Happy reading
.
.
.
.---✧---✧---
Di meja makan bernuansa modern berwarna hitam bening. Menyajikan berbagai makanan yang menjadi kesukaan menantunya. Manik mata seorang perempuan melebar dengan mulut yang tidak berhenti membasahi bibir. Dirinya bahkan sudah tidak sabar untuk mencicipi semua makanan itu. Ya, walau bisa di bilang rakus. Quenza memang rakus dalam dunia makanan namun itu juga tidak bisa menambah berat badannya yang terbilang ramping.
Tak lama bau harum berhasil tercium di indra penciumannya. Makanan berbahan seafood yang berhasil menggiurkan air liur perempuan berambut kuncir kuda. Cumi asam manis, makanan favorit Quenza yang di bawa oleh Oma Dewi lalu di letakkan di meja makan.
Oma Dewi melirik kearah Quenza yang tidak kedip melihat cumi asam manis di atas meja. Bibirnya terangkat menampilkan senyuman tipis. "Udah lapar za?" katanya membuat Quenza mengalihkan pandangannya.
Quenza lantas menggaruk tengkuknya sembari tersenyum menampilkan deretan gigi yang tersusun rapi.
"Enggak k- kok Oma. Hehehehe,.. sini Quenza bantuin, Oma duduk aja," ujarnya. Menyusun piring di atas meja. Perempuan paruh baya itu lantas membalas dengan senyuman.
Tak lama kemudian Siska berjalan mendekati keduanya dengan membawa ayam kecap membuat perut Quenza keroncongan. Tangannya terulur mengelus pelan perutnya sembari bergumam dengan suara lirih namun terdengar lucu.
"Sabar ya sayang ... bentar lagi kita makan sepuasnya, okey." gumamnya tersenyum tipis. Wanita itu terlihat sangat bahagia akhirnya ia bisa makan sepuasnya setelah beberapa kali Devan larang. Enggak boleh itu lah, ini lah. Makanan itu berminyak, makanan ini pedas. enggak sehat pokok banyak sekali larangan dari suaminya yang super posesif.
Suara langkah kaki mengalihkan perhatian mereka bertiga. Lelaki berambut semburat putih dengan kumis tebalnya berjalan beriringan dengan lelaki yang sudah berumur namun masih kelihatan muda.
"Malam." sapaannya. Mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan.
"Malam." 3in.
"Malam semua," ujar lelaki bersuara berat yang mendudukkan tubuhnya di kursi samping Quenza. ia melihat ke arah istrinya yang terus-menerus menatap makanan sampai tidak kedip. Dahinya lantas mengernyit heran sampai suatu ide jahil muncul di benaknya, dengan sengaja ia mendekap mata Quenza dengan kedua telapak tangannya.
"Ih,.. Devan." Quenza mendengus kesal. Ia menyingkirkan tangan Devan yang menutup matanya dengan paksa. Devan tersenyum bahagia melihat wajah Quenza yang kesal.
"Apa?" balasnya terdengar seperti meledek.
"Devan,... jangan jahil," titah oma Dewi membela Quenza. Perempuan itu merasa menang kala oma memarahi Devan. Ia menjulurkan lidah, mengejek lelaki di sampingnya yang memutar bola mata malas.
"Sayang kamu mau yang mana?" tanya oma Dewi melihat wajah Quenza yang kebingungan kala memilih makanan yang mau ia makan.
Quenza dengan antusias menunjuk pada piring berisi cumi asam manis yang sedari tadi berhasil menggiurkan indra penglihatan dan perasa nya.
Dewi menggelengkan kepala sembari mengambilkan sesendok besar cumi asam manis. Bisa ia maklumi bahwa cucunya itu sedang ngidam, hal wajar yang biasa terjadi pada ibu hamil. Seperti dirinya dulu, yang sama persis dengan Quenza. Selalu manja dan merengek kala permintaan tidak dikabulkan.
"Makasih oma," ujarnya lalu menyendokkan nasi dengan potongan cumi ke dalam mulutnya yang sedari tadi sudah berair.
Devan hanya menyimak dan melihat Quenza yang tengah asik menikmati makanan kesukaannya. Tetapi ia sedikit khawatir akan kesehatan bayi yang ada di kandungannya kala melihat Quenza yang terus-menerus menambah dan hampir menghabiskan sepiring cumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUENZA
Teen Fiction[SEBELUM MEMBACA DIHARAPKAN FOLLOW DULU, TERIMAKASIH] Quenza Putri Alexandra, siswi berambut panjang tergerai, berhidung mancung. Memiliki hobi membaca novel dengan genre yang berbeda-beda, terlebih cerita sedih. Namun, ia tak menyangka jika alur h...