QUENZA|12

2.9K 208 1
                                    

Happy reading




Sesampainya di rumah, Devan langsung turun dari motor kemudian memberikan kunci motor itu kepada pak ali satpam yang berjaga di depan rumah. Lalu dia berlari kedalam rumah kearah kamarnya.

Ia melihat Quenza yang tengah memeluk lututnya sembari menutup telinganya dengan tangan yang gemetaran lalu Devan menghampiri Quenza sembari mendekap erat tubuh Quenza yang mungil.

"Hust tenang ... gue ada disini." ucap Devan menenangkan Quenza yang tampak gemetaran. Tangannya bergerak mengusap punggung istrinya.

"Devan,..gue takut hiks,..hiks,..petirnya sangat keras,.hiks,. gue takut,."

"Gue tau, sekarang pejamkan mata lo." perintah Devan diangguki oleh Quenza.

"Tapi, lo disini aja ... jangan pergi." balas Quenza semakin menenggelamkan kepalanya di dada bidang milik Devan.

"Iya gue disini kok, emangnya gue mau kemana?" ujar Devan menggelengkan kepala sembari mengelus rambut Quenza dengan sesekali mengecup pucuk rambut Quenza.

"Lo beneran nggak kemana-mana kan?" balas Quenza sedikit memunculkan wajahnya dengan mata bulatnya yang berair.

"Iya sayangnya Devan," ucap Devan tersenyum melihat Quenza yang tengah blushing.
"Gemes banget sih istri gue." sambung Devan sambil menggosokkan hidungnya dengan hidung Quenza.

"Devan!! Berhenti ledekin gue." balas Quenza mencubit kecil lengan Devan.

"Iya cantik." Devan tersenyum sambil mengedipkan mata.

"Au ah." Quenza membalikkan badan membelakangi Devan yang tengah gemas kepada Quenza.

"Lo marah, gue minta maaf jangan marah ya, gue sayang lo." ucap Devan yang sedang memeluknya dari belakang."Good night kucing gue yang gemesin tapi kadang juga ngeselin." ucapnya tersenyum lalu menutup matanya yang sudah seperti panda.

Ternyata dari tadi Quenza mendengar perkataan Devan yang sedang mengutarakan isi hatinya, jujur di lubuk hati Quenza yang paling dalam sebenarnya ia sangat mencintai Devan tapi ia gengsi untuk mengutarakan isi hatinya.

Quenza menoleh kearah belakang sekilas melihat Devan yang sedang tidur memeluknya dari belakang, lalu ia menghadap ke Devan dan masuk kedalam dekapan Devan yang menurutnya sangat nyaman.

Pukul 03.00...

Entah kenapa dengan diri Quenza yang sedari tadi tidur sembari menutup matanya tetapi seperti gerak-gerak tampak seperti orang cemas. Lalu ia membuka mata memandang ke arah Devan yang tengah tertidur pulas, menatap Devan serius seperti orang yang menginginkan sesuatu.

"Dev,." ujar Quenza menggoyangkan lengan Devan.
"Devan,. bangun dong." Quenza mencubit gemas pipi Devan.

Devan terusik akan tangan yang mencubit pipinya."Emm."

"Devan." mencubit pipi Devan dengan keras.

"Apasih za,." balasnya yang sedikit membuka mata menatap malas Quenza.

"Dev, gue mau sesuatu." ucapnya membuat Devan membuka mata lebar lalu menoleh kearah Quenza.

"Apa?" balas devan dengan alis terangkat.

"Gue mau rujak buah yang pedes banget ... emm pasti enak banget." ucap Quenza tersenyum bahagia sembari membayangkan bagaimana enaknya rujak buah.

Devan membulatkan mata mendengar perkataan aneh istrinya."Lo gila! pagi-pagi buta gini siapa yang jualan rujak buah!" omel Devan menceramahi Quenza.

QUENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang