Ch. 53 - America

62 13 5
                                    

"Ambil aja dek gapapa," ujar Chanyeol, "Adek baikin dia belum tentu juga dia baik ke adek juga,"

"Hush ayah," Wendy kali ini tidak setuju. "Kalau niatnya berbuat baik ke orang nggak boleh berharap imbalannya, harus ikhlas,"

Chaehyun mendengarkan saran dari Chanyeol dan Wendy dengan seksama, walaupun tangannya sekarang sedang bertautan dengan tangan Junkyu di bawah meja sementara pemuda itu menatapnya.

Renjun yang melihatnya lagi-lagi hanya dapat mencibir, "Kapan sih makanannya dateng?" keluhnya, walaupun juga ikut masuk ke dalam topik perbincangan mereka, "Lagian kenapa perwakilan olimpiade sekolah cuman satu sih?"

"Karena se-bergengsi itu, sekolah cuman boleh ngirim satu perwakilan di setiap bidangnya," kini Junkyu yang menjawab.

Chaehyun semakin berpikir keras,

Apakah ia harus menerimanya atau menolaknya? Apalagi nilainya paling tinggi hanya karena dewi fortuna sedang memihaknya tadi.

Dan... nilai Denise hanya berjarak satu poin dengan miliknya, pasti Denise sangat berusaha keras.

"Tapi ini bukan tentang berbuat baik, dek. Menurut bunda, adek ambil aja, kalau urusannya udah gini bukan tentang ngalah, adek harus inget sertifikat SMP udah gabisa dipakai buat perguruan tinggi, adek harus ngumpulin lagi," jawab Wendy.

Chanyeol mengangguk. "Dan nilai adek paling tinggi karena usaha sendiri, kalau dia nggak kepilih salah dia sendiri," Chanyeol menambahkan.

Junkyu melihat raut wajah Chaehyun yang semakin kebingungan, agak kasihan melihatnya.

Tapi untuk kali ini Junkyu agak memihak keluarga Chaehyun yang menyuruhnya mengambil kesempatan itu saja.

"Kalau menurut saya tidak,"

Suara Suho yang tiba-tiba terdengar membuat semuanya menoleh,

Pria itu segera menghampiri meja mereka dan duduk di bangku kosong yang memang diperuntukkan untuknya.

"Jika kamu merasa orang lain membutuhkan kesempatan itu daripada kamu, berikan saja, lagipula tahun depan kamu masih bisa mendapatkannya lagi, tapi kembali lagi keputusan ada di tanganmu," ujar Suho sambil meletakkan lap di pangkuannya. "Oh iya, maafkan kelancangan om tadi ya, Chaehyun,"

Chaehyun yang awalnya menunduk untuk berpikir itu menegakkan kepalanya, menatap Suho yang sedang tersenyum ke arahnya.

Chanyeol dan Wendy terlihat terkejut di tempatnya melihat kehadiran Suho tersebut.

"M-Mas Suho," sapa Wendy terlihat agak kaku, terkejut melihat kehadiran Suho.

"Apa kabar mas?" Chanyeol berusaha menutupi keterkejutannya, berdiri dari tempatnya dan bersalaman dengan Suho.

"Haha baik, sudah lama tidak mendengar kabar kalian," jawab Suho.

"Ini temen ayah yang dimaksud Renjun, padahal dulu Renjun temenan sama Junkyu dari kecil, kok tiba-tiba kita nggak boleh temenan lagi jadi kita temenannya diem-diem," ucapan Renjun barusan membuat Wendy melotot kecil padanya.

Chaehyun mengerutkan keningnya, jadi hanya dia seorang yang tidak mengenal ayah Junkyu itu?

"Halo Renjun, gimana Amerika?" Suho sekarang menyapa Renjun, "Om berencana meng-kuliahkan Junkyu di sana juga,"

Chaehyun yang mendengar hal itu langsung menoleh ke arah Junkyu, sementara Junkyu sendiri juga tampak terkejut dengan perkataan Suho.

Amerika? Junkyu tidak pernah mendengar hal itu.

"Renjun juga mau lanjut di sana, gapapa bareng Renjun aja nanti," Chanyeol terdengar semangat dengan topik itu.

Tapi celetukan Suho tiba-tiba membuat keadaan menjadi tegang, "Dia mirip Irene ya Wen,"

UtopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang