Saudara itu bagaikan satu urat nadi dengan dua raga.
____"SINI LO IKUT KITA!!"
"Eh! Jauza mau di bawa kemana?" Tahan Raja.
"DIAM LO CUPU!"
Dengan lengan yang masih dicengkeram kuat, Jauza diseret ke belakang kampus. Tempat yang jarang di datangi orang, apalagi untuk berlalu lalang.
"Lo gak punya rasa malu ya?" Tanya Lia mencengkeram kuat lengan Jauza yang membuat sang empunya kesakitan.
Jauza gemetar dan ketakutan. "Ma-maksud kakak apa?"
"Gak usah berlagak polos deh lo. Lo pasti sengaja kan ngedeketin Nizar? Masih junior aja udah songong." Tuduh Salsa sambil menunjuk pas di depan wajah Jauza.
Jauza menggeleng cepat. "Astagfirullah, saya tidak pernah ada niatan seperti itu kak." Sangkalnya.
Lia melepas cengkeramannya di lengan lalu beralih ke dagu. "HEH CEWEK KAMPUNG! LO GAK TAU SIAPA KITA?" Jauza menggeleng. "Asal lo tau, kita itu pacar-pacarnya Nizar. Kalo lo masih punya urat malu, jauhin Nizar!" Lanjutnya mempererat cengkeramannya di dagu.
Sontak saja Jauza kaget. Pasalnya, Ia fikir pacar Nizar hanya yang Ia temui waktu itu, yaitu Riska. Ternyata, dugaannya salah.
"Tapi, saya tidak pernah punya pemikiran sepe-"
"Tak perduli mau lo yang deketin Nizar, atau Nizar yang deketin lo. Pokoknya lo harus jauh-jauh dari dia. Kalau nggak, lo tau sendiri akibatnya apa yang bisa kami lakuin. Lagian, lo juga bukan tipe Nizar, sadar diri dong." Cerocos Salsa.
"NGERTI GAK APA YANG KITA BILANG?!" Gertak Lia tegas. Jauza mengangguk, sungguh Ia sangat ketakutan dan tak mau memperpanjang masalah. Lagipula, Ia juga memang tidak melakukannya.
"AWAS AJA KALO SAMPAI LO MACAM-MACAM." Lia menoyor kepala Jauza sebelum beranjak pergi.
Semua pacar-pacar Nizar telah beranjak pergi. Satu-satu dari mereka bahkan memberi Jauza ancaman melalui isyarat tangan.
"Astagfirullah ya Allah, Jauza benar-benar tidak ada niatan seperti itu." Air matanya lolos membasahi pipinya. Ia segera memperbaiki hijabnya, agar orang-orang tidak menatapnya curiga.
•••••
"Gue sama Nizar duluan yah, bro." Jelas Abay bertos ala cowok dengan satu persatu temannya yang ada di sana.
"Ayo, Zar!"
"Lo duluan ajah, rokok gue masih panjang nih."
"Ok! Gue tunggu lo di depan yah." Abay melenggang keluar dari basecamp-nya, lalu menuju ke motornya. Ia merogoh ponsel di saku celananya, bermaksud ingin mengabari Ulfa.
Namun, saat hendak menuju motornya, Ia tak sengaja ditubruk oleh seseorang, sampai-sampai ponselnya terjatuh.
"Maaf, gue gak sengaja."
Abay mengambil ponselnya yang terjatuh tadi. Ia tersenyum. "It's okay, bro. Gue yang salah karena tidak fokus liat jalan."
"Sayang, ayo anterin aku ke salon! Nanti aku telat." Ujar gadis bergelayut manja pada lengan cowok yang menubruk Abay tadi.
"Iya sayang, ayo."
Tak memperdulikan itu, Abay memilih naik ke motornya dan menunggu Nizar.
•••••
"Gue yakin banget, kalo hari ini gue bisa ngalahin lo."
"Enak ajah. Gue adalah jagonya pemain PS." Pongah Nizar memasuki rumahnya.
Saat asyik berbincang dengan Abay, matanya kini berfokus menangkap orang-orang yang sedang duduk di ruang tamu. Tumben banget siang-siang gini mereka ngumpul. Mungkin begitulah yang ada di pikiran Nizar.
"Nizar, Abay, sini Nak!" Panggil Naya. Nizar dan Abay pun menurut.
