Ch. 54 - The (Never) Lost Memory

59 13 2
                                    

"Mbak Naeun?" suara berisik dari luar kamarnya membuat Junkyu terbangun.

Pemuda itu mengecek ponselnya, melihat jam.

Masih pukul 4.

Tapi mengapa keadaan di luar sudah terdengar sangat ramai? Atau jam di ponselnya itu sedang bermasalah?

Junkyu mengusap-usap lengannya, entah mengapa hari ini ia merasa udara sangat dingin, padahal di luar sedang tidak hujan, ia juga tidak menyalakan AC-nya, tapi selimut tebal miliknya seolah masih tidak dapat membuatnya merasa hangat.

Kepalanya juga terasa sangat pusing, padahal ia merasa baik-baik saja kemarin.

Junkyu keluar dari selimutnya, berencana akan mengambil air sekaligus mengecek keadaan di luar yang masih terdengar ramai.

Masih pukul 4 pagi, apakah itu setan-setan di rumahnya yang sedang berpesta? Tapi Junkyu tadi mendengar suara Naeun dan yang lainnya, tumben sekali mereka sudah bangun.

"KELUAR!"

Chorong,

Itu suara Chorong.

Junkyu buru-buru menuruni tangga, melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi itu.

Mata Junkyu membelalak lebar melihat apa yang sedang terjadi di hadapannya itu. Chorong dengan beberapa orang pengawalnya sedang berdiri dengan angkuhnya,

Dengan Naeun yang terlihat terjatuh di lantai, bersujud kepada Chorong. Beberapa tas di sebelahnya juga terlihat terjajar dengan rapi, para pengawal Chorong bahkan sudah ada yang bersiap membawanya.

Flashback on

"Nyonya tolong maafkan saya, Nyonya!"

Junkyu kecil bersembunyi di balik tiang rumahnya, melihat bibi yang selalu ada di samping ibu kandungnya itu yang sekarang bersujud di kaki Chorong sambil menangis.

Seorang anak perempuan kecil menggoyang-goyangkan baju bibi itu, "Ibu, kita pergi aja,"

"Dengerin anak kamu, kamu memang seharusnya pergi! Kamu tidak pantas berada di sini setelah semua yang telah kamu lakukan," Chorong dengan tangan terlipat di depan dada menatap angkuh ke arah bibi itu.

"Junkyu! Den Junkyu! Jika saya tidak ada bagaimana dengannya, nyonya?" bibi itu melihat Junkyu kecil yang sedang bersembunyi, "Nyonya Jisoo sudah tidak ada, siapa yang menjaga dia? Tolong biarkan saya tetap di sini dan menjaganya,"

"B-bibi..." isak Junkyu kecil,

Bibi itu, orang terdekat ibu kandungnya. Tentu saja sebelum entah kemana ibunya pergi, tanpa berpamitan pada Junkyu sehingga hanya bibi itu yang selalu menjadi pelariannya.

Chorong berjalan mendekat pada Junkyu kecil yang sudah ketakutan.

Badannya bergetar melihat sepatu tinggi Chorong yang sudah terlihat akan menginjaknya, tapi diluar dugaan Junkyu kecil,

Chorong malah menendangnya dengan sepatu itu, "Minggir," kemudian berujar dengan nadanya yang terdengar dingin.

Junkyu merintih kesakitan, menangis lebih keras. Lengannya tergores hak sepatu yang tajam itu, mengeluarkan sedikit darah sementara bagian lainnya sudah lebam.

Chorong terlihat semakin kesal ketika tangisan Junkyu semakin menjadi, wanita itu bersiap melayangkan pukulan keduanya.

Dan bibi itu melindunginya,

Bibi itu yang mendapatkan pukulan dari Chorong, di kepalanya. Membuatnya pingsan seketika.

"Ibu!" dua anak perempuan dan laki-lakinya segera berlari, mengecek keadaan ibunya yang terpapar di lantai.

UtopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang