Terkadang rahasia itu harus disimpan sendiri.
_____Vote, comment and share!
Adding in ur reading list juga boleh🗿💃
__________"Baru PDKT ajah, udah senyam-senyum liatin fotonya." Cibir Nizar saat melihat Najwa yang sedang senyum-senyum sendiri melihat sebuah foto di ponselnya. Nizar ikut duduk di tangga rumah, samping kakaknya.
"Emangnya salah ngeliatin foto cowok gue sendiri?" Balas Najwa tanpa memalingkan wajahnya dari foto tersebut.
"Cowok lo? Udah jadian?"
Najwa berdehem sekaligus mengangguk. "Iya, gue udah jadian sama Arhan, kemarin." Jawabnya, membuat Nizar menganga. Bagaimana bisa Najwa secepat itu menerima Arhan sebagai pacarnya, padahal mereka baru saja dekat.
"Arhan?"
"Iya! Cowok yang gue ceritain waktu itu, namanya Arhan."
"Secepat itu kalian pacaran? Bukannya kalian baru dekat?"
Najwa mematikan ponselnya. "Emang kenapa? Yang penting gue percaya sama Arhan. Karena, dia itu baik dan berniat serius sama gue. Emang lo gak suka kalo gue senang?"
"Gue ikut senang kok, apapun yang buat lo senang." Jawab Nizar merangkul pundak kakaknya, tak mau memperpanjang perdebatan. "Tapi lo harus ingat, jangan terlalu terbuai sama gombalan cowok. Satu lagi, hati-hati dalam berpacaran, jangan mudah percaya sama pasangan." Ujarnya mengingatkan.
Nizar memang sangat menyayangi kakaknya lebih dari dirinya sendiri. Baginya, kakaknya itu adalah seorang adik. Sebab, kakaknya itu sangat kekanak-kanakan.
"Apaan sih, lo ngingetin gue seakan-akan ini baru pertama kalinya gue pacaran." Dengus Najwa melepaskan tangan Nizar dari pundaknya. "Yang harusnya hati-hati itu, elo. Lo kan punya pacar bejibun, hati-hati lo nanti dikeroyok, hahaha!" Candanya diiringi dengan gelak tawa.
"Ya bagus dong kalau gue dikeroyok pacar-pacar gue. Kan, mainnya enak di gue, sakit di mereka." Gumam Nizar melenggang menuruni tangga, menuju ruang keluarga untuk bermain PS.
Najwa berkerut tak memahami apa yang dimaksud dari perkataan adiknya. Beberapa detik kemudian Ia menaikkan kedua bahunya acuh, lalu kembali memperhatikan foto Arhan yang belum lama ini resmi menjadi kekasihnya.
•••••
"Aku pulang ya, sayang." Ulfa turun dari motor Abay dan mencium pipi kiri pacarnya itu.
"Gak mau aku antar sampai rumah kamu saja?"
"Gak usah sayang!" Tolaknya sedikit takut. "Ka—kamu tau sendiri kan, bokap aku bagaimana. Dia belum tau tentang kamu, dia juga belum ngizinin aku pacaran. Jadi kasih waktu buat aku untuk jelasin semuanya ke papa." Ujarnya memegang tangan Abay.
Abay hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Ia mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh kekasihnya.
"Bye!"
Abay menatap pacarnya yang berjalan ke pangkalan ojek sampai matanya tak melihat pacarnya lagi, setelah Ulfa naik ke tukang ojek yang pangkal tadi.
"Woi! Ngapain lo ngeliatin tukang ojek, HAH?!"
Abay terlonjak kaget. "NIZAR!" Dengusnya, mengelus dada. "Ngagetin gue aja sih lo."
"Ngapain lo di sini? Pake acara curi-curi pandang ke tukang ojek segala. Belok lo yah?"
"Enak ajah! Gue tadi nganterin cewek gue pulang."
"Siapa?"
"Ya Ulfa lah, emang cewek gue siapa lagi? Emangnya elo, punya pacar bejibun." Geram Abay.
Nizar terkikik geli. "Katanya nganterin pulang, tapi kenapa lo ada di sini? Bukannya rumah Ulfa masih jauh?"
"Lo nggak tau, Zar. Selama ini gue nganter Ulfa cuman sampai sini. Habis itu, dia pulang naik ojek."
Nizar menuruni motornya dan ikut duduk di samping Abay yang ada di pinggir jalan. "Kenapa?"
"Katanya, bokapnya ngelarang dia pacaran."
Nizar mengangguk-angguk. "Udah! Yang penting Ulfa setia sama lo." Ujarnya mengusap-usap pundak Abay. "Mending kita main futsal yuk! Anak-anak ngajakin gue tadi."
"Sebenarnya gue gak suka futsal sih. Soalnya, bolanya di tendang terus di kejar lagi." Ujar Abay yang mendapat jitakan di kepalanya. "Tapi, daripada gue kesepian di rumah, lebih baik gue ikut." Lanjutnya.
"Gitu dong, ayo! Anak-anak pasti udah nungguin."
Mereka berdua pun segera pergi ke tempat tujuan.
•••••
"Opor ke sini, Zar!"
"Zar, opor ke gue!" Teriak Abay, namun Nizar tidak memperdulikannya. Alhasil, bola yang mulanya dikuasai oleh Nizar, direbut oleh pemain lawan dan berhasil membobol gawang mereka.
"Nizar, lo kenapa sih? Gue tadi kan bilang opor ke gue, gak lo denger. Padahal tadi gue deket banget sama gawang lawan."
"Sorry, gue gak denger."
"Lagian elo sih, main futsal ajah udah kayak mau fashion show." Geram Abay, pasalnya Nizar memakai kacamata dan juga masker. Apalagi, Nizar tidak mau memakai baju futsal, Ia memilih memakai switer dan celana pendek.
"Gue takut muka ganteng gue ini kering terkena sinar matahari. Apalagi nanti kalo kulit gue iritasi." Jawabnya, Abay hanya bisa memutar kedua bola matanya malas.
"Sayang, sini minum dulu!!" Pekik gadis yang berada di pojok lapangan itu. Cowok yang di panggil pun menghampirinya. Itu adalah cowok yang berhasil menyetak gol, tadi.
Mendengar teriakan itu, Abay dan Nizar terdiam. Suara itu tidak asing. Mereka sepertinya mengenali suara tersebut.
Benar saja, saat berbalik Abay dan Nizar tak percaya jika gadis yang mereka liat dari kejauhan adalah orang yang mereka kenal, bukan kenal lagi tapi kenal banget. Dan yang membuat mereka kaget lagi adalah gadis itu selingkuh.
______
Hayyo, sebelum next part. Coba tebak! kira-kira gadis yang berteriak itu siapa? Buat nge-tes kejeniusan kalean.💃
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaruza ✓
Художественная проза[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Dalam islam, pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Kalau perihal jodoh, itu sudah diatur oleh Allah dan tentu saya punya. Entah itu dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz atau maut." Jauza menjelaskan panjang lebar. "Lauhu...