"Kenalin, ini Arhan pacarnya Najwa." Sahut Naya lagi. Bisa dilihat Najwa kini tengah senyum malu-malu.
"Nak Arhan, ini adiknya Najwa, Nizar. Dan ini adalah sahabatnya Nizar, namanya Abay."
Nizar pun langsung bersalaman dengan Arhan. Melihat Abay, Arhan sedikit memasang raut wajah aneh. Seperti sedang ketakutan.
Abay sedikit mengerutkan keningnya. "Lah bukannya ... Ah mungkin gue salah liat kali." Batinnya, lalu ikut bersalaman dengan Arhan.
"Oh, ini orangnya yang udah berhasil buat kakak gue senyum-senyum sendiri setiap hari?" Nizar menepuk-nepuk punggung Arhan dan ikut duduk.
Dengan rona merah di pipi, Najwa sangat kesal dengan adiknya yang sangat lemes. "Nizar!!"
"Jadi, ada tujuan apa nih lo ke sini?" Tanya Nizar sedikit tegas. Membuatnya mendapat sedikit cubitan oleh mamanya.
"Maaf yah nak Arhan. Nizar emang gitu, saking sayangnya sama kakaknya." Ujar Naya tak enak.
Jangan tanyakan bagaimana Najwa sekarang. Ia kini menatap adiknya tajam, seolah elang yang akan memakan mangsa.
"Gakpapa tante." Jawabnya lembut. "Jadi, niat Arhan ke sini itu mau serius dengan Najwa, tante, Nizar, Abay."
"Beneran lo niat serius sama kakak gue? Soalnya, lo kan baru kenal sama dia. Kakak gue masih crispy-an. Gak usah buru-buru lah," sinis Nizar. Abay menyikut pinggang Nizar. "Skripsi," bisiknya.
"Iya, maksud gue itu."
Arhan mengangguk. "Saya benar-benar serius dengan Najwa. Saya akan menunggu Najwa sampai selesai wisuda, kemudian saya akan berniat untuk melamar Najwa secepatnya, setelah ayah saya pulang dari Turki. Selain itu saya juga menunggu waktu luang dari Om Naldi untuk membicarakan soal ini lebih lanjut." Arhan meyakinkan semuanya bahwa Ia benar-benar serius.
"Gue percaya sama lo. Jangan rusak kepercayaan gue ini, bro. Jangan pernah sakiti kakak gue! Lo tau sendiri apa yang bisa gue lakuin ke elo, kalau lo berani nyakitin kakak gue satu-satunya." Nasihatnya. "Jangan sampai gue denger lo nyakitin kakak gue. Jangankan nyakitin, gue dengar satu keluhan tentang lo aja dari mulutnya, habis lo sama gue." Nizar menunjuk Arhan tepat di depan wajahnya. Sontak Arhan langsung mematung, menelan saliva-nya kasar.
"Huh! Sok-sokan nasihatin Arhan, padahal dia sendiri yang suka nyakitin gue. Maki-maki gue dengan sebutan babu lah, ngerecokin gue lah." Sewot Najwa.
"Cuman gue yang boleh nyakitin lo. Orang lain, jangan!"
Pernyataan Nizar itu sontak membuat semuanya tertawa dan geleng-geleng kepala kecuali Arhan. Ia masih kaget dengan pernyataan Nizar tadi."Sudah-sudah! Mari kita makan dulu, soalnya tante udah masak banyak hari ini."
Jangan tanya siapa yang paling lebih dulu maju. Sudah tentu Abay. Dia adalah orang yang paling suka makan. Nizar juga, tapi tidak sekalap Abay. Nizar hanya kalap saat makan ketoprak dan kalap dalam mencintai Jauza.
"Aduh tante gak usah repot-repot, tapu kebetulan nih perut Abay udah bergetar."
"Huuh! bilang ajah sih kalau lo lapar, pake diperhalus segala." Timpal Nizar yang membuat semuanya tertawa.
_______
Vote!🤸👯
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaruza ✓
Genel Kurgu[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] "Dalam islam, pacaran itu dilarang dan haram hukumnya. Kalau perihal jodoh, itu sudah diatur oleh Allah dan tentu saya punya. Entah itu dia yang tertulis di Lauhul Mahfuz atau maut." Jauza menjelaskan panjang lebar. "Lauhu...