. "Lauhu...