Happy reading
.
.
.
.
.---✧---✧---
3 Minggu berlalu setelah dirinya tahu akan kebenaran dibalik perutnya yang terus-menerus mual. Matanya menangkap kedua orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di ruang tamu. Rasa takut dan khawatir menyelimuti tubuh Quenza.
Flashback
Ntah kenapa dengan Quenza yang dari kemarin malam kepalanya pusing di tambah perutnya mual-mual. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk check up di rumah sakit agar tahu sebenarnya ia mengidap penyakit apa. Mata bulatnya melihat rumah sakit yang ada dihadapannya. Helaan nafas pelan terdengar kala dirinya akan memasuki rumah sakit itu. Kaki jenjangnya melangkah masuk kedalam. Melihat banyak orang yang mengantri di bangku yang disediakan.
"Pasien atas nama Quenza Putri Alexandra." panggil Suster membawa lembaran rekam medis.
"Saya sus." jawab Quenza.
"Silahkan masuk." ucap Suster tersenyum. Quenza mengangguk kemudian melangkah masuk kedalam.
"Halo dok." ucap Quenza gugup.
Dokter menoleh sembari tersenyum."Hai ... Silahkan duduk." katanya. "Bisa sebutkan keluhannya?" sambungnya.
"Gini dok, kemarin malam kepala saya pusing." jawab Quenza sangat pelan.
"Mual nggak?" tanya Dokter.
Quenza mengingat-ingat kali pertamanya ia mual."Kadang." ujarnya.
"Ya udah kamu silahkan berbaring." ucap Dokter membantu Quenza berbaring. Dokter pun memeriksa kondisi Quenza.
"Jadi gimana dok?" tanya Quenza penasaran.
"Silahkan duduk dulu." ucap Dokter menulis resep. Quenza duduk di depan dokter dengan rasa penasaran.
"Jadi gimana?" ucap Quenza.
"Saya sakit apa?" sambung Quenza kebingungan sembari menatap dokter itu yang tersenyum.
"Selamat kamu hamil dan usianya menginjak 2 Minggu." jelas dokter tersenyum.
Quenza membelalakkan mata."Nggak ... nggak mungkin." Quenza menggelengkan kepalanya.
"Tapi ini kenyataannya, kamu bicarakan dengan pelan-pelan pasti orang tua kamu bisa memahaminya."
"Emm ... makasih dok." ucap Quenza beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu.
Flashback on
Sesampai di depan rumah Quenza takut dan bingung harus ngomong apa nggak kepada kedua orangtuanya. Ia melamun di depan rumah sampai seseorang menepuk pundaknya. Orang itu melihat dengan sorot mata yang kebingungan.
"Za."
"Eh ... mama," jawab Quenza gelagapan.
"Kamu kenapa kok nggak langsung masuk?" tanya Melisa keheranan.
"Quenza Lagi liat rumah kita." jawab Quenza cengengesan.
"Ada ada aja kamu." Melisa menggelengkan kepalanya.
"Yuk masuk." Melisa meninggalkan Quenza.
"Emm.."
Quenza dan mamanya masuk kedalam rumah dengan nuansa minimalis. Namun pikiran Quenza terus berputar-putar memikirkan tentang kehamilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUENZA
Teen Fiction[SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW DULU, TERIMAKASIH] Quenza Putri Alexandra, siswi berambut panjang tergerai, berhidung mancung. Memiliki hobi membaca novel dengan genre yang berbeda-beda, terlebih cerita sedih. Namun, ia tak menyangka jika alur h...