29|| Nekad

212 24 6
                                        

Nggak ada yang lebih sakit,
saat ngeliat Lo disakitin orang lain.
____

"Gimana les private lo kemarin sama Jauza?" Tanya Abay.

"Fantastic," jawab Nizar semangat. Wajahnya nampak berseri-seri mengingat hal kemarin, dimana dia berada dimeja yang sama dan saling berhadap-hadapan dengan Jauza. Sungguh momen yang langka dan sayang untuk dilupakan.

Abay mengikuti langkah Nizar. "Emang ada apa sih sampai bahagia banget?" Tanya Abay penasaran. Memang benar Abay adalah sahabat satu-satunya dari Nizar yang paling peka di jagat raya ini.

"Kepo."

"Lo kenapa sih kayak anak SD, pake les private segala. Gue tau, lo cuman modus kan?" Tuduh Abay, "Emang kemarin Jauza ngajarin lo apa ajah?" Lanjutnya.

"Gak tau, gue gak denger."

Abay duduk di kursi samping Nizar duduk. "Terus kemarin lo ngapain ajah, MARKONAH!"

"Gak ada, selama les gue cuman merhatiin wajah dan kecantikan dia." Balas Nizar dengan sedikit mengingat-ingat kejadian kemarin. "Eh gue ingat, kemarin dia sebut-sebut nama La—lauhu, aduh gue lupa lagi."

"Lauhul mahfudz?"

"Nah iya itu."

"Tapi gue gak tau itu apaan. Gue kira itu nama orang yang udah berani mau ngedekatin Jauza."

Bukannya membalas, Abay malah ketawa terbahak-bahak. Nizar bingung, mengapa Abay malah tertawa? Apakah ada yang lucu dengan pernyataannya?

Nizar mendengus kasar. "Lo ngapa sih malah ketawa gitu? Emang ada yang lucu?"

"Zar, Zar. Gue rasa, lo butuh belajar mengenai agama deh."

Keningnya berkerut. "Memangnya kenapa?"

"Nanti juga lo tau sendiri."

Nizar hanya memutar kedua bola matanya kasar. Selalu saja seperti ini. Abay menginginkan Nizar menjadi lebih baik, tapi dia tidak ingin memberitahukan di mana letak kesalahan yang harus diperbaiki sahabatnya itu. Abay ingin sahabatnya sendiri yang harus introspeksi diri untuk mencari kesalahan yang diperbuatnya. Tapi, Abay juga ada benarnya. Sebab, sesuatu yang di cari dengan susah payah itu akan diingat sepanjang masa jika telah mendapatkannya.

•••••

"SINI LO!"

Lengan Jauza di tarik kasar ke arah belakang kampus. Sepertinya orang itu sudah menunggunya sedari tadi, sehingga tau di mana jalan yang akan Jauza tapaki.

Ternyata orang tersebut membawanya ke dalam gudang tempat penyimpanan peralatan kampus yang sudah tidak terpakai.

"Ada apa kak?" Tanyanya was-was. Pasalnya orang tersebut mengunci pintu gudang.

"PUAS LO?!" Gertaknya pas di depan wajah Jauza, yang membuat gadis polos itu tersentak kaget."PUAS LO BUAT HUBUNGAN GUE SAMA NIZAR HANCUR?" Lanjutnya, mencengkeram kuat lengan Jauza.

Hanya karena di belakang gedung kampus itu merupakan tempat sepi dan gudang juga jarang dikunjungi oleh penjaga kampus, jadi Lia seenak hati berlaku kasar pada Jauza.

"Maksud kakak apa yah? Saya tidak paham deng-"

Lia malah menaruh telunjuknya di bibir Jauza. "Sstt! Gak usah berlagak polos bit*h. Gue tau, di balik kerudung besar dan baju sok syar'i yang lo pake ini, ada niat terselubung di dalamnya. NGAKU LO!" Desisnya mengusap hijab Jauza.

"Demi Allah, saya tidak tahu apa-apa kak." Air matanya kini sudah tergenang di dalam sana, membuat matanya terlihat seperti berkaca-kaca.

"Siyi tidik tii ipi-ipi kak." Lia malah mengulang kalimat Jauza dengan nada mengejek. "BASI LO! Lo memang gak bakal paham kalau gak di kasih pelajaran."

Zaruza ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang